Pertanyaan diatas semakin sering saya lihat di media sosial Twitter akhir-akhir ini.
Kehadiran Joko Widodo di ranah politik sebagai  Gubernur DKI Jakarta hari ini memang tidak terlepas dari peran Partai yang mengusungnya, PDI-P dan Gerindra.
Namun pengamatan saya, Jokowi dipilih bukan semata-mata karena nama partai dibelakangnya. Tapi memang karena kualitas pribadi yang dimiliki oleh Jokowi itu sendiri.
Era informasi sekarang semakin memudahkan masyarakat mengenal pemimpin mereka sendiri. Masyarakat kini lebih cerdas dalam menggunakan hak pilih mereka. Jokowi yang dahulu adalah Walikota Solo mampu menarik perhatian masyarakat karena pribadi nya yang santun dan khas.
Berkualitas. Jokowi dinilai memiliki jiwa pemimpin yang dekat dengan rakyatnya. Dia tak segan masuk-keluar kampung demi melihat langsung kondisi dan keadaan rakyatnya.
Harus diakui, tanpa kedua partai yang mendukung. Jalan menuju DKI 1 dirasa tidak mudah. Apalagi saat pemilihan kemarin, Pasangan Jokowi-Ahok harus berhadapan dengan petahana Foke-Nara.
Kembali ke topik,
Minggu ini, 2-3 Maret pria yang akrab dengan musik rock ini sedangberkampanye untuk pasangan yang diusung PDIP dalam Pilkada Sumatera Utara yakni Effendi Simbolon-Jumiran Abdi. Setelah sebelum nya menjadi juru kampanye bagi calon gubernur pasangan Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki di Pilkada Jawa Barat.
pertanyaan saya adalah "apakah Jokowi harus balas budi dengan menjadi Juru Kampanye?"
Jawaban nya : iya, karena dalam hal ini, Jokowi merasa memiliki tanggung jawab secara moral untuk berkampanye pada calon yang diusung oleh partai yang mendukungnya dulu.
Selama yang dilakukan tidak melanggar peraturan dan Jokowi tidak melupakan tanggung jawabnya yang utama yaitu mengurus DKI Jakarta. Ya monggo. Silakan.
Meskipun sibuk mengurusi Jakarta dan ditambah lagi berkampanye. Tetap jaga kesehatan ya pak Joko.. :)
*cheeers*
