Mohon tunggu...
Fanny Citra
Fanny Citra Mohon Tunggu... Pelajar -

Hard words breaks no bones

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswa Hubungan International Selenggarakan IRF 2015

27 Oktober 2015   11:29 Diperbarui: 27 Oktober 2015   11:41 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(ki-ka) Prof. Aleksius Jemadu, Mexind Suko Utomo, HE Duta Besar Walid Al-Hadid, dan Amelia Liwe 

 

International Relations Fiesta (IRF) merupakan acara tahunan terbesar yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Hubungan International (HI), di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPH, yang bertujuan untuk menunjukkan eksistensi jurusan HI yang juga memiliki ciri khas yang patut dieksposisi. Tahun ini, selama 5 hari, 19-13 September 2015, IRF mengangkat tagline ‘The Exotic Middle East’, menurut Ayu (HI, 2013), Ketua IRF 2015, alasan dibalik pengambilan tagline ini adalah adanya keinginan untuk mengubah persepsi masyarakat pada umumnya tentang ‘Middle East’yang tidak jauh dari terorisme dan negara berbahaya. “Sebagai mahasiswa HI, kami berkepentingan untuk berkontribusi dalam perdamaian dunia, tapi terkadang ‘stereotype’ ini menghambat terciptanya kerja sama yang positif antar negara secara khusus dengan ‘Middle East’. Oleh karena itu lewat IRF 2015 ini kami mengungkap hal-hal yang selama ini mungkin tidak diketahui masyarakat luas.” tandas Ayu.

 

 

Serangkaian acara dalam IRF dimeriahkan oleh pembukaan yang berlangsung pada tanggal 19 September 2015 dengan tarian tradisional timur tengah, lengkap dengan pakaian tradisional dan flashmob dari panitia. Selanjutnya rangkaian acara IRF adalah beberapa kompetisi seperti Fashion Design Competition, Instagram Competition, dan Model United Nations (MUN) yang diikuti oleh 25 Single Delegate yang berasal dari Universitas seluruh Indonesia, seperti President University, Universitas Bina Nusantara, Universitas Padjajaran, Universitas Parahyangan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dan masih banyak lagi.

 

 

Selain itu, salah satu acara inti dalam IRF adalah talk show yang bertajuk “Optimizing Relationship with Middle East: Promoting Indonesia’s Economic and Security Interest” dan mengundang pembicara yang merupakan pakar dalam hubungan internasional, seperti H.E Ambassador Walid Al-Hadid, Duta Besar Kerajaan Jordania untuk Indonesia, Prof. Aleksius Jemadu, Ph.D., Dekan FISIP UPH dan Mexind Suko Utomo, Pengamat Politik & Aktivis Muda.

 

 

Walid Al Hadid mengawali paparannya dengan memberikan pesan kepada mahasiswa HI untuk lebih kritis mempelajari keseluruhan sebuah negara, baik itu sejarah, ekonomi, sosial budaya, agama, dan lain-lain. “Sebagai mahasiswa HI, kalian harus berhati-hati dengan ‘stereotyping’ atau image yang dibuat untuk yang lain. Mahasiswa harus menganalisa lebih dalam dan mencari fakta yang ada,” ungkap Wahid.

 

 

Dalam hal hubungan antara Indonesia dan Middle East, Wahid mengatakan bahwa meskipun jarak yang memisahkan begitu jauh dengan perbedaan budaya, bahasa, keadaan sosial, politik dan ekonomi negara, dan lain-lain, tetapi di sisi lain Indonesia dan Middle East sangat terhubung. Indonesia-Middle East banyak bekerja sama dalam banyak bidang, contohnya Indonesia mengambil minyak dari Arab Saudi, dan Indonesia memberikan rempah-rempah kepada Middle East.

 

Peserta Talk Show 'The Exotic Middle East'

Selanjutnya, Prof. Aleks menambahkan, dalam mengoptimalkan kerja sama dengan Middle East, mungkin dapat digarap mulai dari ketertarikan Indonesia terhadap Ekonomi dan Keamaan. Namun baginya, Indonesia harus berperan juga untuk kedamaian dan ketertiban dunia. Mexind juga menambahkan dalam kaitannya dengan konflik antara Israel dan Palestina, Indonesia sebagai ‘peace broker’ seharusnya bisa lebih menjangkau segala pihak. Tidak hanya seperti sekarang ini, Indonesia banyak sekali memberikan dukungan kepada Palestina. “Ini tidak salah justru sangat baik, namun alangkah lebih baiknya juga jika Indonesia mulai menjalin hubungan dengan Israel, yang selama ini tidak pernah dilakukan,” tegas Mexind. Menurut Prof. Aleks, yang menyebabkan tidak adanya hubungan dengan Israel adalah karena Indonesia memang sampai saat ini belum memiliki diplomasi di Israel, dan menurutnya hal ini patut dilakukan mengingat Indonesia adalah negara demokratis dengan beragam budaya dan agama, dan jangan sampai terlihat seperti berpihak kepada budaya atau agama tertentu.

 

 

 

Lebih lanjut, peserta talk show juga memberikan pertanyaan untuk lebih memperdalam bahasan tentang Middle East. Sebanyak 200 orang hadir dalam talk show ini berasal dari internal UPH dan publik. (fc)

 

 

UPH Media Relations

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun