Mohon tunggu...
Farizko Ikhsan
Farizko Ikhsan Mohon Tunggu... Jabatan Manager

Suka ngulik tips kerja, update berita ringan, dan cerita seru seputar pelatihan. Kerja di dunia training dan senang berbagi hal-hal bermanfaat buat pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Diskursus 4 Hari Kerja untuk Work Life Balance

13 Oktober 2025   15:00 Diperbarui: 13 Oktober 2025   13:33 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penerapan work life balance (Sumber: pexels.com)

Konsep bekerja empat hari dalam seminggu (4-Day Work Week) bukan lagi sekadar wacana. Berbagai studi global, dari Islandia hingga Inggris, menunjukkan bahwa skema ini dapat meningkatkan produktivitas, kesejahteraan karyawan, dan retensi talenta tanpa mengurangi output perusahaan. Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya keseimbangan kehidupan kerja (Work-Life Balance), model ini menjadi solusi yang semakin diperhitungkan oleh perusahaan-perusahaan maju di Indonesia, terutama setelah kita melewati fase adaptasi kerja jarak jauh (remote work) selama pandemi.

Model empat hari kerja menawarkan janji yang menarik: mendapatkan hari libur tambahan, yaitu tiga hari penuh untuk diri sendiri, keluarga, atau pengembangan diri, sementara tetap menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang lebih singkat. Namun, kita perlu menganalisis lebih dalam: apakah model ini benar-benar solusi ideal bagi semua orang dan semua sektor? Skema ini menuntut perubahan budaya kerja dan peningkatan efisiensi yang signifikan. Kita akan mengulas dua sisi utama dari model ini, yaitu manfaatnya bagi produktivitas dan tantangan implementasinya.

Pilar Peningkatan Produktivitas: Mengapa Waktu Singkat Mendorong Hasil Maksimal

Logika utama di balik model kerja empat hari adalah filosofi "kerjakan lebih sedikit, capai lebih banyak." Berbagai uji coba menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki waktu istirahat lebih banyak cenderung lebih fokus, termotivasi, dan efisien saat bekerja.

  • Peningkatan Fokus dan Output: Dengan satu hari tambahan libur, karyawan merasa termotivasi untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang lebih padat (misalnya, 32 jam kerja per minggu). Hal ini secara otomatis memaksa eliminasi aktivitas tidak penting (seperti rapat yang tidak perlu atau gangguan internal) dan mendorong fokus tajam (deep work).

  • Kesejahteraan Mental dan Fisik: Hari libur tiga hari memberikan waktu yang cukup bagi karyawan untuk pulih sepenuhnya dari kelelahan kerja (burnout). Kesejahteraan mental yang lebih baik ini secara langsung berkorelasi dengan penurunan tingkat stres, peningkatan kreativitas, dan pengurangan ketidakhadiran (absenteeism).

  • Daya Tarik Bagi Talenta Terbaik: Di pasar kerja yang sangat kompetitif, terutama untuk Generasi Milenial dan Gen Z, fleksibilitas adalah benefit utama. Perusahaan yang menawarkan empat hari kerja memiliki nilai jual unik (unique selling point) untuk menarik dan mempertahankan talenta berkualitas tinggi yang memprioritaskan kualitas hidup.

Tantangan Implementasi: Dua Sisi Mata Uang Budaya Kerja

Meskipun manfaatnya tampak menjanjikan, mengadopsi model empat hari kerja menuntut perubahan struktural dan budaya yang mendalam. Kegagalan implementasi seringkali terjadi karena perusahaan tidak mampu mengatasi dua tantangan utama ini:

  1. Peningkatan Tekanan dan Efisiensi Waktu Kerja: Pilar ini mengharuskan kita untuk memastikan bahwa pengurangan waktu kerja tidak berarti lonjakan jam kerja per hari yang tidak sehat. Agar target tetap tercapai dalam empat hari, kita harus:

    • Meningkatkan Jam Kerja Harian: Seringkali, model ini mengubah jam kerja dari 8 jam menjadi 10 jam per hari untuk mencapai total 40 jam kerja (model kompresi). Ini dapat menimbulkan kelelahan pada hari kerja dan justru mengurangi fokus, terutama bagi mereka yang memiliki komitmen rumah tangga di sore hari.

    • Menghilangkan Wastage Waktu: Implementasi sukses mensyaratkan perusahaan merombak total proses kerja. Ini berarti mengurangi birokrasi, membuat rapat sangat terstruktur dan singkat, serta menetapkan tujuan yang sangat jelas dan terukur (OKR/KPI).

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun