Mohon tunggu...
Muhammad Farris Haydar
Muhammad Farris Haydar Mohon Tunggu... Mahasiswa

Memiliki hobi menulis dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bagaimana Budaya Digital Mempengaruhi Kehidupan Nyata

20 Oktober 2025   05:33 Diperbarui: 20 Oktober 2025   05:33 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sebagai bagian dari generasi yang sedari kecil tumbuh bersama dengan massive nya perkembangan teknologi khususnya media sosial, tentu saja mempengaruhi cara kita berkomunikasi, melihat dan memandang diri maupun orang lain, serta bagaimana kita memperkenalkan diri. Bukan lagi hanya memperkenalkan diri terhadap lingkungan sekitar atau orang terdekat, dengan perkembangan teknologi membawa kita pada budaya digital yang dapat memberikan kesempatan untuk semua orang dapat berkomunikasi, memperkenalkan dan dilihat bahkan oleh orang yang sama sekali tidak dikenali.

Berbagai macam kesempatan terbuka lebar pada budaya digital, bahkan kita dapat memperkenalkan diri dan berkomunikasi dengan gaya yang berbeda dari biasanya, sehingga dapat membentuk "persona" baru dalam dunia digital. Media sosial menjadi salah satu wadah yang membentuk bagaimana budaya digital ini berkembang dengan signifikan, bagaimana kita ingin dilihat pun dapat dibentuk, serta bagaimana pandangan kita terbentuk dari apa yang kita lihat di layar kaca. Disaat yang bersamaan kesempatan terbuka lebar muncul, tak terhitung banyaknya orang mencoba mengambil kesempatan tersebut untuk meningkatkan eksistensi, keperluan pribadi bahkan bisnis.

Hal ini membuat saya berpikir bagaimana kita dapat membatasi privasi dan juga etika yang ada dalam budaya atau dunia digital ini, semakin "abstrak" bagaimana kita menjaga hal ini. Disisi lain dunia digital ini menghasilkan berbagai macam kesempatan positif seperti kesempatan bekerja, bantuan sosial, dan sebagainya, namun hal ini juga datang bersamaan dengan tantangan bagaimana kita menjaga seutuhnya privasi dan etika bersosial. 

Tidak jarang saya melihat di lingkungan atau teman sebaya yang mengunggah privasi mereka yang mana dapat mencerminkan bagaimana mereka beretika di dunia atau budaya digital, dimana dalam beretika ini kita perlu untuk menyaring, memilah memilih mana yang dapat kita sebarkan mana yang tidak. "Oversharing" suatu istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan bagaimana seseorang berlebihan dalam membagikan informasi pribadi khususnya dalam konteks ini di media sosial, perlu disadari bahwasannya jejak digital sangat sulit untuk dihapus. Terdapat kekhawatiran di masa yang akan datang informasi pribadi masa lalu kita yang pernah kita bagikan, dapat dengan mudah disebarkan oleh orang lain, hal ini disebut juga dengan istilah "internet never forgets".

Hal yang ingin saya sampaikan yaitu bagaimana kita perlu untuk menyadari bahwasannya menjaga etika dan privasi di dalam budaya digital sangat diperlukan. Diri kita sendiri yang menentukan dan membentuk bagaimana platform digital ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pribadi maupun orang lain. Bagaimana cara kita memilah memilih konten atau produk digital, membagikan informasi, perlu dibatasi setidaknya dengan norma moral yang kita miliki, dan budaya digital memberi kita kebebasan berekspresi, tapi juga menuntut tanggung jawab etis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun