Mohon tunggu...
Farel Saputra
Farel Saputra Mohon Tunggu... Student collage of State University of Jakarta

Let me introduction my self, my name is Farel Saputra i am a student majoring in economic education at the State University of Jakarta. My hobbies are writing articles/ phrase essay, designing; making infographics, and analyzing investment opportunities in the Indonesian capital market.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Dari Perang Dagang, Hingga Perang Rudal, Muncul Peluang di Tengah Malapetaka?

4 Juli 2025   17:37 Diperbarui: 4 Juli 2025   17:37 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deklarasi besaran jumlah tarif perang dagang II

Sebagai The "Intelligent Investor", kita harus adaptif dan kritis terhadap fenomena yang terjadi. Ketika semua berita mengabarkan kepanikan, justru kita harus tenang dan malah membaca serta menangkap peluang yang ada. Kita tidak boleh terlalu menanggapi noise di luaran sana, hal yang perlu kita lakukan ialah menganalisasi dampak yang ditimbulkan dari perang tersebut selain kerugian/keuntungan pada pihak yang terlibat. Kita patut bisa menilai perusahaan mana yang akan terdampak pada perang yang di garap oleh Israel dengan Iran, beberapa contohnya adalah:

  • Kasus I Tahun 2020 (Covid-19)

Tahun 2020 banyak pasar saham dunia runtuh salah satunya ialah pasar saham Indonesia hal ini dikarenakan adanya Covid-19 yang merebak ke seluruh penjuru dunia, saat itu banyak bisnis yang hancur namun disisi lain perusahaan layanan kesehatan menang banyak (mendapatkan keuntungan) dari kejadian tersebut dan menunjukkan kenaikan performa dari fenomena tersebut. Contoh dari perusahaan yang untung di tahun tersebut ialah PT Kimia Farma Tbk, (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Industri Jamu dan Farma Sido Muncul Tbk (SIDO).

  • Kasus II Tahun 2022 (Perang Rusia-Ukraina)

Perang ini dipicu karena adanya keinginan Ukraina gabung ke blok barat; Ukraina ingin berpartisipasi menjadi bagian dari NATO (North Atlantic Treaty Organization), namun sebelum hal itu terjadi Rusia mengecam perbuatan Ukraina bila mana gabung ke dalam NATO sebab Rusia tidak ingin blok barat yang di pimpin oleh Amerika menaruh pangkalan militernya di daerah Ukraina hal ini secara tidak langsung akan mengancam keamanan Rusia. Tepatnya tanggal 24 Februari 2022 presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer khusus" ke Ukraina. Serangan multi-arah dilancarkan, termasuk serangan rudal ke seluruh wilayah Ukraina, invasi darat dari utara (menuju Kyiv), timur (Donbas), dan selatan (Krimea dan Laut Azov). Setelah terjadinya serangan tersebut Uni Eropa memberikan beberapa sanksi kepada Rusia berupa mengurangi ketergantungan pada komoditas Rusia seperti gas alam dan minyak, pembekuan aset Rusia di Uni Eropa, larangan ekspor teknologi canggih, dan dikeluarkannya bank-bank terkemuka di Rusia dari sistem keuangan SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), Rusia tidak tinggal diam diberikan sanksi terhadap Uni Eropa justru malah membalasnya dengan pembatasan gas alam kepada Uni Eropa serta pembayaran gas melalui Rubel, memberlakukan pembekuan aset negara Uni Eropa serta mengancam akan mengundurkan diri dari beberapa organisasi barat yang tengah berlangsung.

Akibat fenomena pembatasan gas alam yang dilakukan oleh Rusia, hal ini mengancam Uni Eropa akan krisis energi bilamana sanksi tersebut jatuh dalam waktu yang lama, terlebih lagi Uni Eropa merupakan tujuan ekspor komoditas tersebut, oleh karena itu Uni Eropa berusaha menggunakan energi pengganti akibat sanksi yang dijatuhkan. Sebagai gantinya permintaan energi kotor yakni batu bara kembali diambil oleh Uni Eropa hal ini yang menyebabkan harga baru bara di pasaran menjadi tinggi sebab tingginya permintaan, sebelumnya harga batu bara berada pada kisaran 150$/MT menjadi 440$/MT akibat dari harga yang melonjak banyak perusahaan batu bara yang mencangkul lebih dalam guna memenuhi permintaan pasar yang saat itu melonjak. Beberapa perusahaan yang diuntungkan dari fenomena di atas ialah PT Indo Tambangraya Megah Tbk, (ITMG),
Adaro Energy Indonesia Tbk, (ADRO), Baramulti Suksessarana Tbk, (BSSR), dan PT Bukit Asam Tbk, (PTBA).

  • Kasus III Tahun 2025 (Peluang Emas di Sektor Emas)

Grafik harga saham ANTM
Grafik harga saham ANTM
Pendapatan salah satu perusahaan emas
Pendapatan salah satu perusahaan emas
Tahun 2025 dikabarkan akan menjadi jurang yang curam bagi perekonomian AS, salah satu perusahaan keuangan asal AS yakni JP Morgan bahkan terus meningkatkan peluang resesi AS dari sebelumnya 40% menjadi 60% dan hal ini memicu ke khawatiran terhadap perekonomian AS. Sejak awal tahun 2024 sampai juni 2025 harga emas internasional mengalami kenaikan sebesar 59,7%, disusul dengan harga emas nasional awal tahun 2024 sekitar Rp1.144.000,00/gram dan harga emas  Juni 2025 berada dikisaran Rp1.880.000,00/gram artinya ada kenaikan sebesar 60,8%. Kenaikan emas ini sejalan dengan potensi resesi AS dan kekhawatiran global terhadap ekonomi AS, ditambah permintaan dalam negeri yang terus meningkat. Banyak berita mengabarkan banyak toko yang kehabisan stok emas mereka sebab pembeli yang meledak akibat meroketnya harga emas dan hal ini tercermin dari salah satu laporan keuangan perusahaan emas (ANTM) yang dimana pendapatan Q1 tahun 2024 berada di angka 8.621T namun akibat fenomena ini pada Q1 2025 pendapatannya sungguh melejit mencapai 26.152T. Terjadinya fenomena "resesi AS" ditambah meningkatnya permintaan menjadi berkah tersendiri terhadap perusahaan emas di Indonesia. Perlu di perhatikan tidak selamanya harga emas akan terus meningkat mengingat ini adalah suatu komoditas yang dimana sangat sensitif terhadap permintaan dan penawaran. 

  

Gambar kenaikan harga emas
Gambar kenaikan harga emas
  • Kasus IV Tahun 2025 (Perang Israel-Iran)

Tahun ini begitu banyak peluang yang sangat amat sayang bilamana melewatkan kesempatan ini, sebelum terjadinya perang saya melakukan analisis sederhana terhadap perusahaan minyak di Indonesia, ketika hasil didapat saya meminta harga yang sangat rendah dan akhirnya melewatkan kesempatan ini. Sebelumnya terjadinya perang Israel dengan Iran pada saat itu harga minyak mentah berada di area 57$/Bbl kemudian di ikuti kenaikan harga sesaat setelah terjadinya peperangan serta diduga ada rumor akan ditutupnya selat hormuz oleh Iran yang membuat harga minyak mengalami kenaikan sebesar 17% dan berada di harga 74$/Bbl. Salah satu perusahaan yang tidak sempat saya miliki kini sudah terbang duluan harganya setelah adanya berita penutupan selat hormuz yang dimana selat ini adalah jalur perdagangan yang sensitif terutama terhadap minyak, sebab 20% minyak dunia melalui selat ini. Terakhir harga saham perusahaan ini jatuh diharga 370/lembar namun saya enggan masuk dan akhirnya sekarang sempat menyentuh 530/lembar ini artinya ada potensi kenaikan sekitar 43% yang dilewatkan oleh saya pribadi dan jika memasukan dividen (10,5%) maka saya sendiri kehilangan peluang sekitar 53,5%. Namun saya tidak berkecil hati sebab masih banyak peluang yang tersedia di depan mata.

Jika diteliti lebih dalam, banyak saham Indonesia yang saat ini tidak dihargai performanya sebagai contoh ada ASII di perdagangkan diharga Rp4.400-4.500 dengan asumsi ROE (Return On Equity) 15%, PBV (price to book value) sebesar 0,82 dan PE (Price to Earning) 6,5 kali maka diasumsikan dapat memberikan imba hasil sebesar:

Yeild return ASII
Yeild return ASII

Asumsikan dividen yeild sebesar 9,3%

(yeild return + dividen yeild) = 15,3%+9,3% = 24,6%

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun