Mohon tunggu...
Fathimah Nurul Afifah
Fathimah Nurul Afifah Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga, Alumni Pendidikan Biologi UPI, Santri Ma'had Khadimussunnah

Senang membaca dan menulis, bercita-cita menjadi seorang ibu dari anak-anak yang shalih dan shalihah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Ilmu Pengetahuan Menemukan Sang Pencipta (Bagian 1)

27 Desember 2019   15:00 Diperbarui: 27 Desember 2019   15:07 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alam Semesta | istockphoto.com

Ilustrasi Sintesa Protein | pengayaan.com
Ilustrasi Sintesa Protein | pengayaan.com
Mata kita bisa berbentuk seperti ini, hidung bisa berbentuk seperti ini, tubuh bisa menghasilkan energy dari makanan dan semuanya itu bisa terjadi karena kesempurnaan proses sintesa protein. Jika terjadi kesalahan, misalkan salah menggunakan potongan DNA untuk diubah menjadi RNA, atau salah dalam membuang sebagian dari RNA, atau pula salah menerjemahkan dan kesalahan lainnya, itu bisa menyebabkan kecacatan. Tapi nyatanya semua sempurna dan teratur (jika terjadi kesalahan itu pun merupakan kuasa Pencipta, dan proses terjadinya tetap teratur).

Jika kita panjangkan DNA dari seluruh sel di dalam tubuh kita, maka panjangnya adalah 5x antar jarak bumi dan pluto [3], atau sekitar 5 x 5.900 juta km [4], atau 29.500.000.000 km. jika dikonversikan ke dalam cm menjadi 29.500.000.000.000 cm.

DNA yang sangat panjang itu diubah menjadi RNA dengan sangat tepat, ini tak mungkin itu terjadi begitu saja. Kecacatan yang terjadi pada tubuh akibat kesalahan potong DNA pun terjadi dengan peluang yang sangat kecil. Dan ini pun terjadi dengan sangat rumit dan tak mungkin terjadi begitu saja. Peluangnya terlalu kecil untuk terjadi begitu saja tanpa ada yang mengatur.

3. Teori Peluang (matematika)

Jika kita menuliskan huruf A hingga Z di selembar kertas lalu merobek setiap hurufnya secara terpisah. Kemudian setelah itu dimasukkan ke dalam suatu kantung. Kita ambil secara acak salah satu kertas dari kantung tersebut. Apakah kita bisa memastikan bahwa kertas yang kita ambil adalah huruf A? tidak. Kita berpeluang untuk mengambil kertas dengan huruf apa saja, dengan besar peluang yang sama. Jika ditulis dengan formula (rumus) matematika, peluang terambilnya huruf A dengan tepat itu adalah 1 dibandingkan dengan ke 26 huruf atau 1/26 (0.0384615385), peluang yang sangat kecil.

Sebenarnya bisa saja kita secara pasti dapat mengambil huruf A. Caranya, kita melihat isi kantung tersebut, menyeleksinya, memilih huruf A, lalu mengambilnya. Maka yang keluar sudah pasti huruf A. Hal ini berarti tak mungkin huruf tadi secara tepat terambil kecuali ada yang mengaturnya. Kita dapat mengambil kesimpulan pula bahwa tak mungkin gaya Coulomb yang besarnya sama dengan gaya sentrifugal pada atom, tak mungkin bisa terjadi sintesa protein yang sangat rumit dan terperinci dengan kesalahan yang sangat minim, tanpa ada yang mengaturnya. Pastilah ada Pengatur, dan Pengaturnya itu adalah yang sangat berkuasa dan bukan seorang manusia, karena tak ada satu pun manusia yang mampu melakukannya.

Keteraturan yang terperinci sebagaimana dicontohkan di atas menunjukkan sebuah kepastian bahwa Sang Pencipta wajib ada. Karena sangat tidak mungkin hal tersebut terjadi secara tidak sengaja. Sebagaimana tidak mungkinnya terbangun suatu bangunan setelah suatu tornado melewati tumpukan batu-bata, semen, pasir, dan air.

Bersambung ke bagian 2.

Sumber

[1] Mind, Joe. (2015). 3 Alasan Atheist Tidak Mempercayai Keberadaan Tuhan. [Online]. Diakses dari https://www.kompasiana.com/djoemind/3-alasan-ateis-tidak-percaya-keberadaan-tuhan_5577b9b5319773177ac447c0

[2] Amazine. (2017). Apa Itu Gaya Sentrifugal? Definisi, Konsep, dan Penerapannya. [Online]. Diakses dari https://www.amazine.co/26467/apa-itu-gaya-sentrifugal-definisi-konsep-penerapannya/

[3] Widy. (t.t.). Fakta Mengejutkan Tentang DNA Manusia. [Online]. Diakses dari http://indotopinfo.com/fakta-menakjubkan-tentang-dna-manusia.htm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun