Mohon tunggu...
Farouq Al Ghoribi
Farouq Al Ghoribi Mohon Tunggu... Lainnya - Santri yang hobi membaca dan seni

Ig : m.farouq.alg Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Biografi Singkat "Sang Ratu Adil" Pemimpin Perang Jawa (1825-1830)

11 Oktober 2022   15:20 Diperbarui: 11 Oktober 2022   15:25 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diponegoro (wikipedia.org)

Perang Jawa yang berlangsung selama lima tahun antara 1825-1830 M, berhasil membuat Belanda mengalami kebangkrutan. Perang ini dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro yang mempunyai pasukan dari kalangan kyai, santri dan rakyat kecil. 

Lalu siapakah Pangeran Diponegoro yang juga dijuluki Ratu Adil itu? Simak, ini biografi singkatnya.

1. Asal usul

Pangeran Diponegoro lahir dengan nama Bendara Raden Mas Mustahar. Lahir di kraton Ngayogyakarta, pada tanggal 11 november 1785 M. Beliau merupakan putra pembajeng (sulung) dari Raden Mas Surojo (kelak Sri sultan Hamengkubuwono III) dengan garwa ampeyan (selir), yang bernama Raden Ayu Mangkorowati.  

Ayah pangeran diponegoro adalah putra sulung sultan Hamengkubuwono II dari garwa padmi (permaisuri) Ratu kedaton. Ratu Kedhaton merupakan keturunana raja Madura. Sedangkan, ibu pangeran berasal dari Pacitan dan merupakan keturunan dari tokoh besar Ki Ageng Prampelan. Seorang tokoh yang sezaman dengan Panembahan Senopati.


2. Diasuh oleh eyang buyutnya

Ketika masih kecil, oleh ibunya. Pangeran Diponegoro diperkenalkan kepada kakek buyutnya yakni sri sultan Hamengkubuwono I, pendiri kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Saat pangeran Diponegoro digendong oleh sultan HB 1. Kakek buyut beliau itu kemudian meramalkan bahwa cucu buyutnya nanti, akan mendatangkan kehancuran yang lebih hebat pada belanda daripada dirinya saat perang Giyanti (1746-1755), tetapi untuk hasilnya hanya tuhan yang tahu.

Setelah itu pangeran Diponegoro dititipkan kepada nenek buyutnya, istri sultan HB 1 yaitu Ratu Ageng. Oleh Ratu Ageng pangeran diponegoro kecil dibawa ke Tegalrejo lalu diasuh disana. Saat di Tegalrejo itulah sang pangeran srawung (bergaul) dengan wong cilik, para ulama kyai dan santri.

3. Masa muda

Pangeran Diponegoro muda menyandang nama Raden Mas Ontowiryo. Dimasa remajanya, pangeran Diponegoro menghabiskan waktu di Tegalrejo dengan banyak beguru kepada para ulama kyai untuk menimba ilmu tentang agama, kesusastraan dan sistem kemasyarakatan. Bahkan menurut riwayatnya beliau juga ikut tareqat Syattariyah.

Selain itu, beliau juga mendapat pendidikan karakter dari nenek buyutnya, Ratu ageng. Ratu ageng adalah wanita yang tegas dan patuh terhadap ajaran agama. Beliau merupakan wanita yang gagah perkasa, dahulu beliau juga ikut mendampingi sultan Hamengkubuwono I turut berjuang dalam perang Giyanti (1746-1755).

4. Perang Jawa1825-1830

Kelakuan orang-orang eropa di Jawa, makin lama makin menjadi. Mereka sudah terlalu banyak ikut campur didalam  pemerintahan kraton di Jawa. Kraton seperti tak ada harganya (ilang ajine).

Residen Yogya A.H. Smissaert, memerintahkan memasang patok-patok sebagai tanda akan dijadikan jalan, ia juga memerintahkan untuk menggusur apapun yang menghalangi calon jalan itu. Tegalrejo tempat pangeran Diponegoro tinggal juga terdampak. Pangeran Diponegoro kaget bukan kepalang, karena beliau tidak diberi tahu terlebih dahulu soal penggusuran tanah itu. Tanah-tanah tersebut sangat berharga karena bukan hanya menjadi sumber pemasukan, tetapi juga dibeberapa bagian menjadi makam leluhurnya.

Setelah banyak mendapat penglihatan-penglihatan (wisik) dan sudah difikirkan matang-matang. Pangeran Diponegoro yang kemudian bergelar, Sultan Abdul Hamid Heru Cokro Kabirul Mukminin Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa bersama para pengikutnya yang kebanyakan dari kalangan ulama santri memulai mengibarkan bendera perang.

Perang yang dikenal dengan sebutan perang sabil atau perang jawa (De Java Oorlog) ini berlangsung selama 5 tahun. perang ini membuat Belanda mengalami kerugian yang sangat besar. Akibat perang ini, penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000 jiwa, sementara korban tewas di pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi. Perang ini juga menjadi salah satu penyebab diterapkannya sisitem tanam paksa oleh pemerintah Belanda.

5. Meninggal di pengasingan

Pangeran Dipinegoro dan pasukannya sangat merepotkan belanda. Hingga membuat pihak belanda menghalalkan segala cara untuk dapat menangkapnya. Akhirnya pada 28 Maret 1830 di Magelang, pangeran Diponegoro dapat ditangkap dengan cara yang licik oleh jenderal De Kock.

pangeran Diponegoro beserta keluarga dan beberapa pengikutnya kemudian dibawa ke Batavia untuk beberapa saat, lalu diasingkan ke Fort Nieuw Amsterdam di Manado sebelum akhirnya diasingkan ke Fort Rotterdam di Makassar hingga beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada pagi hari, Senin tanggal 8 Januari 1855. Jenazah pangeran dimakamkan di kampung Melayu bersamaan dengan pusakanya, keris Kyai Bondoyudo.

Atas jasa-jasa beliau. Maka, pada tanggal 6 november 1973, pemerintah Indonesia menganugrahinya gelar pahlawan Nasional.

Untuk generasi muda penerus bangsa, hargailah jasa-jasa para pahlawanmu. Ingat kata kata bung Karno, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya".

Sumber referensi

Carey, Peter (2014). Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Rohim, Abdul (2019). Kronik Perang Jawa 1925-1830. Yogyakarta: Sociality.

Diponegoro (wikipedia.org)

Perang Diponegoro (wikipedia.org)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun