Mohon tunggu...
Fathin Amim Mufidah
Fathin Amim Mufidah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebuah Seni Mengajarkan Anak Cara Mengambil Keputusan

28 September 2020   22:26 Diperbarui: 28 September 2020   22:28 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Kenapa ya, kebanyakan anak-anak di luar negeri tuh pada pinter ngasih pendapat dan ngambil keputusan? Beda sama anak-anak di sini, yang kalau ditanyain mau apa, cuma senyum-senyum atau jawab gak tau dan nurut aja."

Nah, pertanyaan menyangkut opini di atas saya dapatkan saat tidak sengaja berselancar di timeline twitter.

Membahas mengenai ini, saya kemudian terpikir, anak-anak seperti ini sebenarnya tergantung oleh bagaimana orang tua mendidik, bukan?

Saya sendiri berpendapat bahwa dalam proses mengambil keputusan dan memberikan pendapat, adalah sebuah seni. Seni di mana seorang individu berusaha mengolah pikirannya untuk kemudian menemukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kegiatan ringan ini pun tanpa disadari juga turut membantu dalam peningkatan sisi kreativitas dalam diri seseorang.

Jika sejak kecil seorang anak rajin diajak diskusi, tentang hal-hal kecil di kesehariannya, tidak menutup kemungkinan hal inilah yang membuatnya untuk berani mengutarakan pendapat serta berani maju mengambil keputusan.

Seperti dalam kasus Yunji yang saya tuliskan di atas. Ketika ditanya oleh sang ibu, dia menginginkan adik berjenis kelamin apa. Yunji menjawab, "karena eomma dan appa adalah perempuan dan laki-laki. Kemudian aku dan kakak adalah perempuan, sedangkan Jio laki-laki. Mungkin akan lebih bagus kalau punya adik laki-laki lagi."

Sekarang pun, kebanyakan anak jika ditanyai pendapat seperti itu, mungkin mereka akan merengek tidak mau diberikan adik lagi, atau secara gamblang ingin adik berjenis kelamin apa. Namun untuk anak seumuran Yunji, yaitu sekitar 5-6 tahun, dan mampu menjawab dengan kalimat yang cukup panjang seperti itu sudah dikatakan hebat sekali.

Jika kita telaah lebih jauh, anak-anak seperti ini hidup di lingkungan keluarga yang melakukan pola pengasuhan yang bagus juga. Anak-anak diberikan kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya masing-masing, sedang si orang tua juga harus mendengarnya dengan baik.

Selain itu, dalam keseharian juga sering diajak berdiskusi. Dimulai dari hal-hal kecil, seperti "mau makan apa hari ini?", "enaknya pakai baju yang mana ya?", atau "dinding kamar sebaiknya diberi warna apa ya?", dan lain-lain. Jadi anak akan terbiasa dan terlatih dalam menggunakan otaknya untuk berpikir, menentukan pilihan, dan terbiasa untuk menyusun kalimat untuk berpendapat. Jadi mereka akan semakin menjadi talk-active.

Tentunya didampingi dengan orang tua yang juga turut mendengar dengan baik. Karena jika seorang anak sudah berani mengambil suatu keputusan sendiri dan berani mengungkapkan pendapat pribadi, dan orang tua juga mendengar dengan baik maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berani berpendapat dan bisa menghargai orang lain juga. Entah itu pendapat yang baik atau kurang baik, namun setidaknya anak sudah terlatih sejak dini untuk berani mengambil keputusan dan mengungkapkan pendapat.

Begitu juga sebaliknya. Jika saat si anak memberanikan diri untuk mencoba mengambil keputusan dan mengungkapkan pendapat, akan tetapi orang tua menolak dan menyalahkan, maka saat selanjutnya anak akan menjadi tidak percaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun