Mohon tunggu...
Sosbud

Faktor Miskin dan Pendidikan Bukan Pengaruh Jadi Teroris

20 Mei 2018   22:09 Diperbarui: 21 Mei 2018   08:51 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa kalangan banyak menganggap bahwasanya teroris berasal dari kalangan miskin yang kemudian tidak berpendidikan sehingga mudah untuk di tipu daya oleh teroris yang ingan merekrut anggota dan menyebarkan paham radikal. Padahal apabila ditelusuri lebih jauh beberapa teroris yang ada di Indonesia maka banyak didapati teroris - teroris tersebut berasal dari kalangan mampu dan berpendidikan. 

Seperti halnya teroris yang baru baru ini melakukan aksi teror berupa bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur dan aksi penyerangan di Mapolrestabes Surabaya yang merupakan satu keluarga. Satu keluarga yang jadi pelaku aksi teror dikenal tertutup dan ternyata bukan dari kalangan kurang mampu, keluarga ini berasal dari kalangan yang berkecukupan dan memiliki rumah yang terlihat cukup mewah di kalangan sekitar tempat mereka tinggal. 

Adapun otak dari aksi teror yaitu sang kepala keluarga yang bernama Dita Oepriarto. Dita menjadi otak aksi teror yang bahkan melibatkan anak dan istrinya. Anak - anaknya telah diberikan paham yang salah oleh Dita dan istrinya sehingga mau melakukan hal keji tersebut dengan meledakkan dirinya bersama bom yang telah dililitkan ditubuh mereka. 

Alasan utama Dita melakukan ini ialah balas dendam. Diketahui bahwa Dita merupakan Ketua Aliran Radikalisme yang sudah lama ada yaitu JAD (Jamaah Ansarud Daulah) daerah Surabaya. JAD sendiri sudah dilarang di Indonesia karna menyebarkan paham radikal dan sesat dengan memperbolehkan bom bunuh diri karena menganggap bom bunuh diri merupakan jihad dijalan Allah dan dipastikan masuk surga. 

Lanjut dengan teroris yang sempat menghebohkan dunia ialah Ossama Bin Laden, ia merupakan pemimpin tertinggi organisasi Al-Qaeda yang memiliki Kekayaan sangat melimpah, akan tetapi ia terjangkit padam radikal dan terorisme.

Setelah itu, ada dua teroris asal Malaysia yang sempat juga membuat resah polisi serta masyarakat Indonesia. Mereka adalah Doktor Azahari Husin dan Noerdin M Top, keduanya merupakan pelaku Bom Bali dan Hotel JW Mariot di Jakarta. Doktor Azahari Husin sejatinya adalah orang yang berada dari segi ekonomi dan cukup cerdas sehingga bergelar doktor dan merupakan dosen di salah satu perguruan tinggi di Malaysia dan Noerdin M Top merupakan mahasiswanya yang terkenal juga cukup cerdas. Namun, keduanya terpapar aliran radikal sehingga bergabung dengan organisasi yang berkaitan dengan Al - Qaeda. 

Jenderal Pol Tito Karnavian pernah mendapati adanya pelaku teror di Indonesia yang merupakan lulusan sarjana. Ia mengatakan, berdasarkan penelitian, mahasiswa sains lebih rentan terpapar ajaran terorisme dibandingkan mahasiswa ilmu sosial.

"Jadi range-nya bisa low sampai high class.Psychology is a matter," kata Tito.

Tentu saja bagaimanapun keadaan seseorang, hal seperti ini kembali lagi pada diri kita masing masing. Sebagai seseorang yang berpendidikan kita harus mampu untuk memilih dan memilah mana yang baik dan tidak. Agar tidak terpapar paham radikal dan terorisme Pemerintah terus berupaya menanamkan moral Pancasila kepada para siswa di Indonesia sejak dini. Namun hal tersebut akan sia sia apabila tidak adanya dukungan dari orang tua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun