Sukoharjo, 11 Februari 2025. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat, terutama di musim pancaroba. Melihat kondisi ini, Akhmad Farikhi mahasiswa Program Studi S1-Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP), yang tergabung dalam Tim 1 Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2025, berinisiatif mengadakan program edukasi tentang DBD dan pertolongan pertama menggunakan kompres hangat. Program ini juga bagian dari Program Kerja Muktidisplin 1, yang fokus pada permasalahan DBD di kalangan masyarakat.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2025 di Rumah Bapak Wasiman, Dukuh Tengklik RT 01 RW 06 Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Sasaran utama dari program ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita, mengingat kelompok usia ini rentan terhadap penyakit DBD. Dalam kegiatan ini, Akhmad Farikhi selaku Mahasiswa KKN Tim 1 berkoordinasi dengan Posyandu untuk melaksanakan kegiatan ini.
Dalam kegiatan tersebut, Akhmad Farikhi memberikan penjelasan mengenai:
- Apa itu DBD: Penjelasan tentang penyebab DBD, yaitu virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
- Gejala DBD: Mengidentifikasi gejala-gejala DBD seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, ruam kulit, serta tanda-tanda perdarahan.
- Pertolongan Pertama DBD: Demonstrasi dan penjelasan tentang penggunaan kompres hangat sebagai pertolongan pertama untuk menurunkan demam pada anak yang terindikasi DBD. Dijelaskan pula pentingnya memberikan cairan yang cukup dan segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat.
"Kompres hangat adalah salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu menurunkan demam anak. Namun, ini bukan pengganti pemeriksaan dan pengobatan medis yang tepat. Jika anak menunjukkan gejala DBD, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat," ujar Akhmad Farikhi.
Akhmad Farikhi juga menekankan pentingnya memiliki termometer di rumah. Menurutnya, termometer bukan hanya sekadar alat, tetapi merupakan bagian penting dari upaya deteksi dini.
"Dengan memiliki termometer di rumah, kita bisa memantau suhu tubuh anggota keluarga, terutama anak-anak, secara berkala. Ini sangat penting karena demam adalah salah satu gejala awal dari banyak penyakit, termasuk DBD," jelas Farikhi.
Ia melanjutkan, "Dengan mengetahui suhu tubuh secara akurat, kita bisa lebih cepat bertindak. Misalnya, jika anak demam tinggi, kita bisa segera memberikan pertolongan pertama seperti kompres hangat dan memberikan cairan yang cukup. Lebih penting lagi, kita bisa segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat."
Akhmad Farikhi juga memberikan tips memilih termometer yang baik dan cara menggunakannya dengan benar. Ia merekomendasikan termometer digital karena lebih praktis dan mudah dibaca. Selain itu, ia mengingatkan untuk selalu membersihkan termometer setelah digunakan.
"Jangan lupa untuk mencatat suhu tubuh yang terukur. Catatan ini akan sangat membantu tenaga kesehatan atau tenaga medis dalam mendiagnosis penyakit dan menentukan pengobatan yang tepat," tambahnya.