Percaya nggak, Roblox itu sebenarnya udah ada dari zaman dulu lho. Game ini dibuat oleh David Baszucki dan Erik Cassel pada tahun 2004, dan resmi dirilis ke publik tahun 2006. Awalnya, ide mereka sederhana tapi jenius: menciptakan sebuah platform di mana pemain bukan cuma bisa main game, tapi juga bisa bikin game mereka sendiri. Konsep "Imajinasi, Kreasi, dan Bermain" ini jadi pondasi yang bikin Roblox beda dari yang lain, sebuah dunia tanpa batas yang isinya terus bertambah berkat kreativitas para pemainnya sendiri.
Lalu, kenapa game yang udah cukup tua ini baru hype banget beberapa tahun belakangan? Jawabannya ada dua: pandemi dan TikTok. Saat dunia lockdown, Roblox jadi tempat nongkrong virtual buat jutaan orang yang nggak bisa ketemu langsung. Ini jadi semacam alun-alun digital tempat kita bisa main, ngobrol, dan bersosialisasi. Popularitasnya meledak lagi berkat konten-konten viral di TikTok, mulai dari gameplay lucu, drama roleplay, sampai tren aneh kayak "naik gunung di Roblox" yang bikin banyak orang penasaran dan akhirnya ikut mencoba.
Dengan popularitas sebesar itu, nggak heran kalau game ini udah jadi kayak second life buat banyak orang. Tapi, di balik semua keseruan itu, ada sisi lain yang perlu kita waspadai. Banyak orang tua yang khawatir kalau anaknya main Roblox, dan itu wajar. Belakangan ini juga lagi ramai berita soal adanya oknum pedofil yang mencoba mendekati anak-anak lewat chat di dalam game. Selain itu, kadang muncul juga konten-konten aneh atau tidak senonoh yang lolos dari filter. Di sinilah peran orang tua dan lingkungan sekitar jadi penting banget. Bukan berarti cuma bisa ngomel atau menyita HP, tapi menjadi support system yang mau diajak ngobrol soal game tanpa menghakimi, dan mau membuat aturan main bareng-bareng.
Selain bahaya dari orang lain, ada juga risiko yang datang dari game-nya sendiri, terutama soal top-up. Kamu pasti tahu kan, godaan buat beli item-item avatar atau item in-game yang langka itu kuat banget. Beberapa item ini dijual dengan sistem 'gacha' atau loot box yang mekanismenya mirip judi, yang akhirnya bisa bikin anak-anak jadi kecanduan top-up buat dapetin item impian mereka. Ini adalah jenis masalah lain yang perlu diwaspadai, di mana 'kecanduan' bukan cuma soal waktu, tapi juga soal uang.
Isu kecanduan ini juga sering bikin salah paham. Sering dengar kan tuduhan seperti, "Kamu main game terus, kecanduan ya?" Tenang, sering main game itu tidak sama dengan kecanduan. Kecanduan game, atau yang secara klinis disebut Gaming Disorder, levelnya beda banget. Gampangnya gini: ini bukan soal berapa jam kamu main, tapi soal kapan game mulai 'mainin' hidup kamu. Seseorang baru bisa dibilang kena Gaming Disorder kalau ada tiga tanda utama: kehilangan kontrol atas waktu bermain, game menjadi prioritas utama mengalahkan semua hal lain, dan terus bermain meskipun sadar ada konsekuensi negatif yang parah, seperti nilai anjlok atau hubungan dengan teman rusak.
Pada akhirnya, Roblox itu sendiri tidak baik atau buruk. Platform ini bisa jadi tempat super seru buat menunjukkan kreativitas dan kumpul bareng teman. Kuncinya cuma dua: sadar diri dan seimbang. Selama kamu bisa pegang kendali atas game-nya dan bukan sebaliknya, semuanya akan baik-baik saja. Tetap waspada, main yang cerdas, dan yang paling penting, jangan lupa buat bersenang-senang.
Oke, jadi kita semua setuju Roblox itu seru. Tapi kita juga tahu kalau platform ini dipakai banyak banget anak-anak yang masih kecil. Nah, sebagai "kakak" yang lebih tua dan lebih paham dunia internet, kita punya peran penting banget buat ngejaga mereka. Ini bukan soal jadi polisi moral, tapi soal ngebangun komunitas yang lebih baik buat semua.
Gimana caranya? Kita bisa bagi perannya jadi tiga:
1. Sebagai Player (Saat di Dalam Game)
Aksi kita di dalam game itu punya dampak langsung. Ini yang bisa kita lakuin:
Jadi Contoh yang Baik: Ini yang paling dasar. Hindari berkata kasar, jangan jadi toxic, dan tunjukkin sikap sportif. Anak-anak itu peniru ulung, kalau mereka lihat "kakak-kakaknya" main dengan baik, mereka juga akan ngikutin.
Gunakan Fitur Report & Block: Lihat ada yang aneh? Avatar nggak senonoh, chat yang menjurus ke hal negatif, atau ada yang nge-bully pemain lain? Jangan diem aja. Langsung gunakan tombol report. Fitur ini ada bukan buat pajangan. Dengan nge-report, kita bantu moderator Roblox buat nge-bersihin platformnya. Kalau ada yang ganggu personal, langsung block aja, nggak usah diladenin.
Jadi Pelindung, Bukan Perundung: Kalau kamu lihat ada anak kecil yang lagi di-bully atau diganggu, coba bantu. Nggak perlu ikut marah-marah. Cukup bilang, "Udah bro, jangan ganggu dia," atau alihkan perhatian. Kadang, kehadiran pemain lain yang netral udah cukup buat menghentikan perundungan.
Jangan Sebarkan Info Pribadi (dan Ingatkan yang Lain): Kalau ada pemain yang lebih muda nanya-nanya hal pribadi (umur, sekolah, dll.), jangan dijawab. Justru kasih tahu dengan baik, "Eh, jangan kasih info pribadi ke orang asing di internet ya, bahaya lho."
2. Sebagai Content Creator (Tiktok/Youtube/Twitch/X)
Ini perannya gede banget, karena content creator itu ngebentuk opini dan tren.
Buat Konten yang Bertanggung Jawab: Ingat, penontonmu itu banyak anak-anak, bahkan kalau targetmu sebenarnya remaja. Pilih kata-kata yang sopan, hindari drama yang toxic, dan jangan mempromosikan cara bermain yang curang atau merugikan orang lain.
Edukasi Secara Halus: Kamu nggak perlu bikin konten yang kelihatan kayak materi pelajaran. Selipkan pesan-pesan positif di dalam konten hiburanmu. Contohnya, pas lagi main game yang ada sistem trading, kasih tips cara menghindari scam. Atau pas lagi review item avatar, ingatkan penonton buat bijak pakai Robux dan jangan boros.
Promosikan Sisi Positif Roblox: Daripada cuma fokus sama drama atau hal-hal negatif buat ngejar views, tunjukkin juga sisi positifnya. Angkat game-game edukatif yang keren, showcase hasil karya developer lokal yang kreatif, atau rekam momen-momen wholesome saat mabar bareng teman.
Moderasi Kolom Komentar: Kolom komentarmu adalah bagian dari komunitasmu. Jangan biarkan jadi tempat orang saling menghina atau menyebar kebencian. Aktiflah memfilter dan menghapus komentar yang tidak pantas.
3. Sebagai Gen Z (Sebagai Penggerak Kultur)
Sebagai generasi yang paling paham seluk-beluk internet, kita punya kekuatan buat mengubah budaya komunitas.
Normalisasikan Sikap Peduli: Kita bisa ubah mindset dari "Ah, bocil beban," jadi "Bocil harus dilindungi." Buat kepedulian terhadap pemain yang lebih muda itu jadi sesuatu yang keren. Kalau ada teman atau sesama creator yang kontennya keterlaluan, jangan takut buat mengingatkan dengan cara yang baik.
Jadi Jembatan Antar Generasi: Kita lebih ngerti cara ngomong ke anak-anak daripada orang tua mereka. Kita juga lebih ngerti dunia game daripada kebanyakan orang tua. Kita bisa jadi jembatan, menjelaskan ke adik-adik kita kenapa suatu hal itu berbahaya, dan mungkin juga membantu orang tua memahami dunia yang digeluti anak mereka.
Stop Menyebarkan Konten Negatif: Kalau kamu nemu konten Roblox yang nggak senonoh atau aneh, jangan malah di-share buat lucu-lucuan. Cukup report di platform aslinya, dan stop penyebarannya di situ.
Pada akhirnya, komunitas yang sehat itu dibangun dari aksi-aksi kecil setiap individunya. Kalau kita semua sebagai pemain, creator, dan Gen Z mau sedikit lebih peduli, kita bisa banget kok bikin Roblox jadi tempat yang lebih aman dan positif buat semua umur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI