Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Surat Terbuka untuk Sahabat Kompasianer

19 November 2022   19:18 Diperbarui: 20 November 2022   05:48 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kompasiana.com

Dear Sahabat Kompasianer,

Subuh 18 November 2022, usai menunaikan salat Subuh dan membuka HP, biasanya saya mengecek pesan pada aplikasi perpesanan WhatsApp. Ada pesan dari mbak Siska Artati pada pukul 05.14 WIB, isinya "Mbak, selamat yaaaa masuk nomine". Saya segera meluncur ke microsite Kompasianival 2022. 

Alhamdulillah, saya menjadi nomine Best in Fiction bersama senior dan panutan saya dalam berpuisi Ayah Tuah, Pical Gadi, Zaldy Chan dan pemuisi nan cemerlang Evridus Mangung.

Saya baru membalas pesan mbak Siska Artati pukul 05.47 WIB, mengucapkan syukur dan berterima kasih padanya. Pagi itu sebenarnya kondisi saya seperti Udin, yang lagi viral dengan "Surat izin Udin". Seperti bunga yang layu, karena dua hari sebelumnya tanggal 16-17 Oktober 2022 ada pekerjaan kantor yang membuat saya mesti lembur dikejar deadline. 

Malah pagi itu saya ingin menulis seperti surat izin Udin, kira-kira seperti berikut ini.

Pagi yang dingin, ragaku kaku kram
Padahal matahari begitu indah menampakkan diri
Sekuntum bahkan berkuntum-kuntum bunga mekar
Menggoda kumbang singgah meniti paras
Namun ada setangkai bunga yang layu
Itulah saya, yang sakit dan tidak bisa ke kantor
Tapi, saya tidak jadi layu dan mekar kembali
Karena rasa syukur menjadi nomine Kompasiana Award 2022

Dan hari Jum'at yang penuh keberkahan, dipenuhi pesan dari Sahabat Kompasianer tercinta, baik melalui japri ataupun dari Komunitas Inspirasiana memberi ucapan selamat dan dukungannya. Sebaliknya, saya juga mengucapkan selamat kepada Sahabat Kompasianer yang masuk nomine Kompasiana Award 2022. Terima kasih semuanya yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu.

Dear Sahabat Kompasianer,

Benar deskripsi diri yang saya tulis di profil akun Kompasiana saya yakni "bukan pujangga". Karena saya merasa awal mulai berkecimpung di Kompasiana, puisi-puisi yang saya tulis sangatlah sederhana. Tidak layak menjadi karya seorang pujangga. Puisi-puisi saya seperti Udin yang berpuisi melalui surat izin sakitnya, puisi dari seorang anak SD. Saya, anak SD yang lagi belajar menulis puisi.

Sumber foto Tangkapan layar https://kompasianival.kompasiana.com/voting
Sumber foto Tangkapan layar https://kompasianival.kompasiana.com/voting

Saya ingat kritikan dari seorang mentor puisi ketika saya nekat merilis buku kumpulan puisi pertama saya yang berjudul "Renjana Sedang Sendiri" tahun 2019. Saat itu, setiap hari saya sangat rajin menayangkan puisi di Kompasiana dan membukukannya secara mandiri menjadi kumpulan puisi. 

Saya menghargai beliau sebagai mentor puisi walau beliau frontal melempar kritik. 

Menurut beliau, puisi-puisi saya tidak berkualitas, apa saya tidak malu suatu saat ketika saya menjadi penulis ternama atau penyair besar lalu membaca kembali puisi-puisi hasil karya (lama) saya tersebut. Makanya, kualitas harus diperhatikan. Begitu kira-kira.

Tapi saya menjawab dan agak garang waktu itu. Maaf, saya tidak bermimpi jadi penyair besar, saya sedang menikmati proses belajar menulis dan berkarya. Saya tidak pernah malu dengan karya yang saya buat. Siapa yang menentukan kualitas dari sebuah seni? Walaupun ada yang menilai puisi saya buruk dan tanpa kualitas, tidak apa. Walau hanya sebaris puisi, itu adalah sebuah karya. Bukan seperti matematika dapat nilai 100, 50, atau 10.

Saya menanamkan mindset pada diri, berpuisi ataupun menulis bukan perlombaan. Saya tidak peduli apakah puisi-puisi saya yang sangat sederhana dihargai atau tidak. Bagi saya, berpuisi atau pun menulis adalah cara saya mengekplorasi diri. Menjelajah diri, mengeluarkan potensi pada diri. 

Dari awal bergabung di Kompasiana pada Agustus 2019 sampai detik ini adalah pendewasaan diri dalam menulis. Sampai pada kata akhir, bahwa menulis bagi saya adalah cara mencintai diri saya. Jika kita cinta diri kita tentu kita merawat rasa cinta itu. Saya akhir-akhir ini mulai santai dalam menulis, tidak ada ambisi dan tidak ada yang harus dikejar. Jangan sampai menulis menjadi beban bagi diri, mengalir seperti air saja. 

Dear Sahabat Kompasianer,

Menjadi nomine pada kategori Best in Fiction, saya berterima kasih pada Kompasiana dan juga Sahabat Kompasianer yang telah memberi apresiasi dan dukungan pada saya. Bagi saya, memiliki Sahabat Kompasianer adalah "award" bagi saya. Dukungan selama ini sangat memberi energi untuk terus berkarya.

Menjadi nomine Best in Fiction saja saya sudah sangat bersyukur dan tidak berharap menjadi pemenang karena ada yang lebih layak dari saya. Bagi saya, semua Sahabat Kompasianer adalah pemenang dalam Kompasiana Award. Karena menulis, aku ada. Karena ada Sahabat Kompasianer maka Kompasiana ada dan tetap eksis sampai hari ini.

Terakhir, permintaan maaf dari saya, bunga yang sering layu akhir-akhir ini,  bahwa kondisi pekerjaan saya sampai akhir tahun sangat menyita waktu dan energi sehingga saya jarang menulis dan berkunjung ke akun Sahabat Kompasianer. Saya mohon maaf namun segenap cinta selalu ada buat Sahabat Kompasianer yang selalu memberi semangat.

Salam Cinta

Fatmi Sunarya/19 November 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun