Keresahan keamanan data TikTok adalah salah satu isu yang sering dibicarakan di media sosial dan masyarakat saat ini. TikTok adalah aplikasi media sosial yang populer, khususnya di kalangan remaja dan anak muda, yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan membagikan video pendek.
Namun, beberapa orang mengkhawatirkan tentang keamanan data mereka di TikTok. Ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Salah satunya adalah kebijakan privasi yang tidak jelas. Beberapa pengguna merasa bahwa kebijakan privasi TikTok sulit dipahami dan terlalu rumit, sehingga mereka tidak tahu dengan pasti apa yang terjadi dengan data mereka ketika mereka menggunakan aplikasi tersebut.
Keamanan data TikTok di Eropa juga menjadi perhatian penting bagi banyak pihak. Eropa memiliki peraturan privasi data yang ketat, seperti Regulasi Umum Perlindungan Data (GDPR), yang bertujuan untuk melindungi data pribadi pengguna. TikTok telah dihadapkan pada beberapa masalah keamanan data di Eropa, termasuk kekhawatiran tentang bagaimana data pengguna dikumpulkan, disimpan, dan digunakan oleh perusahaan. Pada tahun 2020, TikTok dihadapkan pada tuduhan bahwa perusahaan mengumpulkan data anak-anak tanpa izin orang tua mereka, yang melanggar undang-undang privasi di Eropa.
TikTok telah meluncurkan langkah-langkah keamanan untuk meredakan kekhawatiran bahwa mereka akan berbagi data pengguna dengan Cina. Project Clover akan membuat perusahaan keamanan terpisah "memantau aliran data" - dan TikTok akan mempersulit untuk mengidentifikasi pengguna individu dalam data
Usaha Tiktok membangun kepercayaan
Project Clover adalah sebuah program yang berfokus untuk menciptakan kantong yang aman untuk data pengguna TikTok di Eropa. Inisiatif ini akan memperkenalkan sejumlah langkah baru untuk memperkuat perlindungan yang sudah ada dan menyelaraskan pendekatan mereka secara keseluruhan terhadap tata kelola data dengan prinsip kedaulatan data Eropa.
Tiktok mengklaim bahwa kontrol akses data sudah sangat membatasi akses ke data pengguna. Berdasarkan pendekatan keamanan data tiktok di AS, mereka semakin meningkatkan kontrol ini dengan memperkenalkan gerbang keamanan yang akan menentukan akses karyawan ke data pengguna TikTok Eropa dan transfer data di luar Eropa. Hal ini akan menambah tingkat kontrol atas akses data. Setiap akses data tidak hanya akan mematuhi undang-undang perlindungan data yang relevan, tetapi juga harus terlebih dahulu melalui gerbang keamanan ini dan pemeriksaan tambahan.
Selain itu proses akan diawasi dan diperiksa oleh perusahaan keamanan pihak ketiga dari Eropa yang akan mengaudit kontrol dan perlindungan data, memantau aliran data, memberikan verifikasi independen, dan melaporkan setiap insiden. TikTok telah memperbarui infrastruktur mereka untuk memproses data pengguna di wilayah yang lebih terbatas, sehingga data pengguna tidak harus dipindahkan ke wilayah lain yang mungkin tidak memiliki undang-undang privasi yang sama ketatnya.
Melengkapi langkah-langkah baru yang telah direncanakan Tiktok menyimpan data pengguna Eropa secara lokal. Tahun lalu, mereka mengumumkan detail dari pusat data Eropa di Dublin, mereka juga akan mulai menyimpan data pengguna TikTok di Eropa secara lokal tahun ini, dengan migrasi yang akan berlanjut hingga tahun 2024. Setelah beroperasi, ketiga pusat data ini akan mewakili total investasi tahunan sebesar 1,2 miliar (Rp 19,6 miliar).
Ketegangan diplomatik
Sehari sebelum Project Clover diumumkan, Presiden AS Joe Biden memberikan dukungan pemerintahannya pada sebuah rancangan undang-undang - yang dipromosikan oleh Mark Warner dari Partai Demokrat, yang mengetuai komite intelijen senat, dan John Thune dari Partai Republik - yang memberikan wewenang untuk melarang teknologi yang dimiliki oleh pihak asing.
Kepala eksekutif TikTok, Shou Zi Chew, akan hadir di hadapan kongres akhir bulan ini. Pada hari Selasa, TikTok mengatakan kepada program World Tonight di BBC Radio 4 bahwa mereka takut menjadi "pion" dalam ketegangan diplomatik antara AS dan Cina.