Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Mengapa Rasa Benci Bisa Timbul dalam Hubungan Percintaan?

26 Oktober 2021   19:55 Diperbarui: 27 Oktober 2021   22:25 2065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bertengkar dengan pasangan | Sumber: CandyRetriever via Parapuan.co

Aku tak tahu apa yang terjadi

Antara aku dan kau

Yang kutahu pasti

Kubenci tuk mencintaimu

Pernah mendengar syair lagu yang satu ini? Tanpa harus disebutkan pencipta dan penyanyinya, Anda pasti sangat memahami kandungan arti di dalamnya, seseorang yang memiliki kekasih namun terjebak dalam rasa benci terhadap kekasihnya.

Pasangan saat jatuh cinta memang segalanya berbunga-bunga dan membuahkan kebahagiaan, namun seiring waktu berjalan, segalanya akan mulai terkuak serta berubah. 

Bagi yang memang tulus mencintai, segalanya akan berjalan mulus karena bersedia menerima apa adanya. Namun jika berjalan sebaliknya, maka akan terkuak sifat asli yang sesungguhnya.

Lalu mengapa perasaan benci bisa timbul dalam hubungan percintaan? Bukankah sangat disayangkan, sebab pada awalnya sebelum memliki kekasih ingin memiliki, namun setelah memiliki kenapa justru rasa cinta hilang dan berganti benci?

Penyebab benci untuk mencintai

Biasanya timbulnya rasa benci terhadap pasangan diakibatkan oleh:

Kebohongan

Setiap pasangan kekasih menginginkan kejujuran satu sama lain, namun tak semua melakukannya. Mungkin pada awalnya pasangan terlihat jujur, namun seiring waktu biasanya kejujuran itu terkikis sedikit demi sedikit karena beberapa alasan. 

Beberapa alasan yang dibuat pasangan demi menutupi kebohongannya, umumnya karena tidak ingin melukai pasangan dan agar hubungan tetap terjalin utuh.

Mungkin pada awalnya tujuan bohong adalah agar tidak melukai pasangan, padahal justru malah akan membuat hubungan menjadi sangat runyam, sebab saat ketahuan membohongi, pasangan bisa meradang, sakit hati, ataupun sulit melupakan. Akibatnya dia akan selalu mengungkitnya di setiap waktu dan kesempatan. 

Hal ini menunjukkan bahwa kebohongan tak bisa disembunyikan selamanya, justru niatan menjaga keutuhan bisa berubah menjadi bumerang yang berbahaya.

Bohong dalam hal-hal kecil pada awalnya mungkin tak kan terkuak, namun kebiasaan mengulang akan berujung pada kebohongan besar.

Kebohongan-kebohongan yang sering dilakukan sepasang kekasih, biasanya terjadi dalam hal keuangan, atau adanya pria dan wanita idaman lain. Kebohongan yang berujung melukai hati inilah yang menjadi pemicu kebencian pada pasangan.

Perlakuan kasar

Seiring perjalanan waktu hubungan mesra sepasang kasih biasanya akan menemui bingkai-bingkai celah kebosanan. 

Bila rasa bosan itu telah berada pada titik puncaknya, maka hal tersebut akan memicu perasaan tertekan dan stres yang berujung pada sikap kasar.

Sikap kasar bukan hanya didominasi oleh pasangan pria, bahkan pasangan wanita pun bisa melakukan hal serupa.

Illustrasi pasangan saling membenci | Sumber: lovedevani.com
Illustrasi pasangan saling membenci | Sumber: lovedevani.com

Sikap kasar bukan hanya berupa serangan fisik seperti memukul, menampar, menendang, ataupun melukai. Bisa juga berupa kekerasan verbal, seperti penghinaan fisik, materi, pekerjaan, bahkan bisa mengarah ke penghinaan keluarga pasangan. Hal inilah yang lama kelamaan memicu kebencian terhadap pasangan.

Egois dan tidak berempati

Kurangnya rasa empati dari pasangan dapat menimbulkan kesalahpahaman yang menimbulkan perasaan kebencian. Lebih-lebih bila rasa egoisnya tingkat tinggi. 

Pasangan yang kurang empati terbaca saat melihat pasangannya sedih, menangis, lelah, namun tidak menunjukkan rasa ikut merasakan. Hal ini dapat memicu kebencian terhadap pasangan.

Akan terasa menyulitkan bila pasangan sudah saling membenci. Benci untuk mencintai merupakan yang kebencian berlipat-lipat alias tingkat tinggi. 

Seandainya pun berusaha diperbaiki, akan memerlukan waktu yang lumayan lama, tidak singkat, tidak mudah, semacam rehabilitasi, memerlukan jeda untuk mengobati luka, bahkan saat sembuhpun tetap meninggalkan bekas luka.

Ogah mencintai tapi juga ogah putus

Bagi Anda yang sudah siap jatuh cinta, tidak ada larangan untuk mabuk kepayang, namun tetap waspadalah. Sebab di balik keindahan cinta pasti tersembunyi kerikil dan duri-duri tajam yang siap menguji keindahan cinta Anda berdua. Siapkah Anda menghadapinya? Kesiapan mental diperlukan agar tidak terjadi rasa benci untuk mencintai.

Bukan rahasia umum apabila kita tidak menyukai sesuatu, maka kita akan cenderung menghindar dan menjauhinya, namun akan sangat runyam bila ternyata kita tak mampu menghindari tapi justru terjebak dalam kisarannya. 

Seperti pasangan yang telah menggoreskan luka, di satu sisi ingin memutuskan tapi takut hidup menjomblo, bila tidak diputuskan malah makan hati. 

Seperti peribahasa "makan buah simalakama", jadinya serba salah, serba bingung, akhirnya melahirkan sikap ogah mencintai tapi juga ogah putus, benci untuk mencintaimu.

Agar tidak benci untuk mencintai, satu-satunya cara paling efektif adalah memaafkan. Meskipun hal itu tidak mudah, namun jika memang Anda tidak ingin berpisah dengannya, tak ada cara lain selain belajar memafkannya, kemudian menutup rapat-rapat cerita masa lalu, dan memulainya kembali. 

Pastinya dengan sebuah konsekuensi siap menghadapi resiko, apabila terjadi lagi, maka Anda mengulang memaafkan, untuk selanjutnya mengobati luka kembali, demikian seterusnya.

Bila tak ada cara lain yang lebih efekif dan Anda juga tidak mau terus menerus makan hati menjalin hubungan dengannya, maka tak ada cara lain selain memutuskannya, lalu menerima dengan ikhlas status kesendirian Anda kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun