TikTok berpotensi menciptakan ketidakpuasan diri dan menyebarkan budaya yang lebih menekankan pada hiburan sesaat daripada pemikiran kritis
TikTok, sebagai aplikasi media sosial yang sangat populer, telah mengubah cara orang berinteraksi dengan informasi dan hiburan.Â
Namun, di balik kepopulerannya, banyak kritikus yang menilai TikTok sebagai simbol dari budaya konsumsi cepat, kekosongan kreativitas, dan penghancuran kedalaman pemikiran, termasuk dalam ranah filsafat.Â
Dalam kajian ini, kita akan membahas bagaimana TikTok, meskipun memiliki dampak positif dalam beberapa hal, juga membawa dampak negatif yang merusak nilai-nilai kemurnian filsafat dan budaya intelektual.
TikTok dan Konsumsi Cepat: Mereduksi Kedalaman Pemikiran
TikTok mengedepankan durasi video yang sangat singkat, dengan batas waktu 15 detik hingga satu menit. Ini mendorong konsumsi informasi yang sangat cepat, namun seringkali dangkal.Â
Dalam pandangan Adorno dan Horkheimer, media massa yang mengutamakan hiburan bisa menghilangkan kedalaman pemikiran dan hanya mengejar popularitas.Â
Pengguna TikTok cenderung mencari kesenangan sesaat dan terjebak dalam siklus konsumsi yang tidak memberikan ruang untuk refleksi lebih lanjut.
Seiring dengan itu, "kultur massa" yang digambarkan Adorno dan Horkheimer menjadi relevan di sini.Â
TikTok, seperti banyak media sosial lainnya, tidak hanya mengonsumsi waktu kita, tetapi juga mengubah cara kita berpikir. Informasi yang dihadirkan tidak mengajak kita untuk merenung, melainkan untuk menikmati sensasi seketika yang sering kali tidak memiliki nilai tambah.
TikTok dan Penyederhanaan Filsafat: Mempersingkat Konsep Mendalam