Kegelisahan Para Filosof
Membuat orang gelisah, itulah tugas saya (Nietzsche, Filosof Jerman).
Pernah lihat iklan sebuah rokok putih yang berlogo huruf 'A' di tayangkan di televisi dan spanduk di pinggir jalan dengan kata-kata "Berisik gue berisi."
Iklan yang lain dari rokok itu juga ada kata-kata "Kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah" dan "Tanya kenapa?"
Beberapa iklan rokok putih berlogo "A" itu mendapat tempat di hati masyarakat karena menunjukkan kenyataan yang digelisahi sedang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Dapatlah dianggap bahwa iklan-iklan itu merupakan wakil dari kegelisahan dan pemberontakan terhadap kondisi yang telah mapan, dianggap biasa dan diterima begitu saja.
Sebab secara sadar atau tidak disadari beberapa pembenaran kesalahan sedang terjadi di sebagian aspek kehidupan.
Kondisi-kondisi itu perlu dikritisi, kan? Supaya kemapanan, hal yang dianggap biasa dan diterima begitu saja bukanlah yang benar dan perlu diluruskan. Kesadaran akan kebenaran yang terus-menerus perlu dihidupkan.
Kegelisahan, kekritisan dan pemberontakan merupakan bahan bakar para filosof terhadap kekusutan cara berpikir, kesalahan bertindak, konsep yang rancu, ketimpangan realitas dan kesewenangan otoritas mengatas namakan apapun.
Filosof merupakan orang yang melakukan kegiatan berpikir dengan perenungan akal (rasional), mendalam (radikal), kritis (memberikan penilaian terhadap sesuatu) dan melihat dari berbagai aspek (komprehensif) tentang suatu konsep dan peristiwa yang terjadi.
Contoh, tentang konsep "keadilan" yang dimunculkan oleh para filosof merupakan hasil dari berpikir dengan perenungan rasional, radikal kritis, komprehensif terhadap fenomena keadilan. Â
Konsep keadilan versi Plato yaitu penekanan kepada harmoni atau keselarasan dengan memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.