Saya tiba-tiba kesengsem dengan beberapa artikel yang membahas tentang artikel utama yang susah digapai. Artikel utama alias headline, yang saya ucap jadi hetlen (karena ini artikel humor).
Katanya (bukan kata saya lho), kok yang dapat artikel utama orangnya itu-itu saja, ada artikel bagus kok ngga hetlen, dan lain sebagainya.Â
Lalu saya menghubungi sahabat saya yang langganan hetlen, ingin berdiskusi kenapa puisi picisan punyaku tak hetlen.
"Bang, gimana pendapat abang tentang puisi-puisiku, kenapa jauh dari jangkauan sinyal hetlen?" tanyaku dag dig dug.
Lho kok dag dig dug? Â Maklum si abang agak galak rupanya.
"Ah, puisimu itu tidak pernah klimaks!" jawaban ketus si abang.
Fatmi mengetik...klimaks kbbi, enter. Karena daku lugu, tak tahulah artinya klimaks.
"Dongok kali lah, masa klimaks ngga tahu artinya, maksudku puisimu itu tidak pernah sampai pada kepuasan pembaca, gantung," urai si abang.
Aku mulai bingung, puisi kek mana rupanya yang bisa klimaks. Padahal aku sudah bersemedi, bermeditasi mencari inspirasi.
"Gini saja bang, aku bikinkan puisi lalu abang yang periksa, biar jadi hetlen," usulku.