Madura, Tanah Keras dengan Semangat Gotong Royong
Siapa yang tidak mengenal Madura? Pulau yang terletak di timur laut Jawa ini sering digambarkan sebagai tanah yang keras: cuacanya panas, tanahnya kering, dan peluang kerja formalnya terbatas. Namun, di balik gambaran keras itu, ada semangat yang jauh lebih kuat daripada sekadar teriknya matahari: gotong royong.
Gotong royong bukan hanya slogan di Madura, melainkan tradisi yang masih nyata hingga kini. Dari membantu tetangga membangun rumah, menolong saat ada pesta pernikahan, hingga urunan saat ada kesulitan, masyarakat Madura terbiasa hidup dalam kebersamaan.
Spirit inilah yang kemudian melahirkan Koperasi Merah Putih. Sebuah koperasi rakyat yang tidak hanya berfungsi sebagai lembaga simpan pinjam, melainkan wadah perjuangan ekonomi bersama. Namanya pun penuh makna: Merah Putih, lambang keberanian dan kesucian, lambang persatuan Indonesia
Latar Belakang Lahirnya Koperasi Merah Putih
Koperasi Merah Putih tidak lahir dari ruang kosong. Ia lahir dari keresahan.
Bertahun-tahun, petani tembakau, nelayan, dan pedagang kecil di Madura hidup dalam cengkeraman tengkulak dan rentenir. Mereka butuh modal cepat, tapi akses ke bank sulit. Akhirnya, jalan pintas yang mereka ambil justru membuat mereka semakin terjebak dalam lingkaran hutang berbunga tinggi.
Di sisi lain, hasil pertanian atau tangkapan laut sering dihargai rendah. Petani terpaksa menjual murah karena tidak ada fasilitas penyimpanan. Nelayan pun demikian, harga ikan anjlok saat musim panen karena tidak ada akses ke pasar yang lebih luas.
Melihat kondisi ini, sekelompok tokoh masyarakat dan pemuda Madura berkumpul. Mereka sepakat mendirikan koperasi sebagai jawaban. Prinsip yang mereka pegang jelas: dari anggota, oleh anggota, untuk anggota. Dengan semangat nasionalisme, mereka menamainya Koperasi Merah Putih.
Identifikasi Tata Kelola Koperasi Merah Putih
Untuk memahami bagaimana koperasi ini berjalan, mari kita bedah aspek-aspek tata kelolanya.