Mohon tunggu...
alfatihsronan
alfatihsronan Mohon Tunggu... Penulis - I'm not better than you

Bantahlah orang muda dengan perdebatan, orang dewasa dengan pemikiran dan orang tua dengan diam. #Alibinabithalib

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Papua, Burung dengan Sayap yang Patah

9 Maret 2022   23:39 Diperbarui: 9 Maret 2022   23:44 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Papua juga dikenal memiliki keragaman, baik dari segi budaya maupun alamnya.Sebanyak 255 suku yang mendiami pulau Papua yang kaya. Masyarakat Papua masih kental akan tradisi, serta adat istiadat yang ada di dalam kehidupan masyarakat yang tetap memegang nilai nilai leluhurnya.

Dari sekian banyak cerita saya tentang Papua, mungkin ada yang bertanya mengapa terjadi begitu banyak konflik berdarah di Papua, kita melihat seakan tak kunjung padam bara api di Papua, tak terhitung jumlah korban yang menderita hingga tak sedikit meregang nyawa. 

Baiklah kita sedikit flashabck ke sejarah, ketika Indonesia merdeka dari Belanda, wilayah Papua barat tidak termasuk kedalam Negara baru akan tetapi tetap dibawah kekuasaan Belanda.

Barulah setelah Indonesia mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1963 gerakan kemerdekaan dimulai, perlawanan terhadap kontrol de facto di Papua barat semakin meningkat setelah di tetapkan 'Act of free choice' atau Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 

Pada tahun 1969 ketika kelompok tertentu mengsinyalir Indonesia telah memanipulasi dukungan untuk integrasi melalui sebuah referendum yang dinilai cacat di Papua barat.

Mengapa begitu banyak konflik dan teror bersenjata di Papua, selain karena histori diatas World Politics Review melihat poin-poin bagaimana upaya ini berkembang.


Gregory Earl dari Dewan ASEAN Australia mengatakan bahwa orang Papua diseparuh pulau Papua di Indonesia, yang biasa disebut Papua barat merasa telah dirugikan oleh arus imigran yang rutin dari daerah Indonesia yang padat selama empat dekade terakhir migrasi yang awalnya melibatkan petani Jawa yang terorganisir ke Papua barat dan kemudian terjadi migrasi dari pulau pulau tetangga lainnya. Serta konsesi pertambangan yang dikeluarkan untuk perusahaan asing oleh pemerintah pusat membuat Papua barat merasa dirugikan.

Orang Papua di Indonesia juga merasa memiliki hubungan dan budaya yang lebih kuat dengan negara tetangga Papua Nugini dan Negara-negara lain di timur Pasifik.

Faktor yang paling mendasar saat ini adalah adanya ketimpangan dalam pembangunan ekonomi infrastruktur pendidikan dan politik serta adanya keterlibatan negara lain, adanya sengketa histroris, kasus pelanggaran Hak asasi manusia yang belum terselesaikan dan meningkatnya marginalisasi serta diskriminasi yang tak pernah selesai di tanah Papua.

Dari rentetan kejadian per kejadian yang mengulang penderitaan serta ketakutan-ketakutan dalam diri masyarakatnya sehingga memunculkan arah pemikiran baru akan keadilan serta nasionalisme baru. Papua perlu dipandang sejajar dengan yang lain sebagai anak Bangsa tanpa diskriminasi, Papua butuh konsep yang jelas akan tatanan masyarakat Papua yang beradat, tak ada yang bisa melihat dan memahami eksistensi Papua dengan jelas kecuali ia menjadi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun