Mohon tunggu...
Faatima Seven
Faatima Seven Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Moody

Loves writing. Founder and Writer at Asmaraloka Publishing http://ayreviuyu.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kelak Dunia akan Adopsi Sistem Ekonomi PETA

27 Juni 2018   07:55 Diperbarui: 27 Juni 2018   11:22 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mayor (Purn) Muhammad Saleh Karaeng Sila:

SEJAK dicetuskan 10 Nopember 2015, Komuitas Pembela Tanah Air (PETA) memang masih menuai kontroversi. Pencetusan itupun bukanlah dalam bentuk deklarasi seremonial melainkan `pencetusan` di atas tanah. Tanggal 10 Nopember 2015 itu, Saleh Karaeng menulis kata `PETA` di atas tanah, lalu ia menatap lekat-lekat kata itu sambil berucap dalam hati, "Engkau (PETA) akan dilahirkan kembali untuk kemakmuran bangsamu."

Seolah sebuah hatif, Saleh Karaeng sendiri merasa sangat yakin dengan suara hati itu. Dan ia bertekad mewujudkannya. Tak urung sinisme dan kecaman menghunjam padanya. Ia bahkan dihujat secara pribadi sebagai sosok yang haus kekuasaan dan tak sabar ingin naik jabatan menjadi Panglima TNI sehingga mundur dari kemiliteran yang saat itu sudah berpangkat Mayor Infanteri, demi mengangkat diri sebagai Panglima Besar PETA.

Bagi yang tak mengetahui cerita dibalik `gorengan isu` ini, pastinya akan lebih  mudah mempercayainya. Apalagi dalam banyak kesempatan, Sang Mayor sering mengenakan atribut militer, berbaret dan menggenggam secara khusus sebuah tongkat layaknya Tongkat Komando.

Berbekal kepenasaranan dan rasa ingin tahu yang besar tentang kebenarannya, aku memutuskan wawancara pribadi secara langsung dengan Mayor Abadi ini di kediamannya di  kawasan Ciracas. Hangat dan bersahabat, itulah khas pembawaannya. Hampir tak  ada citra kaku sebagaimana umumnya yang berlatarbelakang militer. Kecuali ketegasan, aura itu masih lekat sekali.

PETA Adalah Komunitas Bukan Ormas Bukan Parpol

Dalam usia dua tahunan, PETA ternyata sudah pernah bubar dua kali. Bubar kepengurusan. Tapi ide dan konsepnya sendiri tentunya takkan pernah mengenal bubar karena ia sudah menjadi nafas dan nadi dalam jiwa lulusan AKMIL 1999 ini. 

Berbanding terbalik dengan `image` kita selama ini yang mengira PETA adalah organisasi politik atau semacam  organisasi kelaskaran, ternyata PETA justeru bergerak dengan visi dan misi anti kapitalisme. 

Gerakannya murni orientasi perbaikan ekonomi. Sekali lagi, murni ekonomi. Keprihatinan terhadap kapitalisme yang banyak menghancurkan perekonomian rakyat kecil telah mengendap di jiwa Muhammad Saleh Karaeng Sila sejak ia masih aktif berdinas di militer.

Visi dan misi gerakan ekonomi PETA dipampang si setiap label produk.
Visi dan misi gerakan ekonomi PETA dipampang si setiap label produk.
"Dua belas tahun saya berkarir di militer dan bertugas di beberapa tempat seperti Aceh dan Papua, saya melihat  banyak fakta yang bertentangan dengan amanah konstitusi.  Salah satu yang paling mencolok adalah penguasaan kekayaan alam oleh bangsa asing. Saya berkesimpulan bahwa jika berjuang melalui tentara yang hanya loyal pada negara dan melakukan perintah negara apalagi dengan UUD yang sudah diamandemen, maka tentara tak punya lagi hak berjuang khususnya di bidang politik. 

Kita kan sudah didoktrin bahwa JANGAN BIARKAN SEJENGKAL TANAHPUN LEPAS PADA BANGSA ASING. Tetapi nyatanya, kekayaan Indonesia; emas, uranium dan lainnya sudah dikuasai oleh bangsa asing. Dan kita sebagai tentara tak bisa berbuat apa-apa karena diikat oleh undang-undang," ungkapnya. "Makanya, secara pribadi saya bertekad meninggalkan almamater  kebanggaan saya, kebanggaan keluarga saya, semata demi bisa memperjuangkan hak rakyat Indonesia yang tertindas . Supaya saya bisa bicara menyuarakannya karena kalau menjadi tentara saya tak bisa bicara apapun," tandasnya.

Karena berjuang tak bisa sendiri, maka Saleh Karaeng mendirikan PETA (Pembela Tanah Air) untuk bisa mengumpulkan rakyat dan berjuang bersama. "Harus selalu ada pengorbanan. Tetapi intinya, kekayaan alam bangsa Indonesia harus dikelola oleh rakyat dan dinikmati oleh rakyat," tegas Pelatih Terbaik Raider 2003 ini.

Produk PETA, diproduksi kalangan sendiri untuk kalangan sendiri. Swasembada.
Produk PETA, diproduksi kalangan sendiri untuk kalangan sendiri. Swasembada.
Gagasannya tentang membangun perekonomian anti kapitalisme ini sesungguhnya sangat ideal karena konsep ekonomi seperti itulah yang diperlukan bangsa ini untuk menjadi gemah ripah loh jinawi. Tetapi tidak demikian sambutan yang diterimanya dari khayalak. Ada banyak yang justeru mencibir. 

Bagi yang paham, mereka segera gabung unutuk mendukung. Maka tak  heran bila Komunitas PETA sekarang telah berkembang di sekitar 28 propinsi. Adapun pihak-pihak yang merasa terancam dengan ide ini tak kurang-kurang melancarkan ancaman dan fitnah. Saleh Karaeng dianggap sebagai  oknum tak waras, gila kekuasaan.

Dan menghadapi berbagai respons masyarakat yang berbeda, khususnya yang menyudutkannya, putera kelahiran Jeneponto, Makassar tahun 1978 ini cuma menanggapi kalem,  "Mereka tak kenal saya. Mereka adalah senior, jadi tak banyak berinteraksi secara pribadi dengan saya. Wajar kalo mereka bicara seperti itu," katanya tanpa mau ambil pusing.

Tekadnya membangun sistem  ekonomi PETA, yakni ekonomi yang menguntungkan seluruh rakyat, telah dirintisnya di lingkup internal PETA. Dalam keseharian, mereka telah menggunakan produk yang dibuat oleh mereka sendiri semisal deterjen, minyak sayur, rokok, sabun pencuci, beras dan beberapa jenis produk lainnya. Hingga kini mereka telah memiliki 10 jenis produk yang dipake oleh kalangan mereka sendiri. Uniknya, setiapkali seorang anggota PETA melakukan pembelian ataupun penjualan, mereka dapat semacam poin dari transaksinya. Sebagai reward, poin itu kemudian dimasukkan ke tabungan masing-masing yang dikelola oleh pengurus komunitas.

"Sistem ekonomi kita sudah berjalan di seluruh komunitas kita di berbagai propinsi. Produknya kita bikin sendiri dan kita gunakan sendiri. Tidak untuk orang luar. Produk kita memiliki standar mutu yang sangat baik," ungkap Sang Mayor yang memiliki jejak rekod sangat baik dan berprestasi di militer.

Ke depan, tatkala semua orang sudah bisa menerima sistem ekonomi PETA serta menjalaninya sebagai sistem bersma, tak menutup kemungkinan bahwa PETA akan memiliki bank sendiri sebagai tempat transaksi kalangan mereka sendiri karena sejauh ini, uang yang berputar di komunitas mereka tidaklah disimpan dalam bank umum. 

Mereka sungguh-sungguh melepaskan diri dari sistem dan elemen kapitalisme. "Setidaknya bahwa saat ini ada sejumlah uang yang tidak tercatat dan tidak tersimpan di bank manapun. Kalau hal seperti in ibis dilakukan oleh banyak kalangan, sebenarnya kapitalisme akan hancur dengan mudah. Rush money... itu yang sangat mereka takutkan," paparnya.

Dan pada dasarnya, asas pemikiran PETA adalah semata ingin melaksanakan dan memberdayakan Pasal 33 ayat 1 dan 2 UUD 45, bahwa (pasal 1) : "Cabang -cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.  Pasal 2; "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat."

Adakah yang salah? (*)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun