Mohon tunggu...
Kelas BS 5A
Kelas BS 5A Mohon Tunggu... Tutor - Keuangan dan Perbankan Syariah

Politeknik Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Go To PHK 1.300 Karyawan, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

29 November 2022   21:21 Diperbarui: 29 November 2022   21:38 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kenaikan inflasi di beberapa negara meningkat akibat beberapa konflik dan kondisi yang terjadi. Inflasi pada US yang meningkat akan memicu kenaikan suku bunga. Dengan naiknya suku bunga, para investor tentu lebih nyaman menyetor di bank karena bunganya cukup tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya fenomena lay-off atau pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan di beberapa startup ternama di Indonesia, terutama GoTo. 

Saat ini, GoTo mengalami kerugian diakibatkan oleh kondisi ekonomi yang memburuk. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) resmi melakukan PHK terhadap sekitar 1.300 karyawan atau 12% dari total karyawan. Lantas, apa saja penyebab GoTo melakukan PHK terhadap karyawannya selain dari kondisi ekonomi secara global?

Penyebab GoTo Melakukan PHK

GoTo melakukan PHK sebagai upaya agar perusahaannya bisa lebih dekat dengan keuntungan. GoTo juga dilaporkan berusaha menyeimbangkan pengeluaran dengan pertumbuhan keuangannya untuk mencapai profitabilitas. Menilik laporan keuangan GoTo, beban gaji dan imbalan mencapai Rp 7,41 triliun per 30 Juni 2022.

Nilai itu setara dengan 38,66% dari total beban yang ditanggung perusahaan teknologi ini. Perampingan karyawan ini merupakan bagian dari langkah GoTo untuk menjadi perusahaan yang mandiri secara finansial dalam jangka panjang di tengah tantangan makro ekonomi global.

Selain melakukan pemangkasan jumlah pekerja, sejak awal tahun GoTo juga melakukan evaluasi optimalisasi beban biaya secara menyeluruh, termasuk penyelarasan kegiatan operasional, integrasi proses kerja, dan melakukan negosiasi ulang berbagai kontrak kerjasama. Pada akhir kuartal II 2022, perusahaan berhasil melakukan penghematan biaya struktural sebesar Rp800 miliar dari berbagai aspek penghematan, seperti teknologi, pemasaran dan outsourcing. 

Pasca pengumuman PHK, saham GoTo menutup perdagangan Jumat (18/11) naik 3,74% ke level Rp 222. Sepanjang akhir pekan sebelumnya, nilai transaksi GoTo mencapai Rp 309,24 miliar. 

Melihat dari startup environment di Indonesia, beberapa dari mereka cenderung terlalu over-optimistic dengan melakukan banyak recruitment pada awal pembukaan perusahaan namun gagal mempertahankan kinerjanya di tengah kegiatan. Hal ini bisa menjadi penyebab GoTo melakukan layoff besar-besaran. 

Ditambah lagi, startup yang berbasis fintech hanya memiliki hype yang tinggi saat puncak pandemi, lalu ketika pandemi reda malah menyebabkan demand terhadap fintech menurun. Sehingga malah menimbulkan kerugian dan berujung melakukan PHK pada para pekerjanya.

Nasib Gopay yang Menjadi Perusahaan GoTo

Nasib Gopay tidak begitu terpengaruh dan tetap bisa berjalan karena kebutuhan masyarakat yang akan terus meningkat terkait dengan pembayaran secara online. Bahkan, posisinya akan menjadi salah satu kontributor utama yang akan berpotensi mendongkrak pendapatan serta profitabilitas GoTo.

Dampak dari Strategi Layoff Karyawan GoTo, Baik atau Buruk?

Pada akhir kuartal kedua 2022, perusahaan telah melakukan penghematan biaya struktural sebesar Rp 800 miliar dari berbagai aspek penghematan, seperti teknologi, pemasaran dan outsourcing. Kendati demikian, optimalisasi itu dinilai belum cukup untuk memperkuat keuangan perseroan. Alhasil GoTo memutuskan untuk fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali perusahaan agar mampu lebih jauh bernavigasi di tengah kondisi ekonomi global.

Gojek juga menjelaskan tantangan makro ekonomi global memberikan dampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia, termasuk GoTo. Dampak PHK pada GoTo ini bisa juga berdampak pada perekonomian, seperti akan menambah angka pengangguran yang berdampak pada pengeluaran negara dan daya beli masyarakat menjadi turun karena kehilangan pekerjaan. 

Kondisi saham GoTo setelah adanya PHK diprediksi tetap Bullish (tren positif) karena adanya pengurangan beban operasional. Meskipun begitu, saham GoTo dianggap masih kurang baik karena belum menunjukkan laba yang pasti di tengah kinerja perusahaannya yang buruk.

Strategi ini memang keputusan sulit yang tidak dapat dihindari oleh pihak GoTo. Hal ini supaya perusahaan lebih cekatan dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan sehingga terus memberikan dampak positif bagi jutaan konsumen, mitra pengemudi, dan pedagang. Karyawan yang terdampak akan memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan di tiap negara di mana GoTo beroperasi. 

GoTo juga memberikan sejumlah dukungan finansial, antara lain berupa tambahan satu bulan gaji, serta kompensasi pengganti periode pemberitahuan (notice in-lieu). Keputusan tersebut tidak mempengaruhi layanan GoTo kepada konsumen. Begitu halnya komitmen perusahaan terhadap mitra pengemudi, merchants dan sellers.

Usai melakukan strategi pengurangan jumlah karyawan, untuk langkah ke depannya GoTo akan memperkuat posisi neraca, yaitu dengan disiplin melakukan divestasi aset non-inti dan portofolio investasi GoTo. Perseroan ini akan melakukan strategi disiplin untuk perbaikan bakar uang sehingga peluang penguatan posisi neraca kas GoTo akan meningkat.

Penyusun: BS 5A

Disusun atas hasil diskusi kelas BS 5A pada mata kuliah Sistem Informasi Perbankan (26/11/2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun