Mohon tunggu...
Farah Abimanyu
Farah Abimanyu Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Postgraduate York University

A Wanderer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nasib Guru Dulu, Kini dan Nanti

26 November 2018   18:08 Diperbarui: 19 Desember 2018   12:44 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Momentum Hari Guru pada tanggal 25 November 2018 ini mengingatkan kembali akan kenangan gue saat masih memakai seragam putih abu-abu.

Beberapa guru gue dulu mengajar ke sekolah dengan memakai sepeda motor butut bahkan ada yang berjalan kaki, mengingat gaji mereka dulu yang hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Mereka juga tidak mengeluh soal status PNS atau Non-PNS, karena mereka memiliki satu tujuan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Status mereka pun sama di mata para muridnya, yaitu seorang yang mulia, sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang bekerja tanpa pamrih. Tolak ukur kebahagiaan mereka pun ketika melihat anak didiknya menjadi orang yang sukses.

Melihat guru-guru jaman now, gue mampu membayangkan kebahagiaan mereka pasti berlipat-lipat dibanding guru-guru gue jaman dulu.

Betapa tidak?
Gue melihat sekarang pembangunan infrastruktur maupun peningkatan kualitas guru dilakukan secara masif dan berkeadilan. Kalau dulu pembangunan hanya terkesan Jawa Sentris saat ini telah Indonesia Sentris. Tidak ada lagi istilah "murid-murid di Pulau Jawa lebih pintar dibanding murid di daerah lain, sekolah di Pulau Jawa lebih bagus dibanding sekolah di Sulawesi"

Dengan pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan, sekolah, telekomunikasi maupun transportasi jelas memudahkan guru-guru utamanya di daerah terpencil dan perbatasan untuk pergi mengajar. Bayangkan mereka dulu harus menempuh jarak ribuan kilometer, menerjang sungai bahkan hutan belantara hanya untuk mengajar di sekolah, dan hal tersebut mereka lakukan setiap hari.

Selain itu, saat ini guru-guru SMK didorong menjadi guru produktif yang tidak hanya normatif dan adaptif, sehingga memiliki keahlian ganda agar bisa mendidik murid-muridnya untuk memiliki keahlian yang dibutuhkan didunia kerja, bahkan didorong untuk magang di dunia industri, agar tahu kondisi dunia kerja sebenarnya.
Beda banget deh dengan jaman gue dulu yang belum terkoordinasi dengan baik!

Untuk guru SMA, guru didorong untuk mengikuti program pelatihan multisubject teaching sehingga bisa mengaplikasikan ilmunya untuk mengajar 2 subyek sekaligus (yang masih serumpun), seperti sejarah dan antropologi, sehingga kemampuan merekapun akan meningkat.

Langkah pemerintah memberikan  Tunjangan Profesi Guru (TPG) sebesar 1x gaji dan Tunjangan Khusus Guru Garis Depan (GGD) sebesar 1x gaji dan ditambah Rp. 2,5 juta, baik untuk yang PNS maupun Non-PNS SUDAH SANGAT TEPAT melihat kewajiban mereka untuk mencerdaskan anak bangsa.

Manfaat dari peningkatan kualitas sistem pendidikan, peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru ini akan berakibat kepada meratanya pendidikan yang berkualitas di seluruh Indonesia. Kedepannya, bukan tidak mungkin kita bisa menjadi tujuan pendidikan di dunia, sehingga tidak ada lagi orang yang memilih untuk menyekolahkan anaknya diluar negeri, karena sekolah dan guru-guru kita lebih oke dan berkompeten!

SELAMAT HARI GURU NASIONAL!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun