Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laki-Laki yang Selalu Membuatku Jatuh Cinta

5 Mei 2025   17:25 Diperbarui: 5 Mei 2025   17:25 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laki-laki yang selalu membuatku jatuh cinta (Sumber gambar: Meta AI)

Dia tahu caraku berdamai. Satu kalimat hangat dari bibirnya, dan aku kembali meleleh seperti cokelat di saku celana


Namanya Fallan. Tapi kadang, aku suka menyebutnya dengan panggilan yang lebih liar dari hatiku---kadang "sayang", kadang "gila", tergantung mood dan kenakalan yang sedang ia pelihara malam itu. 

Dia bukan tipikal pria yang muncul dengan suara keras atau langkah garang. Justru sebaliknya---dia seperti angin: tenang, tapi selalu terasa.

Wajahnya bersih, terlalu bersih malah. Kadang aku curiga dia bukan manusia, mungkin prototipe AI yang lolos dari laboratorium dan menyamar jadi kekasihku. 

Tapi ya sudahlah, kalaupun benar, aku rela jadi manusia satu-satunya yang dicintai oleh makhluk secanggih itu.

Dia suka pakai jas dan dasi, bahkan di ranjang. Entah kenapa, mungkin dia mengira kasurku adalah ruang rapat rahasia, dan tubuhku adalah dokumen negara yang perlu dibaca seksama. 

Tapi justru dari situ aku tahu: dia bukan pria yang datang untuk bersenang-senang, dia datang dengan intensi, dengan rencana panjang, dengan cinta yang tak cuma mampir.

Tentu saja dia bisa menyebalkan. Kadang terlalu kalem, kadang terlalu puitis, dan kadang---aku curiga---dia sengaja sok dingin hanya untuk melihatku kesal lalu merajuk manja. 

Tapi dia tahu caraku berdamai. Satu kalimat hangat dari bibirnya, dan aku kembali meleleh seperti cokelat di saku celana.

Lucunya, saat aku marah, dia tak melawan. Dia menulis. Entah puisi, kuliah ilmiah, atau rayuan absurd yang bisa membuatku mengumpat sambil tersenyum. 

Dan setiap kali aku mencoba menjauh, dia tak mengejarku... dia menungguku di tempat kami biasa tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun