Tidak heran, trenggiling yang merupakan satwa dilindungi menjadi buruan. Indonesia menjadi negara pemasok dengan Malaysia sebagai transit utama dengan tujuan akhir Asia Timur. Ribuan trenggiling diperdagangkan secara ilegal merupakan tangkapan dari alam.
Dikutip dari WWF Indonesia, penyitaan di enam negara yakni Tiongkok, Laos, Malaysia, Filipina, Ameriksa Serikat dan Vietnam. Cina dan Vietnam adalah negara tujuan dengan jumlah penyitaan 10.491 dan 9.852 individu trenggiling.
Sulitnya memberantas penggunaan narkoba dan peningkatan penggunaan narkoba serta arus masuk narkoba dari luar negeri seperti jenis sabu tentu saja menjadi ancaman bagi trenggiling. Satwa ini diburu dan berstatus terancam punah/critically endangered (IUCN Red List).
Satwa trenggiling penting bagi keseimbangan ekosistem. Karena trenggiling berperan penting sebagai pengendali populasi rayap dan semut di habitatnya. Satu trenggiling bisa memakan sampai 20.000 ekor rayap setiap hari atau 73 juta setahun.Â
Kelangkaan keberadaan trenggiling berdampak pada lingkungan seperti yang dialami petani karet di Jambi, ratusan batang pohon karet mati karena serangan rayap. Â Perburuan trenggiling berpengaruh pada meningkatnya populasi rayap.
Walaupun ancaman hukuman bagi perdagangan satwa liar sangat jelas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, tapi perburuan liar dan perdagangan satwa trenggiling terus berlangsung.
Tingginya permintaan trenggiling di pasar gelap dunia dan sulitnya memutuskan mata rantai penyalahgunaan narkoba, membuat trenggiling terus diburu.Â
Bagaimana upaya menyelamatkan satwa yang dilindungi, seperti trenggiling ini? Tentu saja, pemerintah harus turun tangan dan kita sebagai warga negara memberi dukungan.Â
Meningkatkan kesadartahuan masyarakat dan komitmen pemerintah menjadi solusi bagi penyelamatan alam dan keanekaragaman hayati di dalamnya.