Mohon tunggu...
Farida
Farida Mohon Tunggu... gamer

bermain dan berkarya adalah dua hal yang bisa dilakukan bersama. hidup selamanya dalam ingatan lintas generasi, bahwa aku ada di sini.

Selanjutnya

Tutup

Games

Dibalik Hype Game Roblox: Resiko Paparan Konten Dewasa, Gaming Disorder. Pentingnya Peran Gen Z dalam Membentuk Komunitas Roblox yang Sehat

1 Oktober 2025   20:04 Diperbarui: 1 Oktober 2025   20:05 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Games. Sumber ilustrasi: Unsplash

Percaya nggak, Roblox itu sebenarnya udah ada dari zaman dulu lho. Game ini dibuat oleh David Baszucki dan Erik Cassel pada tahun 2004, dan resmi dirilis ke publik tahun 2006. Awalnya, ide mereka sederhana tapi jenius: menciptakan sebuah platform di mana pemain bukan cuma bisa main game, tapi juga bisa bikin game mereka sendiri. Konsep "Imajinasi, Kreasi, dan Bermain" ini jadi pondasi yang bikin Roblox beda dari yang lain, sebuah dunia tanpa batas yang isinya terus bertambah berkat kreativitas para pemainnya sendiri.

Lalu, kenapa game yang udah cukup tua ini baru hype banget beberapa tahun belakangan? Jawabannya ada dua: pandemi dan TikTok. Saat dunia lockdown, Roblox jadi tempat nongkrong virtual buat jutaan orang yang nggak bisa ketemu langsung. Ini jadi semacam alun-alun digital tempat kita bisa main, ngobrol, dan bersosialisasi. Popularitasnya meledak lagi berkat konten-konten viral di TikTok, mulai dari gameplay lucu, drama roleplay, sampai tren aneh kayak "naik gunung di Roblox" yang bikin banyak orang penasaran dan akhirnya ikut mencoba.

Dengan popularitas sebesar itu, nggak heran kalau game ini udah jadi kayak second life buat banyak orang. Tapi, di balik semua keseruan itu, ada sisi lain yang perlu kita waspadai. Banyak orang tua yang khawatir kalau anaknya main Roblox, dan itu wajar. Belakangan ini juga lagi ramai berita soal adanya oknum pedofil yang mencoba mendekati anak-anak lewat chat di dalam game. Selain itu, kadang muncul juga konten-konten aneh atau tidak senonoh yang lolos dari filter. Di sinilah peran orang tua dan lingkungan sekitar jadi penting banget. Bukan berarti cuma bisa ngomel atau menyita HP, tapi menjadi support system yang mau diajak ngobrol soal game tanpa menghakimi, dan mau membuat aturan main bareng-bareng.

Selain bahaya dari orang lain, ada juga risiko yang datang dari game-nya sendiri, terutama soal top-up. Kamu pasti tahu kan, godaan buat beli item-item avatar atau item in-game yang langka itu kuat banget. Beberapa item ini dijual dengan sistem 'gacha' atau loot box yang mekanismenya mirip judi, yang akhirnya bisa bikin anak-anak jadi kecanduan top-up buat dapetin item impian mereka. Ini adalah jenis masalah lain yang perlu diwaspadai, di mana 'kecanduan' bukan cuma soal waktu, tapi juga soal uang.

Isu kecanduan ini juga sering bikin salah paham. Sering dengar kan tuduhan seperti, "Kamu main game terus, kecanduan ya?" Tenang, sering main game itu tidak sama dengan kecanduan. Kecanduan game, atau yang secara klinis disebut Gaming Disorder, levelnya beda banget. Gampangnya gini: ini bukan soal berapa jam kamu main, tapi soal kapan game mulai 'mainin' hidup kamu. Seseorang baru bisa dibilang kena Gaming Disorder kalau ada tiga tanda utama: kehilangan kontrol atas waktu bermain, game menjadi prioritas utama mengalahkan semua hal lain, dan terus bermain meskipun sadar ada konsekuensi negatif yang parah, seperti nilai anjlok atau hubungan dengan teman rusak.

Pada akhirnya, Roblox itu sendiri tidak baik atau buruk. Platform ini bisa jadi tempat super seru buat menunjukkan kreativitas dan kumpul bareng teman. Kuncinya cuma dua: sadar diri dan seimbang. Selama kamu bisa pegang kendali atas game-nya dan bukan sebaliknya, semuanya akan baik-baik saja. Tetap waspada, main yang cerdas, dan yang paling penting, jangan lupa buat bersenang-senang.

Oke, jadi kita semua setuju Roblox itu seru. Tapi kita juga tahu kalau platform ini dipakai banyak banget anak-anak yang masih kecil. Nah, sebagai "kakak" yang lebih tua dan lebih paham dunia internet, kita punya peran penting banget buat ngejaga mereka. Ini bukan soal jadi polisi moral, tapi soal ngebangun komunitas yang lebih baik buat semua.

Gimana caranya? Kita bisa bagi perannya jadi tiga:

1. Sebagai Player (Saat di Dalam Game)

Aksi kita di dalam game itu punya dampak langsung. Ini yang bisa kita lakuin:

  • Jadi Contoh yang Baik: Ini yang paling dasar. Hindari berkata kasar, jangan jadi toxic, dan tunjukkin sikap sportif. Anak-anak itu peniru ulung, kalau mereka lihat "kakak-kakaknya" main dengan baik, mereka juga akan ngikutin.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Games Selengkapnya
    Lihat Games Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun