Mohon tunggu...
Farabi Muhammad Khalil
Farabi Muhammad Khalil Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka (UHAMKA)

Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang menerima informasi yg baik, informasi yang baik didapatkan oleh pemberi informasi yang baik. Cita-cita saya menjadi reporter yang baik lulusan Uhamka. Jadikan Agama sebagai prioritas utama dalam menjejakkan kaki di atas bumi Allah. @farabimkhalil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Mempelajari Konflik dalam Kehidupan Relasional

2 Juni 2021   17:40 Diperbarui: 11 November 2021   20:11 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam penelitian sosiologi, konflik sosial dapat terjadi karena perbedaan latar belakang. Entah itu perbedaan kebudayaan, etnis, agama ataupun perspektif individu. Dalam sudut pandang Normatif, konflik dapat terjadi karena adanya pelanggaran norma. Baik itu norma hukum, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma adat, norma agama. 

Jika kita melanggar norma hukum, kesusilaan, kesopanan ataupun adat, maka kedamaian, kenyamanan, ketentraman, keamanan,  ketertiban serta keselamatan kita dan orang lain di dunia akan terancam dan akan menjadi konflik. Tetapi jika kita melangar norma agama, maka keselamatan kita di akhirat akan terancam dan menjadi konflik di akhirat.

Dalam menjalani suatu hubungan tidak selalu berjalan dengan mulus. Pasti ada gejolak dalam hubungan interpersonal ataupun relasional. Pasti ada yang namanya kontradiksi hingga konflik ketika kita menjalin suatu hubungan interpersonal, kelompok maupun organisasi. Entah itu dari faktor internal maupun eksternal. Seperti halnya jalanan yang kita temui pasti ada lika-likunya. Itulah dinamika hubungan atau yang biasa dikenal dalam istilah Ilmu Komunikasi sebagai Dialektika Relasional. 

Relational Dialectics Theory (RDT) atau Teori Dialektika Relasional menyatakan bahwa hidup berhubungan dicirikan oleh ketegangan yang sedang berlangsung antara impuls bertentangan (Baxter & Braithwaite, 2010). Teori Dialektika Relasional berdasarkan penelitian yang dikemukakan oleh pakar peneliti ilmu komunikasi Leslie A. Baxter dan aktris televisi Amerika Barbara Montgomery ini menjadi lanjutan dari teori penetrasi sosial yang dikemukakan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor yang membahas tentang bagaimana cara manusia menjalin hubungan antarindividu dari yang awalnya tidak kenal sampai kepada hubungan yang lebih akrab atau intim secara sistematis. Studi Baxter dan Montgomery dipengaruhi oleh seorang filsuf Rusia bernama Mikhail Bakhtin yang mengembangkan teori dialog personal. 

Dalam Teori Dialektika Relasional, perselisihan yang terjadi pada suatu hubungan didasarkan pada tidak searahnya suatu hubungan atau tidak berkembangnya suatu hubungan secara linear. Hubungan yang tidak berkambang secara linear ini ditandai dengan keinginan yang bertentangan antara dua belah pihak terhadap hubungan mereka. Contohnya pada dua orang sahabat, si A ingin melanjutkan persahabatannya dengan si B, tetapi si B tidak mau melanjutkan persahabatannya dengan si A dengan alasan tertentu. 

Asumsi yang juga dapat mendasari perselisihan kehidupan relasional lainnya adalah kehidupan ditandai dengan proses atau perubahan. Selain itu, kontradiksi juga merupakan asumsi utama yang mencerminkan perselisihan. Karena sampai kapan pun kontradiksi atau ketegangan antar individu pasti akan terjadi. Asumsi yang terakhir RDT berkaitan dengan komunikasi. 

Komunikasi menjadi pusat untuk mengorganisasi dan menegosiasi kontradiksi dalam hubungan. "Dari perspektif dialektika relasional, pelaku sosial memberikan kehidupan melalui praktik komunikatif mereka untuk kontradiksi yang mengatur hubungan mereka. Realitas sosial kontradiksi diproduksi oleh tindakan komunikatif pelaku sosial" (Baxter & Montgomery, 1996).

Konflik dalam interaksi sosial pasti ada, tidak hanya dalam kehidupan relasional antar dua individu, tetapi juga dalam konteks kehidupan yang lebih luas. Karena setiap manusia berbeda-beda, dan kita harus memahami dan memaklumi perbedaan itu. Tidak mungkin tidak ada perbedaan atau kontradiksi dalam suatu hubungan walaupun suatu hubungan itu tidak pernah terjadi konflik. 

Justru akan berbahaya jika tidak ada konflik dalam kehidupan relasional, karena jika kita mendapati kontradiksi atau perbedaan keinginan, kesalahpahaman, kesukaan dan ketidaksukaan tetapi tidak kita ungkapkan, maka tidak ada yang tahu bagaimana perasaan kita, ekspresi dan kesukaan kita, sifat kita yang sebenarnya dan semacamnya. 

Bisa jadi orang yang kita jalin hubungannya memendam rasa tidak suka, rasa dendam atau perasaan-perasaan lainnya yang bisa menjadi bahaya jika hanya dipendam saja. 

Konflik dalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita temui dan dapat ditangani tergantung cara orang yang menjalin suatu hubungan melakukan komunikasinya. Cara komunikasi dan negosiasi terhadap kontradiksi itu yang dapat menangani sebuah konflik atau permasalahan sosial ataupun bencana sosial. Kontradiksi dapat diselesaikan dengan negosiasi dan kesepakatan antara kedua belah pihak yang terjalin hubungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun