Mohon tunggu...
Fajrul Affi Zaidan Al Kannur
Fajrul Affi Zaidan Al Kannur Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Lidah akan terus berkata jujur, selagi hatinya ikhlas dan luhur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemuda dalam Lingkaran Radikalisme

28 Juni 2018   00:57 Diperbarui: 28 Juni 2018   01:18 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fakta tersebut sungguh miris dan amat mengerikan jika terus-menerus dibiarkan. Untuk itu perlu adanya proses deradikalisasi secara kongkret dan efektif untuk menumpas gerakan ini.

Proses radikalisasi di kalangan mahasiswa atau anak muda cenderung berlangsung tertutup dan didasarkan pemahaman merasa benar sendiri sehingga mudah menyalahkan orang lain yang dianggap tidak seirama (takfir). Hal ini yang mendoropara kaula muda  tersebut mendikotomikan golongan yang berbeda dengannya. 

Proses yang monolitik ini bisa menjadi potensi radikalisasi bahkan berujung aksi terorisme. Di sisi lain, proses Islamisasi bisa mendorongkaula muda untuk lebih mendalami nilai-nilai Islam yang toleran, santun dan damai sehingga melahirkan sikap dan perilaku patuh, disiplin, dan jujur. Impliaksi selanjutnya akan memunculkan tradisi atau mentalitas senang  bekerja keras, toleransi antar sesama, ataupun anti-korupsi.

Sampai disini  dapat diambil kesimpulan bahwa orang radikal bukanlah orang yang tidak paham agama, namun orang yang salah dalam memahami agama. 

Hal utama dalam proses radikalisme adalah persoalan beda tafsir baik secara tekstual maupun kontekstual. Model pemahaman tekstual, membuat orang terpasung oleh teks, sementara pendekatan pemahaman romantik dalam memandang sejarah masa lalu juga bisa membuat orang menjadi kehilangan daya kritis.

Dua model pendekatan dalam memahami ajaran agama ini sangat mungkin membuat seseorang mengalami konflik nilai. Maka dari itu, perlu berbagai pendekatan dalam memahami ayat-ayat Al Quran jangan hanya memkai satu pendekatan saja. 

Karena ketika salah dalam menfasirkan ayat-ayat dalam Al-Quran, maka seseorang bisa mengkafirkan orang lain padahal sesama muslim, bahkan sampai membunuh orang lain .

Penyebaran radikal banyak dilakukan di tempat-tempat umum seperti, tempat ibadah, sekolah, atau kampus yang terselubung dalam kegiatan pengajian umum namun didalamnya berisi ujaran-ujaran kebencian terhadap kelompok yang dianggap musuh. 

Hal inilah yang menyebabkan proses deradikalisasi sulit dilakukan karena kelompok atau golongan yang menyebarkan paham radikal seperti diberi dukungan dan fasilitas berdakwah untuk melancarkan tujuan sesatnya.      

Peneliti LIPI lain, Endang Turmudi mengatakan menyebar luasnya ideologi radikal di kalangan anak muda harus diwaspadai dan dapat lebih berbahaya dibandingkan terorisme. 

Kalau teroris hanya bagian kecil saja dari suatu kelompok radikal, dan hanya sebagian kecil dari bahaya yang mengancam negara dan masyarakat Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun