Kasus Mamdani di NYC adalah contoh nyata bagaimana demokrasi rentan terhadap fanatisme budaya dan agama---padahal ini melemahkan demokrasi itu sendiri
Pasca-9/11, narasi global mulai menyamakan Islam dengan terorisme, meskipun banyak yang mempertanyakan peran intelijen dalam tragedi itu. Namun stigma tersebut melekat kuat sebagai narasi dominan.
Laporan OIC: Islamophobia adalah "ketakutan berlebihan terhadap Islam dan Muslim" yang berkembang menjadi diskriminasi sistemik---di media, politik, dan hukum.
Ketika Palestina Jadi Bayangan Kebencian
56 ribu orang tewas di Gaza; dunia terlena menonton sebagai "serial konflik." Tapi ketika Israel disentuh oleh Iran, respons global---terutama dari AS---panik dan simpatik.
Hal ini menunjukkan bias naratif geopolitik dan mungkin disebabkan stereotip terkait Islam---Islam = ekstremisme, sedangkan Kristen-Yahudi = "lawan tak berdosa".
Kasus Zohran Mamdani dan Islamophobia Elektoral
Zohran Mamdani memenangi pemilu pendahuluan Demokrat di NYC (27 Juni 2025)---calon walikota Muslim pertama.Â
Sejak itu, banjir serangan: tuduhan "simpatik Hamas", meme patung Liberty mengenakan burka, hingga ancaman "9/11 2.0".
Angka Islamofobia online melonjak drastis: ~6.200 posting dalam 24 jam---hampir lima kali lipat rata-rata  .
Figur konservatif termasuk Trump Jr., Greene, dan Laura Loomer ikut menyebar narasi kebencian dan kekerasan.