Tak ada banyak kata yang dapat di rangkai dan di ucapkan, pada hati dan rasa yang terdalam ada keenggananan Ramadan yang tidanggal beberapa hari lagi pergi, tapi apa daya hanya mampu memanfaatkan semaksimal mungkin apa yang saya dapat untuk makin menjadi pribadi yang baik tak hanya di mata manusia tetapi dihadapan Allah SWT.
Kadang bertanya apakah di tahun berikutnya akan diberi kesempatan kembali berjumpa dengan Ramadan, semoga Allah SWT memberi kesempatan karena pada hamba yang payah hati ini dimana hanya mampu berdoa dan semaksimal mungkin menjaga kesehatan agar selalu di beri keridhaan Allah SWT untuk mendapatakan karuniaNya yang berharga.
Idul fitri akan menghampiri dan hanya memberi kesempurnaan yang sesungguhnya pada orang orang yang telah berhasil melalui semua ujian Allah SWT, tetapi kadang kita yang tak tahu apakah semua ini diterima merayakannya. Lumrah memnag tapi semakin dewasa saya berfikir pantaskah saya merayakan apa yang tak pernah saya tahu hasilnya?
Ya budaya disini sedari dulu memang dirayakan sebagai sebuah hari kemenangan dari sebulan penuh berpuasa menahan lapar, haus dan perbuatan maksiat, dimana seharusnya kedepan kita dituntut lebih baik dan baik lagi dari hari hari sekarang. Kemenangan sempurna terletak dari mereka yang ibadahnya diterima Allah SWT tanpa kecuali bukan mereka yang berpesta dengan pakaian baru atau kue kue lebaran yang meriah di toples toples.
Ini adalah tahun kedua Lebaran tanpa Ibu dan Tahun ke delapan tanpa Bapa disisi, tak ada kenikmatan untuk sekedar pulang kampung. Rasanya sepi rasanya hampa karena hanya tersisa saya dan adik saja. Tapi dunia tetap berjalan dan kita smeua haruslah terus melangkah. Kadang ada rasa kangen sebagaimana sekarang saya sudah siap siap untuk menajmu diri sendiri diperantauan dengan menu yang biasa ada saat lebaran dulu.
Ya yang saya rasa kini adalah vibesnya dari panganan yang mungkin dapat menetraslisir hari yang kini sepi. Ada rasanya mereka yang pergi lebih dahulu bersantap makan bersama walau saya seorang diri. Seperti kebiasaan baru saya kini atau kedepannya saya akan pergi mudik dipertengahan puasa, melepas rindu dengan ziarah kepusara Orang tua.
Lebaran kali ini pun masih setia diperantauan, dapat saya hitung nyaris setengah kurang dari umur saya dihabiskan dengan lebaran di perantauan. Jadi ada banyak kegiatan yang akan dilakukan seperti halnya silaurahmi pada keluarga yang juga tak mudik, rekan dan sahabat yang juga orang asli disini atau yang memang seperti saya tidak pulang kampung.
Lebaran kini adalah kesempatan meningkatkan keeratan silaturhami yang telah ada sebelumya dan menguatkannya kembali. Tak banyak acara yang akan saya lakukan dilebaran, terdengar monoton bukan? tapi begitulah nikmatnya para perantau memanjangkan kemennagan dengan kebersamaan. Karena sepanjang doa sellau ada rindu yang diselipkan.
Salam dari saya untuk semua pembaca yang Baik dan Kompasiner, Takoballohu minna wamingkum,siamana wasiamakum Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H,Â
Pakulonan Barat - 1 Mei 2022
