Mohon tunggu...
faris azhar
faris azhar Mohon Tunggu... Insinyur - Perseus

silahkan ikuti untuk topik-topik seru lainnya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman Pahit AS dan Itali Dengan Corona

12 April 2020   01:57 Diperbarui: 12 April 2020   01:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas medis Italia Utara merasa frustasi kerena daerah tersebut merupakan tempat dengan penyebaran Covid-19 terparah.

'Orang pintar belajar dari pengalaman sendiri, sedangkan orang bijak belajar dari pengalaman orang lain.' pepatah tadi mungkin sudah tidak asing bagi banyak orang. Seharusnya pepatah tadi bisa menjadi tolak ukur kita dalam menentukan sikap dalam bertindak. Jika dihubungkan dengan permasalahan yang sedang merebak sekarang, masalah virus Corona atau yang sekarang kita kenal dengan Covid-19 (Corona Virus Diseases) tentu pepatah tadi tentu akan sangat berguana. 

Belajar dari kegagalan yang terjadi di negara-negara besar yang memiliki peralatan medis canggih dan sistem penyebaran informasi yang sudah memiliki level berbeda dari indonesia. kita ambil contoh Itali dan Amerika. Kedua negara tersebut bukan  lagi negara berkembang yang berkutat dengan masalah macet atau banjir awal tahun yang selalu melanda. tidak ada yang menyangka pada awal penyebaran virus ini kedua negara besar itu akan mengalami krisis besar karenanya. Menurut data dari WHO (11/4) pasien yang dikonfirmasi positif sebagai berikut, Amerika berjumlah 461.275 orang dan Itali berjumlah 147.577 orang. Sedangkan korban meninggal Amerika berjumlah 16.596 orang dan Itali berjumlah 18.851.

Dari kegagalan tersebut sudah seharusnya Indonesia bisa memetik pelajaran berharga, jangan sampai negara kita harus mengalami krisis yang sama baru para pemimpin negri belajar sesuatu dari bencana ini. berikut beberapa alasan mengapa negara-negara besar terpuruk karena virus Covid-19 ini:

1. Menganggap Remeh

Pada saat awal penyebarannya di Itali, masyarakat tidak ambil pusing masalah wabah ini. Mereka menganggap virus ini hanya menyebabkan penyakit biasa sehingga mereka tetap melakukan aktivitas diluar rumah. Perkantoran dan sekolah tetap berjalan seperti biasa, pub-pub tetap buka, tempat-tempat hiburan masih ramai dan pesta masih banyak diselenggarakan. Selanjutnya angka penyebaran tiba-tiba naik drastis, dari sini masyarakat baru merasa takut terhadap dampak virus ini. Meskipun demikian masih banyak orang-orang yang menganggap dirinya kebal terhadap virus ini. masih banyak anak-anak muda yang berkumpul-kumpul ditengah kondisi yang mulai parah. Hingga akhirnya angka penyebaran virus sudah tidak sebanding lagi. Dengan fasilitas yang tersedia, banyak rumah sakit yang over capasity, petugas medis yang berkurang karena meninggal saat melaksanakan tugas. pada saat itu angka kematian sudah tidak terkontrol lagi, rumah sakit mengeliminasi sendiri pasien yang memiliki harapan hidup dan yang sudah tidak memiliki harapan lagi, banyak orang-orang yang meninggal tanpa mendapat perawatan medis. Bahkan Presiden Amerika sendiri mengakui bahwa wabah ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat. "Ini mungkin akan menjadi minggu terberat antara minggu ini dan minggu depan dan sayangnya, akan ada banyak kematian, tetapi kematian jauh lebih sedikit daripada jika mitigasi tidak dilakukan," ujar Trump.

2. Lambatnya Respon Pemerintah

Setelah virus ini mulai masuk ke negara-negara tersebut, para pemimpin bangsa hanya mengeluarkan peraturan yang bersifat 'himbauan' kepada masyarakat. Himbauan tersebut berupa anjuran untuk melakukan Physical distancing tanpa ada sanksi yang dapat membuat jera. Dengan adanya peraturan yang lemah tersebut masyarakat menjadi tidak waspada terhadap apa yang sedang terjadi di sekitarnya. seperti pernyataan yang dikeluarkan Trump pada awal januari lalu bahwa virus Corona benar-benar "terkendali" di Amerika. Namun pada saat krisis besar terjadi pemerintah Amerika (Trump) mengancam akan membekukan dana untuk WHO, karena WHO dianggap lamban dalam menangani Corona.

Brbanding terbalik dengan negara-negara di atas, Jepang dinilai memiliki sistim tanggap yang baik menyangkut penanganan wabah Covid-19. menurut data WHO di Jepang ada 6.005 orang yang teridentifikasi positif Corona dengan angka kematian komulatif berjumlah 94 orang. hal ini dikarenakan upaya penanganan yang cepat dari pemerintah dan respon positif dari masyarakat yang melaksanakan arahan yang diberikan pemerintah dan petugas medis. 

Dari pengalaman negara-negara diatas sudah seharusnya Indonesia belajar dan mencontoh mana yang baik dan menghindari tindakan-tindakan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Lakukan arahan-arahan yang diberika pemerintah seperti menjaga jarak, tetap di rumah, mencuci tangan. Sebenarnya dari hal-hal kecil itulah kita dapat membantu pekerjaan pemerintah dan petugas medis yang sedang behadapan langsung dengan virus Covid-19 ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun