A. DEFINISI KECERDASAN EMOSIONAL
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan  merasakan, memahami dan secara selektif  menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi  dan pengaruh yang manusiawi. Emosi adalah bahan bakar yang tidak tergantikan  bagi otak agar mampu melakukan penalaran  kolaborasi, inisiatif dan yang tinggi. Emosi menyulut kreativitas, transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi untuk mengantisipasi dorongan-dorongan   keliru, untuk kemudian menyelaraskannya  dengan proses kehidupan dengan sentuhan  manusiawi (Cooper dan Sawaf). Selanjutnya  beberapa teori para tokoh mengenai kecerdasan emosional yaitu sebagai   berikut :
- Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial  yang baik.  Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana  hati individu yang lain atau dapat  berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi   kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur  keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.Â
- Howes  dan  Herald  (1999), mengatakan pada intinya,  kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang  menjadi pintar menggunakan emosi.  Lebih lanjut dikatakannya bahwa   emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati,  kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang  lain. Dalam bahasa sehari-hari kecerdasan emosional biasanya kita sebut sebagai street smart (pintar) atau  kemampuan khusus yang biasa disebut   akal sehat. (Steven  dan Howard, 2002:31).Â
Menurut Goleman (1999:7), asal kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti "menggerakkan, bergerak", ditambah awalan "e-" untuk memberi arti "bergerak menjauh", menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi, emosi memancing tindakan dan akar dorongan untuk bertindak dalam menyelesaikan suatu masalah dengan seketika. Menurut Goleman (2002:45) kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih--lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, dan berempati. Cooper dan Sawaf mendefinisikan kecerdasan emosional sebagaimana di bawah ini : "Emotional Intelligence is the ability to sense, understand, and effectivelly apply the power and acumen of emotions as a source of human energy, information, connection and influence." (Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber energi manusia, informasi, hubungan dan pengaruh). Menurut Salovey dan Mayer kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan -- perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk secara sah alasan dengan emosi dan menggunakan emosi untuk meningkatkan pemikiran. EI ( Emotional Intelegent) sebagai kapasitas untuk alasan tentang emosi dan emosi untuk meningkatkan pemikiran. Ini termasuk kemampuan untuk secara akurat memahami emosi, untuk mengakses dan menghasilkan emosi sehingga dapat membantu pikiran, memahami emosi dan pengetahuan emosional dan reflektif mengatur emosi sehingga untuk  mempromosikan pertumbuhan emosional dan intelektual.Â
Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk mengenali makna emosi dan hubungan mereka, dan untuk alasan dan memecahkan masalah atas dasar mereka. Kecerdasan emosional terlibat dalam kapasitas untuk merasakan emosi, mengasimilasi perasaan emosi yang terkait, memahami informasi dari emosi, dan mengelolanya.
1. Emosi. Â Dalam model ini, emosi mengacu pada keadaan perasaan (termasuk respon fisiologis dan kognisi) yang menyampaikan informasi tentang hubungan. Misalnya, kebahagiaan adalah keadaan perasaan yang juga menyampaikan informasi tentang hubungan - biasanya, salah satu yang ingin bergabung dengan orang lain. Demikian pula, rasa takut adalah keadaan perasaan yang sesuai dengan hubungan - dorongan untuk melarikan diri orang lain.
2. Intelijen. Dalam model ini, intelijen mengacu pada kapasitas untuk alasan sah tentang informasi.Â
Adapun ciri orang yang mempunyai kecerdasan emosi adalah mudah bergaul, tidak mudah takut, bersikap tegas, berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang lain, konsisten, tidak emosional, lebih mengutamakan rasio daripada emosi, dapat memotivasi dirinya sendiri, dan lebih penting dapat memecahkan solusi dalam keadaan yang darurat.Â
Seperti dikatakan oleh Doug Lennick seorang executive vice president di Amerika Express Financial Services bahwa yang diperlukan untuk sukses dimulai dengan ketrampilan intelektual, tetapi orang memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara maksimal, jadi kecerdasan emosional dapat membantu seseorang dalam menggunakan kemampuan kognitifnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya secara maksimum.Â
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan aspek yang sangat dibutuhkan dalam bidang kehidupan sehari-hari kita baik di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Selain itu, kecerdasan emosionallah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat, potensi dan mengubahnya dari apa yang kita pikirkan menjadi apa yang kita lakukan.
Dengan demikian kecerdasan emosi adalah sejumlah kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain dengan indikator :