Mohon tunggu...
Farid Abdullah Lubis
Farid Abdullah Lubis Mohon Tunggu... Lainnya - Islamic Communications and Broadcasting Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta

Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-aji, Sugih Tanpo Bondho ~ Hanya seorang pelajar yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wajah Pendidikan Indonesia di Tengah Pandemi

15 Mei 2020   04:22 Diperbarui: 15 Mei 2020   04:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ini memperlihatkan semangat dan kebahagiaan dalam menuntut ilmu sebelum datangnya Pandemi Covid-19

Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional. Ada tiga jenjangnya, yaitu: Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Wajib belajar di Indonesia sendiri adalah 12 tahun. Saat ini, sekolah-sekolah ini dikelola oleh tiga kementerian. Pendidikan Dasar dan Menengah ada di Kementerian Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan. Sedangkan Pendidikan Tinggi ada di Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi. Ada juga pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, yang berbasis agama dan dikelola oleh Kementerian Agama.

Sistem pendidikan nasional ini berupaya untuk memberikan pengetahuan akademis, mengasah keterampilan, serta membina sikap positif setiap siswa sejak dasar. Sebagai salah satu Laboratorium pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah elemen penting dimana para "Nation Builders" Indonesia diharapkan dapat terus mencetak generasi penerus bangsa dan bisa membuat bangsa Indonesia dapat bersaing secara Global. Seiring dengan kuatnya tantangan global, Indonesia memiliki tantangan dalam dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong para siswa mendapatkan prestasi terbaik.

Menurut pegiat pendidikan Indonesia, Anies Baswedan keterbatasan akses pendidikan di daerah menjadi pangkal derasnya arus urbanisasi. "Yang menjadi persoalan, di Jabodetabek jumlahnya sudah proporsional, tapi jangan kita hanya bicara urban. Justru di luar urban itu kita punya masalah dan itu yang menyebabkan migrasi ke Jakarta," ujar Anies. Secara tidak langsung, masyarakat Indonesia didorong untuk melakukan urbanisasi karena keterbatasan fasilitas di daerah. Ia menilai akses pendidikan harus dibuka seluas-luasnya untuk seluruh masyarakat dengan penyediaan fasilitas yang mendukung program tersebut. "Kalau sekolah hanya di ibukota kecamatan, maka yang jauh kan jadi nggak bisa sekolah," tandasnya.

Ini menjadi bukti bahwa mutu pendidikan di bangsa ini menjadi terhambat semisal dari keterbatasan akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata disetiap daerah, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah, berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di perkotaan.

Hari ini, para Petinggi pemerintahan terus mencoba memperbaiki fasilitas dan sistem pendidikan di negeri yang penuh dengan harapan dari segenap para pemangku kebijakan. Sektor pendidikan memang menjadi faktor utama, dimana ini bisa menjadi tolak ukur kekuatan persaingan suatu bangsa. Memang saat ini bangsa Indonesia telah melahirkan prestasi dan karya yang sangat membanggakan seluruh rakyatnya.

Berbagai macam prestasi telah diukir oleh anak bangsa yang rela dan berkorban demi harumnya nama Indonesia dikancah internasional. Entah itu dari segi akademik, teknologi, seni dan budaya, serta keberagaman suku dan etnik yang telah lahir dan besar di tanah ibu pertiwi. Semua pencapaian dan prestasi itu membuat Indonesia kembali terasa istimewa. Itu semua membuat Indonesia kembali terasa istimewa dengan semua itu. Walaupun dengan pengelolaan pendidikan dan penghargaan yang diterima belum sepadan dengan apa yang mereka berikan untuk bangsa ini

Dari pulau Weh sampai ke penjuru Marauke, pendidikan itu masih menjadi permasalahan utama dari kenapa saat ini kita masih belum bisa meresakan makna Kemerdekaan itu sendiri. Mulai dari para elit politik yang masih mementingkan kepentingan individualistik daripada kepentingan secara komunal. Juga dengan masih ada nya oknum yang tidak bertanggung jawab atas apa yang di amanahkan kepada dirinya untuk memperbaiki sistem pendidikan Indonesia.

Pertanyaannya, Apakah adil ketika pemerintah mengharapkan kelulusan 100% dalam Ujian Nasional sedangkan kualitas pendidikan di Indonesia masih terjadi kesenjangan di setiap daerahnya. Kualitas pendidikan di Indonesia pada kenyataannya memang memiliki perbedaan di setiap daerahnya. Apalagi jika dibandingkan Jakarta dengan daerah timur Indonesia.

Perbedaan yang mencolok adalah dalam hal kualitas sarana dan prasarana dari sekolah ataupun lingkungan. Misalkan saja ada anak yang bisa setiap hari diantar menggunakan mobil, sedangkan dilain tempat ada anak yang perlu melawati sungai yang menantang maut demi mengenyam bangku pendidikan. Perbedaan itu tidak hanya dalam hal sarana dan prasarana tapi dalam hal kualifikasi guru dalam proses mengajar.

Arus globalisasi menuntut masyarakat untuk memiliki pendidikan memadai agar mampu bersaing. Sayangnya, Indonesia masih dihadapkan dengan fakta-fakta terhadap rendahnya mutu pendidikan Indonesia, antara lain dengan Setiap menit, empat anak putus sekolah, 54% guru tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk mengajar, 34% sekolah kekurangan tenaga pendidik ditambah dengan Persebaran tenaga pendidik yang tidak merata diberbagai daerah dan terakhir Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) merilis hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 di Paris, Perancis. Pada penilaian PISA 2018, China melesat menempati peringkat pertama, mengalahkan Singapura yang kali ini menempati peringkat kedua. Bagaimana dengan Indonesia? Hasilnya tidak jauh berbeda sejak pertama kali mengikuti penilaian internasional tersebut pada 2001. Indonesia konsisten berada pada posisi papan bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun