Mohon tunggu...
Fanda Puspitasari
Fanda Puspitasari Mohon Tunggu... Lainnya - Pejuang Pemikir - Pemikir Pejuang

Karakter terbaik lahir dari tantangan dan pergolakan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marsinah, Wajah dari Kekuatan Buruh Indonesia

1 Mei 2022   15:25 Diperbarui: 1 Mei 2022   15:27 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Fanda Puspitasari

(Wakil Ketua Bidang Pergerakan Sarinah DPP GMNI dan Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Politik UI)

 

            1 Mei, seluruh dunia memperingatinya sebagai Hari Buruh Internasional atau dikenal dengan May Day. Pada 20 April 1948, Pemerintah menetapkan UU No 12 tahun 1948 tentang UU Kerja, yang salah satu isinya menetapkan bahwa setiap 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban bekerja. Untuk itu, bagi kalangan buruh, May Day merupakan moment agung untuk menuangkan aspirasi mereka dalam berbagai aksi. Aksi dengan kobaran semangat perjuangan untuk "memerdekakan" diri. Oleh karenanya, setiap tahunnya para buruh tidak pernah absen untuk menyuarakan keadilan sosial bagi kaum pekerja.

            Sejarah peringatan 1 Mei sebagai Hari Buruh telah terjabarkan secara komprehensif dalam sebuah buku yang ditulis oleh Alexander Trachtenberg dengan judul "History of May Day" yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1932. Secara garis besar, peringatan Hari Buruh se-Dunia erat kaitannya dengan sejarah awal mula perjuangan kaum buruh untuk mengurangi jam kerja yang didapatkannya. 

           Sejak diterapkannya sistem industrialisasi, masalah pengurangan jam kerja ini menjadi salah satu isu pokok yang selalu dimasukkan dalam agenda perjuangan politik kaum buruh dan kelas pekerja pada saat itu. Serikat Kerja Mekanik dari Philadelphia (Mechanic's Union of Philadelphia) sebagai serikat pekerja/buruh pertama di dunia, pada tahun 1827 mengawali aksi pemogokan dengan tuntutan pengurangan jam kerja. Mereka menuntut pembatasan jam kerja menjadi hanya 10 jam kerja per hari di berbagai pusat perindustrian.

            Pada perkembangan selanjutnya, pergerakan ini merambah pada beberapa sektor industri, yang kemudian memunculkan tuntutan untuk mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari. Demam pengorganisasian buruh pada serikat pekerja mulai merebak pada kisaran tahun 1850. Puncaknya, pada tanggal 1 Mei tahun 1886, sejumlah Serikat Pekerja di Amerika Serikat melakukan aksi demonstrasi dan pemogokan besar-besaran untuk menuntut pemberlakuan 8 jam kerja per hari serta kenaikan upah yang layak. 

           Aksi pemogokan kerja buruh yang paling agresif terjadi di alun-alun Haymarket kota Chicago. Terjadi penyerangan yang sangat masif dilakukan oleh aparat keamanan kepada para demonstran buruh pada saat itu. Penyerangan tersebut menimbulkan cukup banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak.

            Berangkat dari perjalanan panjang sejarah perjuangan buruh dan adanya momentum aksi pemogokan di Amerika Serikat dan insden Haymarket, Konferensi Internasional Sosialis pada tahun 1889 kemudian menetapkan tanggal 1 Mei, yang merupakan awal mula aksi demonstrasi buruh pada 1886 di Amerika Serikat, sebagai peringatan Hari Buruh Internasional/May Day. Peringatan hari besar kaum buruh tersebut senantiasa bergulir hingga sampai saat ini. 1 Mei adalah hari milik pekerja, momen krusial dalam perjalanan panjang perjuangan kaum buruh sejak 194 tahun silam. 

            Sejarah perjuangan kaum buruh di Indonesia telah mencatat salah satu nama yang begitu besar, besar jasa dan perjuangannya. Dia yang kita kenal dengan Marsinah, seorang buruh dan aktivis perempuan dalam organisasi buruh SPSI yang selalu memperjuangkan kemanusiaan dengan tuntutan-tuntutan keadilannya. Marsinah merupakan perempuan pemberani yang menjadi simbol perjuangan dan  perlawanan bagi para kelas pekerja di bangsa ini. 

           Keterlibatan Marsinah dalam aksi buruh muncul seiring dengan kesadarannya akan hak-hak buruh. Untuk itu dia selalu aktif mengorganisir dan ikut dalam aksi-aksi unjuk rasa kaum buruh. Tidak hanya itu, Marsinah adalah pelopor aksi buruh di lingkungan perusahaan tempat ia bekerja. Namun perjuangan gigihnya tersebut yang akhirnya menjadi sebab atas kematiannya yang begitu tragis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun