Mohon tunggu...
Fajar Yudo
Fajar Yudo Mohon Tunggu... -

seorang pengangguran yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kebyar-kebyar, Selalu Menginspirasi Hati Kami untuk Bersatu

22 Agustus 2010   03:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:49 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada dekade tahun 80-an, dimana pada waktu itu Indonesia di dominasi lagu-lagu bertemakan cinta dan  terlalu melankolis bahkan sampai-sampai dapat predikat “Cengeng” dari Menteri Penerangan (Harmoko) waktu itu, tidak disangka jika akhirnya bangsa ini beberapa tahun kedepan (baca = saat ini) benar-benar menjadi bangsa yang cengeng (lemah).

Menurut pandangan kami, saat ini para generasi muda lebih mengidolakan penyanyi (band) yang membawakan tema “Nafas Cinta” yang disesuaikan dengan selera pasar, dari industri rekaman di negara ini.

Bahkan lagu-lagu balada, kritik sosial, dan yang bertemakan perjuangan sangat jarang diciptakan oleh sebagian musisi kita.

Sepanjang tahun 2000-an kita hanya menemukan satu lagu milik band Cokelat yang berjudul “Bendera” ciptaan Eros (SO7), yang masih dapat dikategorikan sebuah lagu tentang kebangsaan.

Ditahun 80-an, disaat kebebasan berbicara dan mengemukan pendapat dibatasi oleh rezim orde baru, bagi kami, arek-arek Suroboyo, sebenarnya kami mempunyai seorang idola penyanyi legendaris yang bernama , Soedjarwoto Soemarsono atau yang akrab kita kenal dengan nama populer “GOMBLOH”.

Berbagai lagu telah ia ciptakan dari lagu bernuasa alam (Berita Cuaca), lagu-lagu yang berkisah tentang kehidupan rakyat kecil seperti, Do’a sang pelacur, Kilang kilang, Nyanyian Anak Seorang Pencuri, Selamat Pagi Kotaku, dan Poligami Poligami (yang beberapa tahun kemudian kasus poligami ini sempat menghebohkan tanah air kita).

Disamping meciptakan lagu bertemakan alam dan kehidupan rakyat kecil, arek lulusan SMA Negeri 5 Surabaya dan sempat kuliah jurusan Arsitektur di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya), juga sering menciptakan lagu-lagu bertemakan Nasionalisme seperti Dewa Ruci, Gugur Bunga, Pesan Buat Negeriku, Merah Putih, dan BK yang ia tujukan kepada mantan Presiden kita Bung Karno.

Karena lagu-lagunya yang sangat mengkritisi pemerintahan (orde baru) saat itu, tak jarang saat Gombloh pentas banyak sekali, para intel yang berkeliaran sekedar untuk memantau jalannya aksi pentas sang “Legendaris” ini.

tetapi sangat disayangkan, pada 9 Januari 1988, sang “Legendaris” kebanggan arek-arek Suroboyo ini menghembuskan nafas terakhirnya, karena sakit paru-paru.

Pada tahun 1996, sejumlah seniman Surabaya membentuk Solidaritas Seniman Surabaya yang bertujuan untuk memeberikan penghargaan kepada sang “Legendaris”, karena para seniman menganggap Gombloh adalah pahlawan seniman di kota Surabaya. untuk mengenang jasanya, mereka sepakat untuk membuat patung Gombloh dari perunggu seberat 200 kg, yang ditempatkan di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya.

Pada tanggal 30 Maret 2005 diacara puncak Hari Musik Indonesia III di Jakarta, Gombloh mendapatkan penghargaan Nugraha Bhakti Musik Indonesia secara Anumerta (sumber dari wikepedia).

Dari luar negeri, lagu-lagu karya Gombloh sempat diangkat dalam penelitian dari Universitas Cornell dan ditulis sebagai karya ilmiah yang berjudul “social Cristicsm Song of 1980’s Indonesian Pop Country Singer” yang dibawakan dalam seminar musik The Society Of Ethnomusicology, di Toronto Kanada, pada tahun 2000. (sumber dari wikepedia).

Sang Legendaris itu telah pergi meninggal kita untuk selamanya, tapi rasa Nasionalisme, kesetiakawanan, dan semangat persatuan untuk perjuangan bangsa ini, tidak akan pernah kami lupakan.

Ya, sang Legendaris itu telah menciptakan sebuah lagu Kebyar-kebyar, yang selalu menginspirasi hati kami, untuk mencintai bangsa ini, tetap bersatu dalam satu kesatuan negara yaitu Republik Indonesia yang kami cinta ini.

Kami selalu merindukan kamu pahlawan, kami selalu mengingat jasa-jasamu.

Kami selalu mencintaimu, Gombloh. Doa’a kami selalu panjatkan untukmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun