Mohon tunggu...
Zulhaq Faqih Nugroho
Zulhaq Faqih Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (NIM 24107030084)

Menulis apa saja yang menarik di sekitar. Suka membahas transportasi, buku, perjalanan, dan hal random lainnya. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seni Membuat Lebaran Jadi Lebih Ringan

31 Maret 2025   23:57 Diperbarui: 1 April 2025   00:02 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto alam (sumber: dokumentasi pribadi)

Gema takbir telah berkumandang, menandakan hari kemenangan telah tiba. Selamat Hari Raya Idulfitri bagi teman-teman yang merayakan. Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan berbahagia.

Lebaran sering kali identik dengan baju baru, barang-barang baru, THR, bermaaf-maafan, serta hidangan yang melimpah. Membeli baju baru, menyiapkan makanan untuk tamu, dan berbagi rezeki kepada saudara seakan telah menjadi tradisi yang melekat. Momen ini memang membawa kebahagiaan, bisa berkumpul dengan keluarga, bersilaturahmi dengan sanak saudara, tetangga, hingga teman lama. Namun, lebaran juga kerap disertai beban tambahan, baik secara fisik maupun mental: rumah yang semakin penuh dengan barang, makanan berlebihan yang berisiko terbuang, serta percakapan dengan kerabat yang kadang menyentuh hal-hal pribadi yang tidak nyaman.

Dengan berbagai beban yang muncul saat lebaran, kita bisa membuatnya lebih ringan. Kali ini, saya akan berbagi cara untuk menjadikan lebaran lebih sederhana dan bermakna, melalui tiga langkah utama: meringankan isi rumah, meringankan langkah, dan meringankan jiwa.

Mengapa Lebaran Perlu Dibuat Lebih Ringan?

Konsep ini terinspirasi dari buku Seni Membuat Hidup Jadi Lebih Ringan karya Francine Jay. Buku ini mengajarkan bagaimana hidup minimalis dapat membawa kedamaian dan kebebasan dari stres. Francine Jay sendiri menemukan kebahagiaan ketika bisa bepergian hanya dengan koper kecil tanpa beban berlebih, ia merasa lebih merdeka dan bersemangat.

Konsep hidup ringan ini dapat kita terapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam merayakan lebaran. Kita bisa menikmati lebaran dengan lebih tenang, tanpa merasa terbebani oleh banyak hal.

1. Meringankan Isi Rumah

Saat lebaran, banyak orang tergoda untuk membeli barang baru, baju, celana, sepatu, tas, dan lainnya. Padahal, mungkin di lemari kita sudah ada banyak pakaian yang masih layak pakai. Begitu pula dengan makanan; sering kali kita membeli atau menerima hidangan dalam jumlah besar, yang akhirnya menumpuk dan berisiko terbuang sia-sia. Barang-barang yang berlebihan ini sebenarnya bisa menjadi beban, baik secara fisik maupun mental. Rumah terasa semakin penuh, sulit untuk menata barang, dan ruang gerak pun menjadi terbatas. Untuk itu, kita bisa mulai meringankan isi rumah dengan cara:

Mengevaluasi barang yang ada. Cek isi lemari, apakah ada pakaian yang sudah lama tidak dipakai atau sudah tidak muat? Jika ada, pertimbangkan untuk menyumbangkannya kepada yang lebih membutuhkan.

Membeli dengan bijak. Sebelum membeli baju baru, tanyakan pada diri sendiri: Apakah saya benar-benar membutuhkannya? Jangan hanya tergoda tren sesaat yang mungkin hanya bertahan sebentar.

Mengelola makanan dengan baik. Jika menerima atau menyiapkan makanan dalam jumlah banyak, bagikan kepada tetangga atau keluarga agar tidak terbuang percuma. Lebaran bukan soal seberapa banyak yang kita miliki, tetapi bagaimana kita berbagi dan mensyukuri yang ada. Ramadan telah mengajarkan kita bahwa sedikit sering kali sudah cukup. Dengan memiliki lebih sedikit, kita justru merasa lebih ringan dan bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun