Mohon tunggu...
Fantasi
Fantasi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Usaha Mikro

" When we are born we cry that we are come to this great stage of fools. " - William Shakespeare -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Melawan Agnez Mo, Bruno Mars, dan Charlie Puth demi Anak

2 Januari 2016   11:04 Diperbarui: 2 Januari 2016   13:41 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Mengidolakan artis, anak bisa mengikuti gaya sang artis (Shutterstock)

Kemarin secara tak sengaja saya mendengar putri kami dengan dua  sepupunya yang sudah sudah remaja mengomentari dan memuji-muji Agnez Mo yang dinobatkan sebagai satu dari 100 perempuan tercantuk di dunia. Saya menimbrung," Hebat memang, tapi gak usah diikuti!"

Ketidaksukaan saya pada Agnez Mo sudah pernah saya ungkapkan kepada putri kami yang belum berusia 12 tahun. Ketika bersama-sama melihat pose Agnez di beberapa media, saya secara tegas mengatakan bahwa beberapa gaya berpakaian dan gestur Agnez Mo menjijikkan.

"Koreonya keren," begitu putri kami pernah memuji penampilan Agnez di teve. Menari balet sejak kecil dan sudah lulus Grade 5 dari Royal Academy, putri kami juga sangat suka tari modern. Matanya bisa tidak berkedip jika menonton pertunjukan musik artis dunia yang disertai dengan gerakan tari atau didukung oleh penari latar.

"Tapi papa tidak suka," tukas saya. Buah dada Agnez menyembul pongah dari secuil bra tanpa penutup lain dan pahanya diumbar untuk dipelototi oleh ribuan penonton di gedung pertunjukan atau mungkin jutaan mata pemirsa televisi bukanlah teladan yang saya ingin diikuti anak saya. "Terlalu sexy. Sayang sekali, padahal suaranya sangat bagus."

"Ini pertunjukan kelas dunia, Pa. Kolaborasi dengan artis top. Penari belakangnya saja kayaknya bukan orang Indonesia."

Saya tetap tak suka. Padahal saya suka Agnez sejak lama. Saya tahu prestasinya mulai dari penyanyi cilik, melihat transisinya menjadi penyanyi remaja dan pemain akting, membaca beeritanya upayanya yang luar biasa untuk membangun karir internasionalnya. Paduan antara talenta yang hebat dan determinasi yang sangat kuat melayakkan Agnez untuk mencapai prestasi beruntun yang membanggakan di tanah air dan kemudian di luar negeri.

Di sana ambigunya saya menyukai Agnez.

Kepiawaian Agnez berakting dalam beberapa sinetron, keindahan suara dan lagu yang diciptakan dan dilantunkannya, keapikan gerakan tarinya, kefasihannya berbahasa asing dan berbicara di depan umum, kerendahan hatinya mengucap syukur pada Tuhan setiap menerima penghargaan, kerupawanannya yang mengangkatnya menjadi satu dari 100 wanita tercantik di dunia ... apa yang tak layak dipujikan pada diri perempuan bernama asli Agnes Monica Muljoto itu ?

Ketidaksukaan saya pada Agnez bersifat impersonal. Saya tidak suka budaya yang - entah secara sengaja atau tidak sengaja - dia coba tularkan pada generasi muda. Termasuk anak saya. Posisinya sebagai idola memungkinkannya untuk mempengaruhi orang-orang yang mengaguminya. Gaya berpakaian Agnez dan beberapa gerakan tarinya yang - di mata saya - sensual dan berkonotasi seksual membuat saya harus menghindarkan putri kami dari mengidolakan Agnez.

Saya sadar ada begitu banyak yang bisa ditiru dari Agnez, tapi saya tak ingin putri kami membayarnya dengan masuk ke dalam budaya yang tak sesuai dengan norma yang kami anut. Bukannya tidak mungkin untuk memilah-milah dan 'mencontoh yang baik dan jangan mengikuti yang buruk', tetapi saya melihat bahwa pengaruh idola seringkali masuk ke bawah sadar para fansnya. Apalagi bagi remaja dan anak-anak yang masih belum memiliki kemampuan yang memadai untuk memilih secara sadar apa yang baik dan buruk bagi dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun