Fakta tersebut sungguh miris dan amat mengerikan jika terus-menerus dibiarkan. Untuk itu perlu adanya proses deradikalisasi secara kongkret dan efektif untuk menumpas gerakan ini.
Proses radikalisasi di kalangan mahasiswa atau anak muda cenderung berlangsung tertutup dan didasarkan pemahaman merasa benar sendiri sehingga mudah menyalahkan orang lain yang dianggap tidak seirama (takfir). Hal ini yang mendoropara kaula muda  tersebut mendikotomikan golongan yang berbeda dengannya.Â
Proses yang monolitik ini bisa menjadi potensi radikalisasi bahkan berujung aksi terorisme. Di sisi lain, proses Islamisasi bisa mendorongkaula muda untuk lebih mendalami nilai-nilai Islam yang toleran, santun dan damai sehingga melahirkan sikap dan perilaku patuh, disiplin, dan jujur. Impliaksi selanjutnya akan memunculkan tradisi atau mentalitas senang  bekerja keras, toleransi antar sesama, ataupun anti-korupsi.
Sampai disini  dapat diambil kesimpulan bahwa orang radikal bukanlah orang yang tidak paham agama, namun orang yang salah dalam memahami agama.Â
Hal utama dalam proses radikalisme adalah persoalan beda tafsir baik secara tekstual maupun kontekstual. Model pemahaman tekstual, membuat orang terpasung oleh teks, sementara pendekatan pemahaman romantik dalam memandang sejarah masa lalu juga bisa membuat orang menjadi kehilangan daya kritis.
Dua model pendekatan dalam memahami ajaran agama ini sangat mungkin membuat seseorang mengalami konflik nilai. Maka dari itu, perlu berbagai pendekatan dalam memahami ayat-ayat Al Quran jangan hanya memkai satu pendekatan saja.Â
Karena ketika salah dalam menfasirkan ayat-ayat dalam Al-Quran, maka seseorang bisa mengkafirkan orang lain padahal sesama muslim, bahkan sampai membunuh orang lain .
Penyebaran radikal banyak dilakukan di tempat-tempat umum seperti, tempat ibadah, sekolah, atau kampus yang terselubung dalam kegiatan pengajian umum namun didalamnya berisi ujaran-ujaran kebencian terhadap kelompok yang dianggap musuh.Â
Hal inilah yang menyebabkan proses deradikalisasi sulit dilakukan karena kelompok atau golongan yang menyebarkan paham radikal seperti diberi dukungan dan fasilitas berdakwah untuk melancarkan tujuan sesatnya. Â Â Â
Peneliti LIPI lain, Endang Turmudi mengatakan menyebar luasnya ideologi radikal di kalangan anak muda harus diwaspadai dan dapat lebih berbahaya dibandingkan terorisme.Â
Kalau teroris hanya bagian kecil saja dari suatu kelompok radikal, dan hanya sebagian kecil dari bahaya yang mengancam negara dan masyarakat Indonesia.Â