Mohon tunggu...
FATHIMAH AZZAHROH
FATHIMAH AZZAHROH Mohon Tunggu... Mahasiswi Ekonomi Pembangunan, Universitas Negeri Semarang

Saya merupakan mahasiswa yang gemar mengeksplorasi hal-hal baru dan memiliki kepedulian terhadap isu-isu sosial di sekitar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Paket Stimulus 2025: Bantalan Ekonomi yang Belum Sepenuhnya Inklusif

9 Juni 2025   19:30 Diperbarui: 9 Juni 2025   18:59 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto meluncurkan paket stimulus senilai Rp 24,44 triliun. Program yang diumumkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada hari Senin tanggal 2 Juni 2025, diharapkan menjadi bantalan ekonomi untuk memulihkan konsumsi rumah tangga, daya beli masyarakat, mobilitas, dan stabilitas sosial pada kuartal II 2025 mendatang. Namun, muncul pertanyaan dibalik strategi pemulihan ini, sejauh mana kebijakan ini benar-benar inklusif dan merata menyasar seluruh kelompok masyarakat?


Stimulus ekonomi ini hadir di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal I 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,87% (year-on-year), angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2024 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,11% (year-on-year). Secara kuartalan, tercatat kontraksi sebesar 0,98% (quarter-to-quarter), yang menggambarkan adanya tekanan cukup signifikan dalam aktivitas ekonomi.


Perlambatan ini disebabkan oleh beberapa faktor utama, salah satunya konsumsi masyarakat yang melemah dan munculnya tren deflasi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, dalam situasi ini, langkah stimulus ekonomi adalah strategi yang perlu diambil untuk menjaga ritme pertumbuhan, khususnya untuk kuartal II 2025 nanti. Tujuannya tidak lain adalah untuk menjaga ekonomi nasional tetap berada di jalur menuju target pertumbuhan sekitar 5% di tengah tekanan yang datang baik dari dalam negeri maupun dari ketidakpastian ekonomi global, serta menjaga daya beli dan produktivitas masyarakat.


Paket stimulus ekonomi yang menelan anggaran sebesar Rp 24,44 triliun ini akan diberikan kepada masyarakat selama periode Juni-Juli 2025. Paket ini terdiri dari lima program utama, yaitu


Pertama, stimulus yang fokus pada sektor transportasi dengan memberikan diskon tiket kereta api sebesar 30% untuk sekitar 2,8 juta penumpang, potongan 50% untuk tiket kapal laut bagi 500 ribu penumpang, serta pemerintah akan menanggung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tiket pesawat kelas ekonomi sebesar 6%, dengan target sekitar 6 juta penumpang. Total anggaran untuk program ini mencapai Rp 940 miliar. Langkah ini diharapkan bisa mendorong mobilitas masyarakat selama libur sekolah Juni–Juli sekaligus menggairahkan kembali sektor pariwisata dan jasa pendukungnya.


Kedua, pemerintah memberikan diskon tarif tol sebesar 20% yang akan dinikmati oleh sekitar 110 juta pengendara selama dua bulan pada liburan sekolah Juni-Juli. Kebijakan diskon tarif tol ini dilaksanakan melalui surat edaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dengan anggaran sebesar Rp 650 miliar yang bersumber dari non-APBN.


Ketiga, pemerkuatan bantuan sosial dengan menambah bantuan pada program Kartu Sembako senilai Rp 200 ribu per bulan serta tambahan beras 10 kilogram per bulan selama dua bulan untuk 18,3 juta kelompok penerima manfaat (KPM). Bantuan ini diharapkan dapat menjaga daya beli kelompok rentan dikala tekanan ekonomi. Anggaran yang digunakan untuk pemberian bantuan ini sebesar Rp 11,93 triliun.


Keempat yaitu paket yang menyasar ke dunia kerja dengan memberikan Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar Rp 300 ribu per bulan selama dua bulan kepada 17,3 juta pekerja yang bergaji di bawah Rp 3,5 juta per bulan atau dibawah upah minimum provinsi/kabupaten/kota. Bantuan ini juga termasuk diberikan kepada 565 ribu guru honorer yang mencakup 288 ribu guru honorer pada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan 277 ribu guru honorer pada Kementerian Agama. Anggaran untuk program ini berasal dari APBN sebesar Rp 10,72 triliun.


Terakhir, diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 50% diperpanjang selama enam bulan bagi 2,7 juta pekerja di enam subsektor industri padat karya. Anggaran yang digunakan berasal dari non-APBN sebesar Rp 200 miliar. Bantuan ini merupakan upaya menjaga perlindungan sosial dan produktivitas sektor manufaktur dan industri padat karya.


Dengan kombinasi program ini, pemerintah berharap dapat mendorong konsumsi masyarakat, meningkatkan mobilitas selama libur sekolah, serta menjaga stabilitas sosial dan produktivitas sektor industri. Stimulus ini juga diharapkan menjadi bantalan ekonomi yang mampu meredam dampak perlambatan dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2025.


Lalu mengapa paket stimulus 2025 dikatakan belum sepenuhnya inklusif?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun