Mohon tunggu...
nama ku
nama ku Mohon Tunggu... Penulis - ...

.....

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekonomi Digital, Harapan dan Ancaman

9 Mei 2019   11:48 Diperbarui: 9 Mei 2019   11:56 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Lahirnya market place online menjadi harapan bagi banyak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Persoalan-persoalan sulitnya akses terhadap pasar, promosi, besarnya biaya gudang dan properti lainnya serta rendahnya fasilitas perdagangan mendapatkan solusi melalui apa yang mampu dilakukan aplikasi online. 

Setidaknya lebih dari 5 juta penjual telah bergabung dalam market place-market place yang ada di Indonesia dan memberikan peningkatan pendapatan baik bagi penjual maupun produser yang jumlahnya jauh lebih banyak dibelakang mereka. Sebagai negara terpadat di Asia Tenggara dengan populasi 262 juta dengan 140 juta terhubung internet, sekitar 28 juta orang (13% growth YoY) aktif melakukan transaksi online. 

Kapasitas Indonesia dengan sekitar 49 juta UMKM (SME's) membuat pemerintah Indonesia bertekad menjadi negara dengan digital ekonomi terbesar di Asia Tenggara dimana pada tahun 2020 menyakini akan mampu akan menyerap 26 juta lebih tenaga kerja. 

Apakah ini akan berhasil dan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan? E-commerce selama ini menjadi sebagai salah satu jalur masuk membanjirnya barang-barang impor ke Indonesia. 

Kementerian Perdagangan menyebut, marketplace menjual 90% produk impor. Asosiasi Ecommerce Indonesia (idEA) menyebutkan bawah per tahun 2017 hanya 6-7% produk lokal yang dijual melalui platform e-commerce. 

Persoalan lainnya adalah, Indonesia dengan 1500 startup - menduduki posisi ketiga di dunia setelah USA dan China -- dan dikatakan bahwa 99% dari startup tersebut tidak inovatif. Sejak lama startup-startup tersebut merupakan rangkaian supermarket atau serupa dengan bisnis non-inovatif. 

Lahirnya 4 unicorn Indonesia, Gojek (transportasi dan lintas sektor), Traveloka (ticket and travel), Tokopedia dan Bukalapak (market place) terjadi setelah mendapatkan suntikan dana dari investor global atau pemain retailer besar dunia atau kapital player yang menginvest untuk dijual kembali. Keempatnya merupakan usaha yang dimulai dari bawah dan dengan kerjakeras yang baik namun ketergantungan terhadap modal begitu tinggi agar bisa berkembang. 

Masuknya pemain besar global membuat usaha online ini semakin terintegerasi dengan pemain global yang telah mendominasi di banyak negara. 

"Democratize Commerce through Technology" menjadi tidak mendapatkan tempatnya. Pada market place, produk-produk massal industrial besar bertarung langsung dan terbuka dengan produk-produk lokal berbasis industri kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan modal dan teknologi. 

Hal ini membuat pemerintah Indonesia berupaya melindungi produsen lokal dengan berbagai ketentuan yang memastikan produsen lokal tetap mendapat ruang dalam e-commerce. Walaupun terlambat hal ini harus dilakukan agar produsen lokal (UMKM) dapat bertahan dan terhindar dari kehancuran yang parah. 

Pada kondisi ini, produk-produk kecil dan uniklah yang memiliki peluang ke depan untuk bisa bertahan, atau paling tidak bagi pemenuhan pasar lokal yang unik. Kerajaan baru tengah terbentuk dan pertarungan menguasai produksi global melalui penguasaan produksi lokal potensial yang ada di setiap negara juga sedang terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun