Mohon tunggu...
Farhan Dwi Susilo
Farhan Dwi Susilo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pamulang

Saya senang bertemu dengan orang baru dan saling sharing pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Legislator Kita, Kerja Serius atau Serius Gak Kerja?

27 Juni 2025   00:20 Diperbarui: 27 Juni 2025   00:20 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat kita mendengar kata "lembaga legislatif", mungkin yang terbayang pertama kali adalah gedung megah dengan kursi empuk dan orang-orang berseragam rapi yang sibuk rapat. Tapi... rapatnya membahas rakyat, atau justru membahas anggaran perjalanan ke luar negeri? Nah, di sinilah kita mulai bertanya-tanya: apakah lembaga legislatif benar-benar bekerja untuk rakyat, atau hanya untuk "rakyat yang mereka kenal"? 

Fungsi Mulia di Atas Kertas 

Secara teori, lembaga legislatif punya peran yang keren banget. Mereka adalah wakil kita, ya, kita semua, yang dipercaya untuk bikin undang-undang, ngawasin pemerintah, dan nyusun anggaran negara. Mereka punya tiga senjata utama: fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Ibaratnya, mereka ini 'bodyguard' demokrasi, biar gak disalahgunakan sama penguasa. 

Tapi Kenapa Rasanya Jauh dari Nyata? 

Kalau kita jujur, realitasnya sering bikin ngelus dada. Banyak kasus korupsi yang menjerat anggota dewan. Mulai dari suap, gratifikasi, sampai "dana aspirasi" yang nggak jelas mengalirnya. Gak heran kalau kepercayaan publik makin anjlok.

Belum lagi soal transparansi. Banyak RUU dibahas diam-diam, tahu-tahu udah disahkan. Rakyat baru tahu setelah kena dampaknya. Padahal, katanya mereka wakil rakyat? Kok kayaknya justru menjauh dari rakyat? 

Dominasi Partai: Rakyat Nomor Dua? 

Satu lagi tantangan besar adalah dominasi partai politik. Mayoritas legislator adalah kader partai. Alhasil, banyak keputusan penting justru lebih mementingkan strategi politik daripada aspirasi publik. Bisa jadi suara kita diabaikan demi kepentingan elektoral yang lebih "menguntungkan". 

Harapan yang Masih Tersisa 

Tapi, meski banyak catatan kritis, bukan berarti kita harus putus asa. Lembaga legislatif tetap bisa jadi kekuatan luar biasa kalau mereka mau berubah. Kuncinya? Reformasi internal, edukasi publik, dan yang paling penting: keterlibatan aktif kita sebagai warga negara. Jangan biarkan mereka kerja tanpa pengawasan. Kita yang milih, kita juga yang harus kawal. 

Penutup: Kritik adalah Cinta 

Mengkritik bukan berarti benci. Justru karena kita peduli dengan masa depan negeri ini, kita harus berani bersuara. Lembaga legislatif adalah fondasi demokrasi. Kalau fondasinya rapuh karena korupsi, manipulasi, dan minim transparansi, maka rumah besar bernama Indonesia juga bisa roboh. Jadi, yuk, jangan cuek! Suara kita bukan hanya berharga, tapi juga penentu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun