Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bupati yang Sedang Jadi Buah Bibir Dahlan Iskan

6 Januari 2012   05:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:16 3125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1325798604109874675

Bupati Ngada, Marianus Sae di Antara Hutan Jati yang Berhasil Diusahakanya di Sebuah Lahan Kritis (Dok:jurnalis-ntt.blogspot.com)

Prolog

"....Dalam hal kemiskinan juga dibahas kondisi berbagai daerah. Saya sempat menyampaikan terobosan yang dilakukan beberapa bupati dari daerah tertinggal. Misalnya, bupati Lebak yang berambisi menuntaskan ketertinggalannya pada akhir 2013. Juga bupati Ngada di Flores yang sampai mengancam mengundurkan diri kalau DPRD setempat menolak pengalokasian dana APBD untuk program pemberian sapi bagi 18.000 penduduk miskin di kabupaten itu.

Bupati ini memang istimewa. Mobil dinasnya Kijang tua karena dia memilih APBD untuk mengurangi kemiskinan daripada untuk membeli mobil dinas baru. Dia melihat tidak ada cara lain yang lebih cepat mengentas kemiskinan di Ngada kecuali lewat pembagian sapi dan pembangunan bendungan untuk irigasi di Bajawa...."

Dua paragraf di atas merupakan pernyataan yang saya kutip dari Catatan Dahlan Iskan yang dikumpulkan oleh seorang Blogger di bawah judul "Tempat Bersandar harus Kukuh" sebagai laporannya kepada SBY. Berita ini kemudian menjadi bahan perbincangan di berbagai forum di dunia maya. Yang menandakan bahwa sepertinya rakyat Indonesia memang kehausan figur pemimpin pelayan-pemimpin populis-pro rakyat fakir dan hina dina dalam kebijakkan mereka.

Dari catatan ini saya sedikit mempunyai sedikit gambaran bahwa Pak Dahlan Iskan berusaha untuk memahami persoalan di setiap daerah dan terobosan apa yang diambil oleh setiap kepala daerah untuk mengatasinya. Dia tahu Bupati mana yang sungguh-sungguh pro rakyat dalam kebijakkannya dan mana yang "aji mumpung" dalam menjalankan kekuasaannya. Di sini saya bukan memuja Dahlan Iskan, tetapi membaca bahwa Dahlan Iskan memang ingin serius mengurusi rakyat dan tidak segan memuji Bupati yang di matanya juga pro rakyat.

Anak Miskin yang Pekerja Keras Kemudian Menjadi Kaya dan Mau Beramal dengan Menjadi Bupati

Untuk maksud tulisan ini, saya sebenarnya ingin mengulas sedikit mengenai figur Bupati Ngada, Flores, NTT yang disebutkan Pak Dahlan Iskan dalam catatannya di atas. Profil singkat Bupati Ngada sebagai berikut :

Nama : Marianus Sae (Tanpa gelar akademik apapun karena tidak pernah kelar kuliahnya)

Tempat / Tanggal Lahir : Mangulewa / 08 Mei 1962

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Katolik

Status Perkimpoian : kimpoi

Nama Istri : Maria Moi Keu

Jumlah Anak : 5 (lima) orang

Pendidikan Formal :

- SDK Kelas Bejo Kelas I – IV tahun 1970 – 1973. Kelas V – VI SDK Bajawa I (sekarang SDK Tanalodu) tamat tahun 1975

- SMP PGRI Bajawa tamat tahun 1982

- SMA Negeri 435 Bajawa tamat tahun 1985

- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan Uninersitas Nusa Cendana Kupang sampai Smester VII tahun 1985 – 1988.

Mungkin rekan-rekan kompasioner bingung: kog bupatinya tidak mempunyai gelar akademis sih? Bisa apa dia? Nekat benar jadi seorang Kepala Daerah? Kenyataannya memang seperti tertulis di atas. Marianus Sae bukan seorang akademisi yang menyelesaikan studinya hingga mendapatkan sederetan gelar. Hal ini bukan berarti bahwa Ngada mempunyai seorang Bupati yang bodoh. Riwayat pendidikannya yang panjang dan tidak kelar merupakan bagian dari keterhimpitan ekonomi yang harus dialaminya sebagai seorang anak petani miskin. Pendidikan Lanjutannya sempat terhenti selama empat tahun karena ketiadaan biaya. Untuk mendapatkan biaya sekolah, selama empat tahun tersebut, ia harus menjalani berbagai macam profesi semampunya misalnya: menjadi buruh tani harian, menjadi joki dalam pacuan kuda, kondektur kendaraan umum (ottobemo-sebutan khas Bajawa), mencetak batu bata, dan sebagainya. Dengan tekad membaja, ia kembali melanjutkan SLTP-nya dan kemudian bisa menyelesaikan SMU meski dengan biaya yang sulit dari pekerjaan sambilannya di luar waktu sekolah sebagai pencetak batu bata pada CV Galeta.

Meski dengan keterbatasan ekonomi, beliau melanjutkan pendidikan pada Universitas Nusa Cendana, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan di tahun 1985. Pada tahun yang sama, Ibundaya tercinta, Virmina Redo berpulang, meninggalkan Marianus sebatang kara. Sambil kuliah, beliau bekerja sebagai buruh proyek bangunan dan sebagai karyawan asuransi untuk membiayai kehidupannya selama kuliah. Di tahun 1988, posisi beliau di Asuransi Bumi Asih Jaya yang semula sebagai pencari nasabah, berubah menjadi Kepala Unit. Namun pada tahun tersebut, menjelang Semester 7, beliau memutuskan untuk menghentikan kuliah untuk mengadu nasib di Denpasar, Bali.

Di Bali, Marianus memulai bekerja selaku sales, dan kemudian bekerja sebagai karyawan kecil pada perusahaan cargo Interpec Jasa Tama Semesta yang bergerak di bidang eksport – import, sejak bulan Februari 1989. Pada bulan Februari 1990, beliau diangkat sebagai Kepala Cabang perusahaan cargo tersebut. Pada bulan April 1990, beliau mengundurkan diri dari Interpec Jasa Tama Semesta dan mendirikan perusahaan sendiri: PT. Flobal Express, yang berubah namanya di bulan November 1990 menjadi PT. Mansada Dirgantara. Kesuksesan sebagai Direktur Utama perusahaan eksport – import ini tidak membuatnya terlena dan lupa diri.

Kecintaannya atas tanah kelahirannya mendorong beliau untuk kembali dan memberikan kontribusi bagi pembangunan di Ngada melalui pengelolaan dan promosi wisata di Ngada. Untuk itu, di tahun 1994, Marianus bersama investor asal Australia mengelola daerah wisata mata air panas Mengeruda, Soa, di bawah payung PT Ngada Paradise yang dipimpin olehnya hingga tahun 1996. Sayangnya, investasi ini terkendala akibat kondisi investasi daerah yang tidak kondusif berakibat pada kebangkrutan dan PT Ngada Paradise terpaksa gulung tikar.

Kegigihan Marianus untuk bekerja dan berkreasi dalam berbagai situasi terus teruji. Di tahun 1997, Marianus mengadu nasib di Kalimantan melalui program transmigrasi, di mana di tempat ini beliau membuka peternakan ayam dan karena figur kepemimpinannya, pernah terpilih sebagai kepala desa. Sayangnya, topografi wilayah Desa Sungai Rada, Kabupaten Pontianak tempat beliau bermukim ternyata sangat menyulitkan bagi upaya pengembangan ekonomi.

Pada bulan Juli 1998, beliau kembali ke kampung halamannya di Zeu untuk bertani. Di bulan Oktober 1999, beliau kembali ke Denpasar, dan bekerja sebagai buruh las di CV Amanda, dan tinggal di mess karyawan biasa selama kurang dari 3 bulan. Pada bulan Februari 2000, beliau bekerja sebagai tukang las di CV tersebut. Di bulan Mei 2000, Marianus membuka perusahan las sendiri, dan menjadi Direktur Utama CV. Soatri Iron, yang masih berdiri hingga saat ini dan telah mempekerjakan puluhan karyawan. Berbekal keterampilan dan pengetahuannya di bidang eksport–import, CV. Soatri Iron melebarkan sayap bisnisnya ke manca negara.

Di tengah keberhasilannya merintis bisnis produksi dan eksport perabotan dan kerajinan tangan, keinginan beliau untuk membangun dan mempromosikan Ngada tak pernah pupus. Oleh karena itu di tahun 2004 hingga sebelum terpilih menjadi Bupati, bersama rekan-rekan se-visi, beliau mendirikan sebuah perusahaan penerbitan majalah pariwisata Flores Paradise yang intensif melakukan promosi terhadap aset-aset pariwisata di daratan Flores. Majalah ini disebarluaskan ke manca negara melalui biro-biro perjalanan dan hal ini berdampak nyata pada peningkatan jumlah wisatawan asing ke Kabupaten Ngada setiap tahunnya hingga saat ini.

Kepeduliannya pada pengembangan pariwisata membuatnya terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan promosi kepariwisataan, termasuk melalui keterlibatannya selaku Ketua Forum Pariwisata Ngada dan Wakil Ketua Bidang Seni, Budaya dan UKM Forum Pariwisata NTT di Bali sejak tahun 2005–2008. Melalui Forum ini beliau diundang ke sejumlah seminar dan lokakarya baik di tingkat lokal maupun nasional guna mempresentasikan pandangan beliau mengenai pembangunan pariwisata yang berpihak pada kepentingan masyarakat setempat.

Upaya mempromosikan dan memberdayakan aset daerah Ngada tidak berhenti di situ. Marianus juga melakukan negosiasi dengan pihak asing untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan di daerah kelahirannya ini. Kegagalan membina usaha yang pernah dirasakannya di masa lampau tidaklah menjadi batu sandungan yang membuatnya jera, namun justru memacunya untuk terus berusaha. Oleh karena itu, pada tahun 2007, bersama rekan-rekan bisnisnya, beliau mendirikan PT. Flores Timber Specialist yang berfokus pada usaha pengembangan kayu, yang dilakukan untuk pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dan isu global warming.

Melalui PT ini, Marianus mendorong dan menyokong masyarakat Ngada untuk mengembangkan usaha kayu sebagai investasi jangka panjang yang akan memberi dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat Ngada. Dengan pembiayaan sendiri, beliau menyediakan bibit-bibit pohon kayu berkualitas bagi masyarakat di berbagai wilayah di Ngada. Pengalaman hidup yang dijalaninya sebagai petani membangun pemahaman dan kepeduliannya terhadap masyarakat petani yang hidup dari bertani dan beternak.

Oleh karena itu, kegiatan pemberdayaan ekonomi yang lainnya terus dipicu. Sejak tahun 2007 hingga menjadi seorang Bupati, Marianus menggulirkan program PERAK (Pemberdayaan Ekonomi Rakyat) dalam bentuk pengembangan ternak sapi dan babi dengan pola Inti Plasma, di mana masyarakat pedesaan dimodali untuk bisa mengupayakan pengembangan ternak. Kegiatan ini tidak saja dilakukan dengan memberi motivasi, tetapi dengan meneladani kegiatan pengembangan pertanian dan peternakan. Inilah yang menggerakkannya sehingga berani mengancam mundur kepada DPRD jika menolak memberikan bantuan 18.000 ekor sapi kepada rakyat miskin dalam APBD.

Kontribusi Marianus terhadap pembangunan di Ngada tidak berhenti di situ. Pada tahun 2008, dengan dukungan para pendonor dari Australia, beliau mendirikan sebuah yayasan bernama Flores Village Development Foundation (FVDF), yang mengelola sebuah sekolah gratis bagi anak-anak tidak mampu di daerah terpencil. Sekolah yang bernama: Zeu Christian College ini merupakan sumbangan bagi masyarakat Ngada dari lobby dan negosiasi dengan pihak asing yang dilakukan Marianus bagi kepentingan kaum kecil, yang mengalami kesulitan akses terhadap pendidikan di Ngada.

Dukungan pemerintah tentunya sangat penting guna memastikan bahwa akses terhadap pendidikan di daerah terpencil seperti ini bisa dipertahankan dan dikembangkan. Akses terhadap pendidikan yang dulu dengan susah payah beliau dapati ternyata berbekas cukup mendalam baginya, sehingga membangkitkan kepeduliannya terhadap pendidikan. Untuk itu, secara pribadi, beliau telah memberikan bantuan bagi sejumlah sekolah yang mengalami kendala operasional.

Yayasan FVDF tidak saja mengelola fasilitas dan pelayanan pendidikan gratis bagi masyarakat kurang mampu, tetapi juga mengelola layanan akses air bersih di daerah-daerah yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Di bulan Januari 2010, proyek sebesar lebih dari 1 milyar dilakukan di daerah Zeu untuk mendatangkan air bersih. Tidak hanya itu, secara pribadi Marianus juga memberikan bantuan bagi daerah-daerah yang membutuhkan akses untuk air minum, antara lain di Desa Ubedolumolo yang secara turun-temurun masyarakatnya hanya bergantung pada air tadah hujan dan sumber mata air yang jaraknya cukup jauh dari daerah pemukiman. Sejumlah desa lainnya telah pula mendapatkan bantuan Marianus terkait akses untuk air bersih.

Dukungan beliau tidak saja dilakukan di bidang pemberdayaan ekonomi kerakyatan, pengembangan pertanian dan peternakan, pariwisata, pendidikan, olah raga dan akses air bersih. Didampingi istri tercinta, Maria Mo’i Keu, sejumlah pihak telah merasakan uluran tangannya bagi orang sakit yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Berbagai kontribusi yang diberikan oleh Marianus semata-mata didorong oleh kepeduliannya pada sesama. Keuntungan yang diperolehnya dari kerja keras disumbangkannya bagi keluarga dan masyarakat dengan upaya untuk mendorong kemandirian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Untuk itu, sejumlah perusahaan maupun yayasan yang dibinanya telah mempekerjakan puluhan hingga ratusan karyawan. Komitmen, kreativitas, dan kerja keras merupakan prinsip hidup yang senantiasa diteladankannya.

Orang-orang terdekatnya mengenal bapak lima anak ini sebagai figur pekerja keras, jujur, rendah hati, dan disiplin. Baik di Bali, Kalimantan, maupun Ngada, beliau dikenal sebagai sosok baik hati yang dekat dengan berbagai kalangan masyarakat. Si penyayang binatang ini tak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan kedudukan maupun status dalam pergaulannya. Baik dari kalangan pejabat di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten hingga petani kecil di pelosok daerah diakrabinya dengan ramah. Hal ini membuatnya menjadi figur yang dicintai banyak pihak karena telah memberikan banyak pertolongan dan motivasi untuk terus belajar dan berkarya. Beliau tak segan-segan berbagi pengalaman pahit dan manisnya di masa lalu guna membangun motivasi bahwa segala sesuatu itu bisa dilakukan jika ada niat dan usaha untuk maju.

Epilog

Semuanya itu dilakukan oleh Marianus Sae ketika ia belum menjadi Bupati. Sebagai seorang yang terlahir miskin, ia sudah tahu dan mengalami bagaimana rasanya menjadi orang miskin, tidak berduit, sulit sekolah dan menjadi yang serba terbatas. Sebagai seorang pengusaha, ia juga tahu bagaimana rasanya menjadi orang kaya, berpunya, dan berduit. Namun sebagai seorang pengusaha yang merangkak dari kemiskinan ia tahu bagaimana seharusnya menggunakan kekayaannya. Baginya, kekayaan hanyalah titipan sementara dari Allah yang mesti diamalkan kepada sesama. Apa yang dilakukannya di atas sebelum menjadi seorang Bupati sesungguhnya berangkat dari keprihatinannnya sendiri sebagai orang kecil di masa lalu: dalam dunia pendidikan, ekonomi, kesehatan, dll.

Oleh Karena itu, tidaklah mengherankan ketika di tahun 2010 banyak suara mendorongnya menjadi Kepala Daerah, demi amanah kepada orang kecil di daerahnya, ia pun berani menconkan diri menjadi Bupati. Ternyata, masyarakat Ngada memilihnya dengan kemenangan suara mutlak dibandingkan suara para kandidat lain. Rakyat tahu isi hatinya dan rakyat pun mendudukannya. Dan ternyata, plihan masyarakat Ngada sampai saat ini belum keliru. Sebab banyak terobosan dilakukannya dalam bidang ekonomi kerakyatan, pendidikan, kesehatan, dll.

Dengan demikian, catatan Pak Dahlan Iskan di atas hanyalah sekelumit dari apa yang dihidupi oleh Marianus Sae dalam keseharian hidupnya. Sebagai seorang pengusaha dan sekaligus Kepala Daerah, ia tetap tampil sederhana dalam kesehariannya, tetap akrab dengan semua golongan tanpa memandang latar belakang karena dia seorang pemimpin yang pernah mengalami semua tahap dan level kehidupan masyarakatnya. Berpihak dalam kebijakkannya kepada rakyat kecil, sederhana, terpencil, dan sulit mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan yang layak.

Teruslah berjuang membangun Kabupaten Ngada Pak Marianus. Tetap jaga spirit kesederhanaan dan ketulusan dalam membangun kampung halaman. Banyak harapan rakyat kecil dititipkan di pundakmu.

"Bukan Deretan Gelar Di Papan Namamu yang Penting, tetapi

Bagaimana Namamu Terlukis Indah di Hati Rakyat Jelata"

Sumber:

1. http://dahlaniskan.wordpress.com

2 http://www.ngadakab.go.id

3. http://muluscenter.blogspot.com/

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun