Dakwah merupakan jantung dari ajaran Islam. Sejak awal diutusnya Nabi Muhammad ﷺ, dakwah menjadi misi utama yang dijalankan dengan penuh kesabaran, kebijaksanaan, dan strategi yang tepat. Dalam Al-Qur’an, strategi dakwah tidak dilakukan secara sembarangan. Ia terstruktur, bertahap, dan terarah agar pesan-pesan agama bisa diterima secara utuh oleh umat manusia.
Dalam konteks ini, strategi dakwah dapat dimaknai sebagai perencanaan matang dalam menyampaikan nilai-nilai Islam, mulai dari akidah, ibadah, hingga akhlak, kepada objek dakwah atau mad'u. Berdasarkan Al-Qur’an dan praktik dakwah Nabi Muhammad ﷺ, strategi dakwah dapat dikelompokkan menjadi tiga pendekatan utama: personal, rasional, dan spiritual.
1. Strategi Dakwah Personal: Dimulai dari Orang Terdekat
Strategi ini merupakan tahapan awal dari proses dakwah Rasulullah ï·º. Pada tahap ini, dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan menyasar individu-individu terdekat yang memiliki hubungan emosional dan kepercayaan kepada beliau.
Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:
"Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah lalu berilah peringatan!"
(QS. al-Mudatsir/74: 1–2)
Ayat ini menjadi panggilan awal bagi Nabi untuk memulai tugas kenabiannya. Respons awal terhadap dakwah ini datang dari orang-orang terdekat, seperti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Abu Bakar Shiddiq, dan Bilal bin Rabah. Mereka menjadi fondasi awal terbentuknya komunitas muslim yang solid, walaupun jumlahnya masih sangat terbatas.
Strategi personal ini menunjukkan pentingnya membangun basis kepercayaan sebelum meluaskan jangkauan dakwah. Ini adalah pelajaran penting bahwa perubahan besar dimulai dari lingkaran kecil yang solid.
2. Strategi Dakwah Rasional: Mengajak dengan Akal Sehat
Setelah dakwah secara personal dirasa cukup kuat, Nabi mulai menjalankan dakwah terbuka, dengan mengedepankan nalar dan logika. Pendekatan ini sangat penting, karena banyak orang Arab pada masa itu yang berpikir kritis dan menghargai argumentasi.
Firman Allah berikut ini menjadi dasar pendekatan rasional:
"Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa.'"
(QS. al-Ikhlas/112: 1)
Ke-Esa-an Allah bukan hanya ajaran dogmatis, tapi juga bisa dibuktikan melalui logika. Al-Qur’an mengajak manusia berpikir:
"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya telah rusak binasa."
(QS. al-Anbiya/21: 22)
Pendekatan ini menunjukkan bahwa dakwah Islam juga menyentuh dimensi rasionalitas. Islam tidak menafikan akal, justru mengajak manusia berpikir jernih agar tidak tersesat dalam kesyirikan dan takhayul.
3. Strategi Dakwah Spiritual: Menyentuh Jiwa dan Hati
Strategi terakhir yang juga sangat penting adalah pendekatan spiritual. Jika personal menyasar hubungan emosional, rasional menyentuh pikiran, maka strategi spiritual menghidupkan jiwa dan batin manusia.