Mohon tunggu...
Fakhruzzaky Rahman
Fakhruzzaky Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - metropolice preset

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Toleransi dan Penjajahan: Ditinjau dari Perspektif Kenusantaraan

29 Juni 2022   13:10 Diperbarui: 29 Juni 2022   13:21 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberagaman sudah menjadi hal yang lumrah untuk kita temui di kehidupan ini, jika kita perhatikan dengan kalkulasi spesifik terhadap suatu hal yang ada di dunia ini pastinya tidak akan ada yang sama persis, seperti contohnya manusia yang memiliki persamaan jenis yakni makhluk hidup, tetapi antara manusia satu dengan manusia lainnya pastinya memiliki identitas yang berbeda, bentuk tubuh yang berbeda, sifat yang berbeda dan banyak perbedaan perbedaan lainnya, hal tersebut menjadi contoh kecil yang mengindikasikan bahwasannya manusia sudah semestinya hidup berdampingan dengan perbedaan dan keberagaman, maka yang harus dilakukan dengan adanya hal tersebut adalah bagaimana kita dapat legowo menerima dengan lapang dada segala aspek perbedaan yang ada di sekitar kita. 

Sama halnya dengan yang ada pada setiap negara yang mana di dalamnya terdapat manusia dengan perspektif dan paradigma berbeda terkait suatu hal, tentu saja manusia yang hidup di negara yang didalamnya terdapat berjuta keberagaman dan perbedaan harus  memiliki rasa toleransi yang lebih tinggi, karena akan sering menjumpai perbedaan bahkan yang bersifat kontroversial sekalipun. 

Manusia yang hidup di negara tersebut harus bijak dalam mengomentari dan mengambil keputusan terhadap suatu hal yang berbeda menurut pandangannya masing masing. 

Dapat kita lihat dari negara Indonesia yang notabene mayoritas penduduknya beragama muslim, namun juga terdapat 5 agama lain yang diakui oleh negara tersebut. Umat muslim yang tinggal di negara tersebut tidak boleh otoriter dan menitik beratkan suatu hukum berdasarkan hukum yang menjadi dogma mereka. 

Mereka harus beberapa kali putar kepala untuk membuat suatu hukum yang seimbang dan berdasarkan kemaslahatan 5 agama lainnya, mengingat Indonesia adalah negara hukum yang berdemokrasi.

Orang Indonesia kental sekali dengan istilah "toleransi keagamaan" yang mengharuskan setiap warga negaranya untuk menghargai perspektif dan ajaran tiap agama selama tidak ada unsur radikalisme dan penyimpangan. 

Sikap toleran memang benar benar harus dijunjung tinggi di negara dengan ragam agama dan budaya demi menegakkan keadilan, sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa terpojoki dan terintimidasi oleh kebijakan yang ada, dengan demikian masyarakat yang tinggal di negara tersebut akan dengan nyaman dan tentram menjalankan aktifitas kesehariannya. Namun bagaimana halnya jika toleransi ini disalahgunakan, bahkan ada saja oknum yang sengaja ingin menumbangkan salah satu pihak dengan berkedok toleransi. 

Tolak ukur toleransi memang masih menjadi hal rancu karena kerelatifitasannya. Tiap agama akan memandang berbeda terhadap kata toleransi ini, hal tersebut wajar adanya karena kepercayaan yang berbeda di setiap agama yang dianut. Adanya perbedaan pandangan tersebut dapat terselesaikan dengan diadakannya musyawarah untuk mencapai mufakat. 

Namun ada saja pihak yang seolah paling mengerti tentang kata toleransi ini yang justru terlihat seperti pengadu domba antar masyarakat beragama yang berimbas kepada perpecahan. Hal tersebut kerap terjadi terutama di Indonesia ini, karena topik yang selalu dijadikan acuan untuk mengadu domba tidak jauh dari pembelaan kemurnian Nusantara. 

Mencari celah di tengah dakwahnya ulama, menyalahkan isi dakwah para ulama sampai menandakan beberapa ulama hingga disebut telah memprovokasi dan bertindak radikal. Terlepas dari itu semua, cara menyampaikan dakwah para ulama berbeda beda, ada yang dengan mengajak secara halus dan ada juga yang menyampaikan dakwahnya dengan tegas. 

Ulama yang tegas dan keras dalam berdakwah kerap kali ditandai oleh para pengadu domba karena cara berdakwahnya yang bertendensi terhadap hal sensitif dan kontroversi jika didengar oleh telinga agama lain, padahal ulama tersebut menyampaikan dakwahnya di dalam satu forum khusus dan bukan di antero publik, namun ada saja pihak yang tidak bertanggung jawab dan dengan sengaja merekam serta mempublikasi hal yang tidak seharusnya dipertontonkan di khalayak masyarakat umum.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun