Mohon tunggu...
Farizko Ikhsan
Farizko Ikhsan Mohon Tunggu... Jabatan Manager

Suka ngulik tips kerja, update berita ringan, dan cerita seru seputar pelatihan. Kerja di dunia training dan senang berbagi hal-hal bermanfaat buat pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Strategi Up-Skilling dan Re-Skilling untuk Karyawan

8 Oktober 2025   09:00 Diperbarui: 8 Oktober 2025   10:28 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi contoh keterampilan (Sumber: pexels.com)

Pandemi global tidak hanya mengubah cara kita hidup, tetapi juga mendefinisikan ulang seluruh peta persaingan di dunia kerja. Perusahaan-perusahaan terpaksa melakukan akselerasi digital dalam waktu singkat, dan hal ini menghasilkan kesenjangan skill ( skill gap) yang besar antara tuntutan pasar kerja baru dengan kompetensi yang dimiliki oleh angkatan kerja saat ini. Di tengah pergeseran ini, dua konsep menjadi kunci utama untuk bertahan dan berkembang: Up-Skilling (meningkatkan keahlian yang sudah ada) dan Re-Skilling (mempelajari keahlian baru secara total).

Fenomena up-skilling dan re-skilling pasca krisis bukanlah tren sesaat; ia adalah respons adaptif terhadap ekonomi digital yang telah matang. Pertanyaannya, dalam lautan skill baru yang bisa dipelajari, siapa yang sebenarnya paling diuntungkan dari gerakan masif ini? Jawabannya terletak pada mereka yang bersedia berinvestasi pada skill yang paling rentan terhadap perubahan, sambil memaksimalkan keunggulan yang unik dan tidak tergantikan. Kita perlu strategi yang cerdas untuk mengidentifikasi di mana investasi waktu dan energi kita akan menghasilkan imbal hasil (return) tertinggi. Mari kita bedah bagaimana kita dapat memosisikan diri sebagai pemenang dalam perlombaan skill ini.

Mengapa Pasar Kerja Kini Menghargai Kecepatan Belajar

Krisis global menyingkap bahwa skill teknis (hard skill) tertentu memiliki usia pakai yang sangat pendek. Apa yang relevan tahun lalu bisa jadi usang hari ini. Kondisi ini membuat kecepatan belajar (learning agility) menjadi meta-skill terpenting yang dicari oleh pemberi kerja.

  • Hard Skill Baru: Perusahaan kini membutuhkan talent yang mahir dalam e-commerce, keamanan siber (cybersecurity), analisis data (terutama untuk perilaku konsumen online), dan tool kerja jarak jauh.

  • Soft Skill yang Diperkuat: Karena interaksi fisik berkurang, skill seperti komunikasi digital yang efektif, kecerdasan emosional (mengelola tim jarak jauh), dan kemampuan beradaptasi (agility) menjadi semakin kritis.

  • Jalur Karir Fleksibel: Orang yang paling diuntungkan adalah mereka yang tidak terikat pada satu peran. Dengan re-skilling, mereka menciptakan fleksibilitas karir, memungkinkan mereka pivot ke industri yang sedang booming ketika industri lama mereka stagnan.

3 Kelompok Profesional yang Paling Diuntungkan

Keuntungan dari up-skilling dan re-skilling tidak merata. Terdapat tiga kelompok profesional yang secara strategis berada di posisi paling menguntungkan untuk memetik hasil dari investasi pengembangan skill ini, karena mereka mengatasi kesenjangan yang paling kritis di pasar:

  1. Kelompok Transisional: Pekerja Non-Tech dengan Sentuhan Digital: Kelompok ini terdiri dari profesional di bidang tradisional (HRD, pemasaran, keuangan, operasional) yang memutuskan untuk melakukan up-skilling dengan mengintegrasikan keahlian digital ke dalam peran inti mereka. Mereka diuntungkan karena mereka tidak perlu bersaing langsung dengan developer atau data scientist murni. Sebaliknya, mereka menjembatani kesenjangan antara bisnis dan teknologi. Skill yang paling menguntungkan bagi kelompok ini adalah:

    • HRD: Menguasai People Analytics dan tool manajemen talenta berbasis cloud.

    • Marketing: Menguasai SEO, SEM, dan Customer Journey Mapping di platform digital.

    • HALAMAN :
      1. 1
      2. 2
      3. 3
      Mohon tunggu...

      Lihat Konten Worklife Selengkapnya
      Lihat Worklife Selengkapnya
      Beri Komentar
      Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

      Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun