Mohon tunggu...
Fariz Hafizh
Fariz Hafizh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Universitas Lampung

Make a new word and happy with life until the end

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Model Kepemimpinan Prof. Dr. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie

20 April 2024   16:11 Diperbarui: 20 April 2024   16:13 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Model Kepemimpinan Prof. Dr. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie

B  J. Habibie, seorang tokoh yang sangat dihormati dalam sejarah politik Indonesia, memiliki model kepemimpinan yang unik dan berpengaruh. Sebagai Presiden ketiga Indonesia setelah Soeharto, kepemimpinan Habibie terjadi dalam konteks transisi politik yang menantang setelah rezim Orde Baru. BJ Habibie adalah seorang insinyur dan politikus yang menjabat sebagai Presiden Indonesia dari tahun 1998 hingga 1999. Kepemimpinan Habibie dimulai setelah pengunduran diri Soeharto pada Mei 1998, yang memicu transisi politik yang signifikan dari Orde Baru menuju demokrasi. Sebagai pengganti Soeharto, Habibie dihadapkan pada tugas yang berat untuk menavigasi negara melalui masa transisi yang rapuh dan tidak pasti.

Model kepemimpinan Habibie dapat dikarakterisasikan oleh beberapa ciri khas. Pertama, dia dikenal sebagai sosok yang intelektual dan visioner. Sebagai seorang insinyur yang terampil, dia membawa keahliannya dalam teknologi dan industri ke panggung politik, mendorong modernisasi dan inovasi di berbagai sektor. Kedua, Habibie memiliki sikap yang inklusif dan terbuka terhadap berbagai pandangan politik dan ideologi, yang tercermin dalam upayanya untuk memperluas ruang politik bagi partai-partai oposisi dan kelompok masyarakat sipil. Namun demikian, kepemimpinan Habibie tidak lepas dari tantangan dan kritik. Salah satu kritik utama adalah terkait dengan pandangan bahwa dia terlalu dekat dengan rezim Soeharto dan kurang berkomitmen pada reformasi politik yang lebih radikal. Selain itu, keputusannya untuk melanjutkan proyek-proyek kontroversial, seperti proyek pembuatan pesawat terbang, juga menuai kritik karena dianggap tidak sesuai dengan prioritas nasional yang lebih mendesak. Meskipun demikian, warisan Habibie dalam sejarah politik Indonesia tetap signifikan. Kepemimpinannya membuka jalan bagi reformasi politik yang lebih lanjut dan memperkuat fondasi demokrasi di Indonesia. Kontribusinya terhadap pembangunan teknologi dan industri juga meninggalkan dampak jangka panjang, dengan dorongan untuk modernisasi dan inovasi yang terus berlanjut hingga hari ini.

Secara keseluruhan, model kepemimpinan BJ Habibie adalah Demokratis. Meskipun menghadapi kritik dan tantangan, kepemimpinannya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan Indonesia pasca-Orde Baru. Analisis terhadap kepemimpinan Habibie menggambarkan kompleksitas dinamika politik dan sosial dalam konteks transisi demokratis, sambil menyoroti pentingnya visi, inklusivitas, dan keberanian dalam menghadapi tantangan masa lalu dan masa depan. Model kepemimpinan demokratis B.J. Habibie dapat dilihat dari konteks politik yang dihadapinya. Sebagai seorang yang naik ke tampuk kekuasaan dalam situasi transisi politik yang rapuh, pendekatan demokratis menjadi kunci dalam menjaga stabilitas politik dan mengembangkan fondasi demokrasi yang kuat. Model kepemimpinan demokratis menciptakan lingkungan di mana keputusan-keputusan penting dibuat melalui partisipasi kolektif dan proses inklusif. Seorang pemimpin demokratis mendorong partisipasi aktif dari warga negara, mendengarkan berbagai pandangan, dan mengambil keputusan berdasarkan konsensus atau mayoritas. Dalam konteks B.J. Habibie, kepemimpinan demokratis mencerminkan sikap terbuka, keterlibatan, dan responsif terhadap aspirasi masyarakat. Habibie diakui karena keterlibatannya yang aktif dengan masyarakat dan partai-partai politik yang beragam. Dia sering melakukan dialog langsung dengan berbagai kelompok masyarakat, mendengarkan keluhan mereka, dan menjawab pertanyaan mereka secara terbuka. Keterlibatan ini mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi yang menghargai partisipasi publik dan mengakui pentingnya mendengarkan suara rakyat.

Sebagai pemimpin demokratis, Habibie cenderung menggunakan proses keputusan kolaboratif, di mana berbagai pandangan dan opini diperhitungkan sebelum keputusan akhir diambil. Dia memfasilitasi dialog antara berbagai pihak, memungkinkan mereka untuk berdiskusi dan berdebat secara terbuka. Pendekatan ini membantu menciptakan legitimasi yang kuat bagi keputusan-keputusan pemerintah. Selama masa kepemimpinannya, Habibie juga terlibat dalam pembentukan lembaga-lembaga demokratis yang penting, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Langkah-langkah ini menggarisbawahi komitmen Habibie terhadap prinsip-prinsip demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia.

Model kepemimpinan demokratis B.J. Habibie memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu. Kelebihannya termasuk kemampuannya untuk menciptakan lingkungan politik yang inklusif dan partisipatif, yang memungkinkan masyarakat untuk merasa terlibat dalam proses politik. Hal ini membantu memperkuat legitimasi pemerintahan dan meningkatkan kualitas keputusan. Namun, pendekatan demokratis juga dapat menjadi lambat dan tidak efisien dalam menghadapi situasi yang membutuhkan keputusan cepat dan tegas.


BJ Habibie dapat dikategorikan sebagai model kepemimpinan demokratis karena pendekatannya yang inklusif, partisipatif, dan mengutamakan nilai-nilai demokrasi dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah beberapa deskripsi tentang bagaimana Habibie mencerminkan model kepemimpinan demokratis:

a.) Inklusif: Habibie cenderung melibatkan berbagai pihak dalam proses pengambilan keputusan. Dia memperhatikan masukan dari berbagai sumber, termasuk ahli, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya, sehingga memastikan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan beragam perspektif.

b.) Partisipatif: Habibie memberikan ruang bagi partisipasi aktif dari anggota timnya. Dia tidak hanya mendengarkan pendapat mereka, tetapi juga mendorong mereka untuk berkontribusi dalam pembuatan keputusan. Hal ini menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa dihargai dan memiliki peran dalam proses pembuatan keputusan.

c.) Transparan: Sebagai pemimpin, Habibie dikenal karena transparansi dalam komunikasinya. Dia secara terbuka menyampaikan informasi kepada bawahannya dan masyarakat umum, sehingga memungkinkan mereka untuk memahami alasan di balik setiap keputusan yang diambil.

d.) Menghargai Kebebasan Berpendapat: Habibie menghargai kebebasan berpendapat dan mendorong adanya diskusi terbuka. Dia memberikan ruang bagi perbedaan pendapat dan memperlakukan mereka dengan hormat, tanpa takut akan pembalasan. Hal ini menciptakan lingkungan di mana orang merasa nyaman untuk menyampaikan ide-ide mereka tanpa rasa takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun