Mohon tunggu...
Syamsul Yakin dan Faris
Syamsul Yakin dan Faris Mohon Tunggu... Dosen dan Mahasiswa

Dosen dan Maha UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paradigma Dakwah Radikal

14 Juni 2025   12:23 Diperbarui: 14 Juni 2025   12:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam beberapa dekade terakhir, perbincangan tentang radikalisme agama semakin mengemuka. Di tengah laju deras media sosial, wajah dakwah pun ikut berubah. Salah satu yang patut dicermati adalah munculnya paradigma dakwah radikal, yang mengusung semangat kebenaran tunggal, tetapi sering mengabaikan keragaman pemahaman umat.

Radikalisme: Dari Cara Pandang hingga Pola Dakwah

Radikalisme, atau dalam bahasa Arab disebut al-tatharruf, secara sederhana bisa dipahami sebagai sikap ekstrem atau berlebihan dalam memahami dan mempraktikkan agama. Kelompok yang berpaham seperti ini biasanya menampilkan beberapa ciri yang khas.

Pertama, mereka kerap mengklaim memiliki kebenaran mutlak, sembari menyesatkan kelompok lain yang berbeda pendapat. Kedua, mereka juga cenderung mempersulit agama---ibadah sunnah dianggap wajib, dan hal-hal yang makruh seolah menjadi haram. Simbol-simbol fisik seperti jenggot panjang atau celana cingkrang kemudian dijadikan penanda identitas keimanan.

Ketiga, dakwah mereka sering kali tidak memperhatikan pendekatan bertahap sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akibatnya, kalangan awam merasa takut, bahkan menjauh. Keempat, cara komunikasi mereka cenderung kasar dan emosional, khususnya di media sosial. Padahal, Allah telah menegaskan pentingnya kelembutan dalam berdakwah (lihat QS. Al-Nahl: 125 dan QS. Ali Imran: 159).

Kelima, kelompok ini mudah berprasangka buruk dan keenam, bahkan tak segan mengkafirkan mereka yang tak sepaham. Sikap ini mengingatkan kita pada kelompok Khawarij di masa lalu, atau lebih baru, kelompok Jamaah Takfir wa al-Hijrah.

Bernard Lewis, seorang orientalis terkemuka, menyebut kelompok ini merasa paling otentik dalam memahami Islam. Mereka menjadikan Al-Qur'an dan Hadis sebagai rujukan, tapi kerap dengan pendekatan tekstual semata. Padahal, pemahaman seperti ini seringkali melupakan konteks sejarah dan sosial umat Islam.

Akar Munculnya Dakwah Radikal

Ada banyak faktor yang memicu munculnya dakwah radikal. Beberapa di antaranya:

1. Minimnya kapasitas keilmuan, yang diperoleh lewat jalur belajar yang doktriner.
2. Pemahaman agama yang kaku, hanya berhenti di permukaan teks.
3. Terlalu sibuk pada hal-hal kecil, namun mengabaikan yang pokok.
4. Kecenderungan mengharamkan banyak hal, tanpa landasan yang kokoh.
5. Kelemahan dalam sejarah dan sosiologi, yang membuat fatwa mereka tak jarang bertentangan dengan maslahat umat.
6. Radikalisme yang muncul sebagai reaksi terhadap radikalisme lain.
7. Kekecewaan atas ketidakadilan sosial dan politik, yang dirasakan sebagai kegagalan negara.

Dalam kacamata paradigmatik, dakwah radikal adalah model dakwah yang punya cara pandang khas terhadap realitas. Pendekatannya bisa ditelusuri dari dua arah: satu sisi 'menatap keluar' (menanggapi dominasi Barat), sisi lain 'menatap ke dalam' (menggali teks agama secara literal).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun