Mohon tunggu...
Fandee Tsario Effendi
Fandee Tsario Effendi Mohon Tunggu... Lainnya - Tugas Artikel Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perselisihan Antara UK dan UE Terkait Vaksin AstraZeneca

22 April 2021   22:30 Diperbarui: 22 April 2021   22:52 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Vaksin AstraZeneca merupakan salah satu vaksin yang di produksi untuk menghadapi wabah virus Corona yang berkembang pesat di berbagai negara di dunia. Tetapi dikeluarkannya vaksin ini justru menimbulkan polemik baru terkait keamanan penggunaan vaksin ini. Hal itu disebabkan karena berbagai hal antara lain ditemukannya kasus penggumpalan darah setelah di vaksin menggunakan vaksin AstraZeneca, ditambah lagi dengan laporan kritis dari media yang mempertanyakan efisiensinya serta tambahan laporan kurang ampuhnya vaksin ini terhadap virus mutasi Corona dan yang paling utama adanya kecurigaan UE terhadap perusahaan vaksin AstraZeneca yang lebih memprioritaskan Inggris dalam memberi pasokan vaksin.

UE belum mengungkapkan secara pasti apa perjanjian pembelian lanjutannya dengan AstraZeneca. Perjanjian tersebut mengamankan sejumlah dosis, dan masing-masing negara anggota dapat memesannya setelah penggunaan vaksin telah diizinkan. Dalam pandangan AstraZeneca, mereka setuju untuk memasok vaksin sesuai dengan "upaya terbaiknya", daripada berkomitmen untuk memberikan sejumlah dosis pada tanggal tertentu. Mereka berharap dapat memenuhi target kuartalan masa depan untuk UE, jika Badan Obat-obatan Eropa mengesahkan vaksin tersebut.

Inggris dan UE telah berselisih dalam beberapa pekan terakhir dengan yang terakhir mengeluh bahwa London tidak menunjukkan tingkat timbal balik yang sama dalam distribusi vaksin. UE telah mengatakan bahwa sejak akhir Januari lebih dari 10 juta dosis yang diproduksi di UE telah masuk ke Inggris, tetapi Inggris tidak mengekspor sebagai imbalan.

Namun Pada bulan Januari, AstraZeneca mengatakan akan memangkas jumlah dosis yang dapat diberikannya ke UE. Dimana ini menyalahkan penundaan produksi. Padahal sebelumnya perusahaan ini mengatakan perjanjiannya dengan UE akan memastikan dapat memasok persedian vaksin ini ke Eropa, tetapi hanya setelah Inggris memiliki pasokan yang cukup. Akibat dari hal tersebut UE mengatakan Inggris menerima perlakuan istimewa dari AstraZeneca.

Menurut Politico, Uni Eropa dapat menggunakan haknya untuk menuntut perusahaan jika terjadi penundaan dalam pengiriman. Komisi Eropa mengatakan sekarang terlibat dalam "mekanisme perselisihan" dengan AstraZeneca.

Penasihat WHO sendiri menunjukkan kekhawatirannya akan terjadinya "Nasionalisme Vaksin" dimana itu dapat berdampak buruk yang dapat meningkatnya mutasi virus berkelanjutan akibat kurangnya pasokan yang diterima oleh Eropa.

Bruce Aylward, penasihat senior direktur jenderal WHO, berkata, "Apa pun yang membatasi kemampuan mengeluarkan vaksin ini akan memengaruhi kemampuan kita untuk mengendalikan penyakit ini dan mencegah munculnya varian baru. Dunia harus bekerja sama untuk keluar dari ini, "katanya.

Hasilnya menunjukkan adanya krisis kepercayaan antara UE dan Inggris. Hal itu berarti merujuk pada perlambatan peluncuran vaksin di Eropa dan dampaknya tidak hanya pada vaksin itu sendiri. Lalu adanya kabar penggumpalan darah menjadi salah satu dampak dari vaksin ini

Adapun kasus penggumpalan darah karena vaksin Astrazeneca salah satunya terjadi di Inggris dimana 79 orang di inggris mengalami penggumpalan darah, dan 19 orang diantaranya meninggal. Dengan penemuan seperti ini semakin membuat banyak negara memutuskan untuk menunda bahkan membatalkan penggunaan vaksin tersebut.

Menurut Badan Regulasi Obat dan Kesehatan (MHRA) Inggris vaksin AstraZeneca memiliki efek samping yang berbahaya dan sangat rentan kepada orang di bawah 30 tahun. Mereka menilai efek samping yang dimiliki vaksin ini sangat jarang terjadi, karena itu perlu adanya penelitian dan investigasi lebih lanjut.

Namun lembaga pengawas obat-obatan Eropa (EMA) menegaskan bahwa sejauh ini belum ada bukti kaitan antara pemberian vaksin AstraZeneca dengan kasus penggumpalan darah atau dikenal Trombosis. EMA menjelaskan bahwa efek samping dari Astrazeneca yang dipermasalahkan tersebut disebabkan karena kondisi imunitas yang rendah. Berbasis pernyataan EMA ini, Jerman dan beberapa negara Eropa akan tetap melanjutkan vaksinasi.

Adapun indikasi penggumpalan darah akibat efek samping vaksin Astrazeneca bisa dijelaskan dalam beberapa hal. Salah satunya, kasus orang yang mengalami cerebral venous sinus thrombosis (CVST) juga diketahui mempengaruhi terjadinya penggumpalan darah. penggumpalan darah menyumbat vena pada otak, yang fungsinya menyalurkan darah yang kandungan oksigennya rendah ke jantung. 

Jika aliran darah tidak lancar, tekanan pada otak akan meningkat dan di kawasan itu bisa terjadi pendarahan. Sehingga hal ini membuktikan bahwa penyebab penggumpalan darah pada pasien yang telah di vaksin Astrazeneca tidak sepenuhnya benar dan masih memerlukan investigasi lebih lanjut.

Dampak lainnya adanya penurunan minat terhadap vaksin AstraZeneca dapat meningkatkan tekanan pada UE untuk membatasi lebih banyak ekspor pada vaksin lainnya seperti Pfizer, J&J, Novavax, dan lainnya yang akan diproduksi dalam jumlah besar di negara-negara UE. Dengan kata lain, nasionalisme vaksin di luar Eropa berdampak serius pada gambaran vaksinasi global.

Uni Eropa masih tertinggal dari AS dan Inggris dalam memvaksinasi penduduknya. Sebagian karena kelambanannya dalam memesan dan menyetujui vaksin, tetapi sampai batas tertentu juga karena potensi ketergantungan yang berlebihan pada vaksin AstraZeneca.

Tetapi pertanyaan tentang siapa yang harus mendapatkan vaksin, Inggris atau UE, sebenarnya merupakan kontroversi yang harus dihindari. Nasionalisme vaksin yang ditakuti akan terjadi jelas terlihat di sini, dan jika dibiarkan akan menimbulkan permasalahan baru yang akan menghambat koordinasi respon terhadap pandemi yang ditakutkan akan dapat mengakibatkan kegagalan dalam mendistribusikannya vaksin secara menyeluruh.

Referensi :

Aditya Goenkya. 2021 .What is behind the EU's dispute with AstraZeneca over COVID-19 vaccines?. Melalui theconversation.com, https://theconversation.com/what-is-behind-the-eus-dispute-with-astrazeneca-over-covid-19-vaccines-154161 Diakses, 3 April 2021

Alex Berry, Katja Sterzik. 2021 .Vaksin AstraZeneca: Apa Masalah Sebetulnya Dengan Trombosis?. Melalui dw.com, https://www.dw.com/id/vaksinasi-astrazeneca-penyebab-trombosis/a-56930819 Diakses, 3 April 2021

BBC. 2021 . Covid: Vaksin AstraZeneca tak digunakan untuk usia di bawah 30 tahun di Inggris karena 'risiko sangat jarang' penggumpalan darah. Melalui bbc.com, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-56342563 Diakses, 3 April 2021

BMJ. 2021. Covid-19: WHO warns against "vaccine nationalism" or face further virus mutations. Melalui bmj.com, https://www.bmj.com/content/372/bmj.n292 Diakses, 3 April 2021

EMA. 2021. COVID-19 Vaccine AstraZeneca. Melalui ema.europa.eu, https://www.ema.europa.eu/en/documents/product-information/covid-19-vaccine-astrazeneca-product-information-approved-chmp-29-january-2021-pending-endorsement_en.pdf Diakses, 3 April 2021

Time. 2021.Why Europe's AstraZeneca Vaccine Woes Are a Problem for the World. Melalui Time.com, https://time.com/5948266/europes-astrazeneca-vaccine-woes/ Diakses, 3 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun