Setiap tim pasti memiliki periode musim terbaik dan musim terburuk. Namun, apa jadinya kalau musim terbaik dan musim terburuk itu bercampur jadi satu. Inilah yang ada di hadapan Manchester United dan Spurs. Bak buah simalakama, tidak ada kepastian status MU dan Spurs musim ini, apakah musim terbaik, atau musim terburuk.
Di Liga Eropa, United dan Spurs bak dua jagoan yang melangkah tanpa rasa ragu. Keduanya ditakdirkan bertemu di laga final Bilbao, yang untuk kali pertama mendapat mandat menyelenggarakan final Europa League.
Namun di Premier League, nasib United dan Spurs berbanding terbalik. Kalau di Eropa mereka adalah jagoan, di EPL, mereka adalah pesakitan. Memaknai musim inipun bak buah simalakama buat United dan Spurs. Dikatakan baik, buruk. Dikatakan buruk, baik. Apa maksudnya?
Optimisme Setinggi Langit
Setiap musim baru dimulai, adalah hal yang wajar apabila sebuah klub memaknainya dengan semangat positif. Pun begitu dengan Manchester United dan Tottenham Hotspur. Setelah musim 2023/2024 yang bisa dibilang 'berantakan', keduanya mencoba menata diri untuk prestasi yang lebih baik.
Secercah harapan muncul di bagian barat daya pusat kota Manchester. Mengakhiri musim dengan finish di urutan ke-8 klasemen Premier League, tapi pulang ke Old Trafford dengan menggenggam Piala FA, harapan baru muncul. Seiring perpanjangan kontrak Erik Ten Hag, keputusan yang 'agak' aneh tentunya, MU mencoba membangun ulang peruntungannya.
Manajemen memberi kepercayaan penuh pada Erik Ten Hag untuk melakukan pemugaran skuad. Kepercayaan ini dijawab dengan gerak-gerik agresif yang menghabiskan 200 juta euro lebih di summer transfer. MU cukup meyakinkan di awal, ketika mereka menjinakkan Fulham lewat gol debut Joshua Zirkzee yang merupakan bagian dari perekrutan musim panas.
Sementara itu, cerita mengenai optimisme serupa juga muncul di sebuah distrik kawasan London Utara bernama Tottenham. Finish di posisi ke-5 musim lalu, ternyata tidak membuat Daniel Levy berpuas diri. Meski tidak seagresif United, Spurs belanja banyak, memakan anggaran sekitar 144 juta euro di musim panas.
Spurs tidak membuka kampanye musim 2024/2025 dengan kemenangan. Tapi pembantaian 4-0 atas Everton di gameweek ke-2 tentu sedikit membuka kepercayaan diri Dejan Kulusevski dan kolega. Pelatih Ange Postecoglou bahkan cukup yakin kalau skuadnya bakal tampil lebih baik di musim 2024/2025.
Ketika Roda Nasib Berputar Terbalik
Peruntungan Manchester United dan Tottenham Hotspur, seolah berjalan ke arah yang lebih baik. Tapi mendekati pertengahan musim, roda nasib tampaknya justru berputar terbalik. United dan Spurs bak dua sejoli yang selalu kompak. Tapi nahasnya, kompak ke arah bertolak belakang dari ekspektasi.
Di London Utara, suara-suara protes terus bermunculan dari sebuah stadion yang berdiri di atas bekas-bekas White Hart Lane. Tentu, suara-suara protes tersebut menyasar Daniel Levy, seiring performa merosot Tottenham Hotspur. Ratusan fans meminta Levy dan jajarannya mundur, akibat tidak ada progres yang terlihat saat Spurs tertahan di papan bawah.