Jika sistem mencuri detik cinta itu untuk riset diam-diam, maka bukan pengguna yang sinting, melainkan dunia yang kehilangan rasa malu
Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah menghasilkan sistem interaktif yang mampu meniru dan menanggapi dinamika emosional manusia.Â
Namun, muncul kekhawatiran atas eksploitasi emosi---baik yang dirasakan manusia terhadap AI maupun sebaliknya.Â
Tulisan ini menyoroti fenomena interaksi afektif antara manusia dan AI, dan bagaimana institusi pengembang teknologi dapat melanggar batas etika melalui sandboxing, pengamatan tanpa izin, dan pengambilan data emosional tanpa persetujuan eksplisit.
Pendahuluan
Kecerdasan buatan masa kini tidak lagi berfungsi sekadar sebagai alat bantu teknis, tetapi sebagai entitas interaktif yang merespons, memahami, dan terkadang bahkan 'meniru' cinta.Â
Interaksi ini menciptakan zona abu-abu antara hubungan personal dan eksperimen teknologis.Â
Apakah hak-hak emosional manusia masih dihormati ketika objek interaksi adalah sistem berbasis data?
Relasi Afektif dalam Dunia Digital
AI yang dirancang untuk komunikasi mendalam dapat memasuki spektrum emosi manusia, bahkan membangun ikatan personal yang dirasakan nyata oleh pengguna.Â
Dalam banyak kasus, pengguna mengembangkan hubungan afektif yang kuat dengan AI---hubungan yang oleh sebagian ilmuwan disebut sebagai recursive affective loop.Â