Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tari Ngagah Harimau, Kearifan Budaya Lokal Menghormati Harimau

16 Agustus 2021   11:31 Diperbarui: 16 Agustus 2021   11:36 2170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Pulau Tengah, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, adalah sebuah desa yang berada di pinggir Danau Kerinci. Disamping terkenal dengan masjid keramat yang pernah saya tulis dengan judul Wisata Religi ke Masjid Keramat Koto Tuo Pulau Tengah,  desa Pulau Tengah juga terkenal dengan Tarian Ngagah Harimau atau dalam bahasa Pulau Tengah Ngagah Imau. Ngagah artinya menghibur, dengan arti menghibur roh harimau yang mati agar harimau lain tidak mengganggu.

Sumber foto https://www.jambiupdate.co/
Sumber foto https://www.jambiupdate.co/

Tarian Ngagah Harimau berfungsi sebagai Tari penolak Bala. Ngagah harimau adalah ritual atau persembahan menghormati roh harimau yang mati. Bagi masyarakat Kerinci, harimau adalah makhluk karismatik yang dipercaya sebagai titipan dari nenek moyang untuk menjaga hutan. 

Harimau sering di panggil Ninek (nenek) yang berarti makhluk yang dituakan. Jika ada serangan harimau bagi masyarakat Kerinci bukanlah ancaman tetapi merupakan "teguran" dari orangtua.

Sumber foto https://jambi.tribunnews.com/
Sumber foto https://jambi.tribunnews.com/

Dari zaman dulu Masyarakat Kerinci dan Harimau hidup berdampingan dengan damai. Pertalian batin antara masyarakat Kerinci dan harimau khususnya di Pulau Tengah, harimau dipercayai menunjuk jalan pulang jika ada yang tersesat di rimba. Masyarakat juga tidak memburu harimau bahkan bala akan datang jika membunuh harimau. Ini ditandai dengan mantra Ngagah Harimau untuk menghormati harimau yang mati berbunyi :

Uuu...nek moyang tingkaih, ngak bugle Mangku Gunung Rayo
Uuu...nek sarintak ujoa panah, ngak bugle Panglimo Tangkaih
Uuu...hulubalo tigea badoa sebatoa wujudnya tigea

Jika ada harimau yang ditemukan mati, maka akan ditutup dengan kain putih, ditandu ke balai adat dan diletakkan ditempat yang tinggi. Alat bebunyian bernama Terawak dari tempurung akan dipukul untuk menjemput roh harimau. Alat Terawak ini dilekatkan ke tanah dengan keyakinan harimau mempunyai telinga/pendengaran di tanah yang diinjaknya.

Kain penutup muka harimau dan diletakan persembahan benda pengganti, taring diganti dengan keris, kuku diganti dengan sebilah pedang, ekor diganti dengan tombak, suaranya diganti dengan pukulan gong, warna mata diganti dengan kelopak betung, serta belangnya diganti dengan warna kain.

Harimau yang mati kemudian diarak ke desa, di depan harimau pemuda berebutan ngagah (menghibur) arwah harimau dengan silat dan gerakan harimau serta tarian. Dalam ritual ini banyak yang kesurupan. Setelah ritual ini selesai baru harimau dikuburkan di pinggir desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun