Mohon tunggu...
Faris Firdaus Alkautsar
Faris Firdaus Alkautsar Mohon Tunggu... Pemikir santai yang menuliskan sesuatu yang ia pikirkan.

Suka memandang suatu kondisi dari berbagai sisi, manusia harus berpegang pada kebenaran bukan mencari pembenaran dari kesalahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Tabir Malabar dan Bandung Lautan Api

12 September 2025   08:49 Diperbarui: 12 September 2025   09:29 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bandung Lautan Api (Sumber: wikipedia)

Awalnya rakyat Indonesia tak terlalu mempedulikan propaganda tersebut hingga akhirnya pada malam hari, 24 November 1945 APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) merespon dengan melakukan penyerangan di markas-markas Sekutu di bagian utara Bandung. Sanusi sendiri pun masih aktif sebagai Tentara Republik Indonesia sebagai Pembantu Letnan Dua korps Zeni ditugaskan untuk memimpin pengeboman di Hotel Preanger yang merupakan markas sekutu. Ia berperan dalam merakit bahan peledak untuk pengeboman tersebut. Namun sayangnya operasi gagal karena bom tersebut gagal meledak sebab tertangkapnya bawahan Sanusi. Beruntungnya Sanusi berhasil menyelamatkan diri.

Tak disadari ada mata yang mengawasi. Ayahnya Sanusi Hasan sendiri adalah seorang agen NEFIS (Nederland Forces Intelligence Service). Ia dengan sengaja memberikan maklumat apapun yang dia tahu, dan membiarkan pengoperasian kereta api untuk kepentingan Belanda. Luka zaman Jepang dan ingatan kenyamanan menjilati sepatu penjajah membuatnya buta. Siapa sebenarnya ia sendiri?

3 hari setelahnya tepatnya pada 27 November 1945 Kolonel MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Datuk Djamin selaku Gubernur Jawa Barat agar rakyat dan tentara mengosongkan Bandung Utara. Hari-hari yang tegang dan suasana yang mencekam bukan hanya menyelimuti kota Bandung, tetapi juga menyelimuti hati keluarga Ambtenaar yang gundah gelisah yang sibuk berpikir lebih baik raga hidup dengan jiwa yang mati atau mati dengan jiwa yang hidup?

Sanusi merasakan lebih baik dia mati sebagai pejuang yang memperjuangkan kemerdekaan tanah air nya daripada hidup sebagai anjing penjilat yang hanya menuruti perintah tuannya. Namun sebaliknya, ayah Sanusi lebih senang jika Belanda menguasai tanah Pasundan daripada hidup dengan situasi tak pasti jika mempertahankan Republik Indonesia. Sanusi dan ayahnya berseteru. Meski begitu Sanusi dan ayahnya tidak pernah membenci satu sama lain.

Singkat saja pada 17 Maret 1946 Letnan Jenderal Montagu Stopford selaku Panglima AFNEI memperingatkan Sutan Syahrir untuk mengosongkan Bandung Selatan hingga 11 km dari pusat ibu kota. Akhirnya pada 23 Maret 1946 Kolonel A.H. Nasution memerintahkan untuk membumihanguskan Bandung supaya Bandung tidak dijadikan markas pihak sekutu yang melakukan agresi dan segera melakukan evakuasi warga setempat menuju tempat yang aman.

Sanusi teringat tentang Radio Malabar yang merupakan fasilitas vital bagi Belanda sebab radio tersebut dulunya juga digunakan untuk menjadi sarana komunikasi antara Hindia Belanda dengan Belanda. Sanusi menyampaikan usulannya untuk meluluhlantakkan Radio Malabar kepada Mayor Daan Yahya. Atas berbagai pertimbangan akhirnya Mayor Daan Yahya memerintahkan  Sanusi, Entang Muchtar dan 1 regu tambahan untuk menyukseskan misi pengeboman Radio Malabar.

Bermodalkan 65 kg dinamit yang disebarkan di struktur vital bangunan dan pemancar sinyal. Ledakan berhasil melululantahkan bangunan tersebut. Ledakan yang seperti reaksi berantai itu memekakan telinga disusul kepulan asap hitam yang membumbung tinggi kejauhan.

Bermodalkan peta dan kompas. Sanusi beserta rekan-rekannya pergi menyusul rombongan pengungsi melewati rel ke arah selatan Bandung. Begitu tiba di kamp pengungsian yang tak jauh dari Garut. Sanusi berhasil menjumpai ibunya yang selamat dalam kamp pengungsian namun tak menemukan ayahnya.

 Ibunya mengira mungkin ia terpisah saat mengungsikan diri. Sanusi pergi menyisir area pengungsian tapi upayanya tak membuahkan hasil. Tak lama setelah kejadian nahas itu. Sanusi mendapatkan info dari sesama tentara bahwa berhasilnya ditewaskan seorang mata-mata NEFIS yang membocorkan rahasia-rahasia di Bandung. Jenazahnya dibiarkan ikut terbakar bersama kota itu. Mungkin itulah akhir dari tikus penjilat dan tamatlah sudah cerita ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun